DOA HUJAN
Tubuh mendung meraung-raung
Menyampaikan keluh kesah
Melewati resital nada-nada doa.
Doa hujan terdengar meminta
- Iklan -
Gigil berpeluk dengan khusuk
Mengangkat tangan harapan
Kabut langit burung berteriak
Terkepung melodi parau waktu
Alis bayang kasih berperang
melawan ambigu di rahim kayu
Hingga gugur ke tanah moyang
Semilir angin tandang meraba
Imaji putih merias tari-tari kata
Doanya, semoga musim takzim
Sumenep, 12 Oktober 2019
HILIR KATA
Mata sungai diam berandai
Ikan-ikan memilih kapan,
Berserah diri dengan kaloni.
Hilir kata deras membaca
Epitaf musim yang terkebat
Angin-angin menebas ingin
Melawan suasana asmaraloka
Dalam kamus ia ada, bersuara,
Menyanyikan iga ke malamnya.
Perawan yang ditinggal diam
Jejak puisi menukar tapak
Seperti kata kehilangan asa.
Pangabasen, Oktober 2019
RITME SUNYI
Liut nada menyihir tubuh-tubuh petang
Terbungkam nyanyian suara yang meraba,
Meraba jejak tangan, meraba kedinginan.
Susut mata bibir berzikir dengan seksama
Menjadikannya basah deru di tapak waktu
Tersipu. Berpelukan dengan ritme kesepian.
Sembilan menit sunyi berserah pada darah.
Tak ada yang asyik selain musik, tak ada
Yang paling erat selain hasrat. Teriak kota.
Berderai peluh kasih setahun api eksistensi.
Hitam. Remang jiwa selimut nada, hasrat sepi,
Angin. Mendengarkan tarian puisi setengah mati.
Hingga malam berubah diam. Merayu iga waktu.
Gapura, 12 Oktober 2019
KIDUNG MAKNA
Setengah menit luka bertepuk
Menyeret tangan-tangan waktu.
Kertas putih, tali kenangan,
Kidung terbawa musikus nama
Tangis dibenci air mata, hari
Dibenci matahari, entah apa
musim bertanya perihal makna?
Kidung suara-suara khayalan
Nada-nada bayang berserakan
Membahas hayat beralis senja
Tentang mata malam bercinta
Ia bercinta dengan kata-kata
Makna bercinta dengan siapa?
Madura, Oktober 2019
TUBUH WAKTU
Seperti aib puisi yang malam tulis sebelumya,
Jarak yang rindu tidak pernah menuntut jauh.
Bulan diam bertanya entah lebih jauh mana?
Jarak tanpa tempuh atau rindu tanpa temu?
Seperti jarak yang waktu tulis di tapak jejak,
Musim yang ada, tidak pernah merasa luka.
Waktu dan jarak pernah gelisah memilukan,
Bertanya tentang perjalanan hari ke harapan.
Entah lebih panjang waktu yang merajam rindu?
Atau lebih jauh harap, yang menjauh tak menatap?
Sumenep, 12 Oktober 2019
*Saiful Bahri, kelahiran Sumenep-Madura, O5 Februari 1995. Ia mengabdi di Madrasah Al-Huda. Selain menulis, ia juga seorang aktivis di kajian sastra dan teater “Kosong”Bungduwak. Perkumpulan dispensasi Gat’s (Gapura Timur Solidarity) adalah organisasinya yang digeluti saat ini. Ada pula Fok@da (Forum komunikasi alumni Al-Huda), Perkumpulan (Pemuda Purnama), Pengasuh ceria di grup (Kampus Literasi) dan pendidik setia di komunitas (Literasi Kamis Sore). Disela-sela kesibukannya ia belajar menulis Puisi, Cerpen, Cernak, Esai, Resensi Opini, dll. Tulisannya pernah dimuat di koran Lokal maupun koran Nasional, seperti: Jawa Pos (pro-kontra), Republika (Puisi 2018), Riau Pos (2017), Bangka Pos (2017), Palembang Ekspres (2017), Radar Madura (2017-2018), Radar Surabaya (2017), Radar Jember (2017), Radar Banyuwangi (2017), Radar Bojonegoro (2017), Kedaulatan Rakyat (2017), Solo Pos (2017-2018), Malang Voice (2017), Majalah Simalaba (2017), Analisa Medan (2018), Radar Cirebon (2018), Kabar Madura (2018), Jurnal Asia-Medan (2018), Banjarmasin Pos (2018), Budaya Fajar-Makassar (2018-2019), Radar Pagi (2018), Dinamikanews (2018), Denpost Bali (2018), Redaksi Apajake (2018-2019), Catatan Pringadi (2019), Jejak Publisher (2019), Ideide.id (2019), Iqra.id (2019), dan Koran Cakra Bangsa (2019). Puisinya juga masuk dalam antologi CTA Creation (2017). Antologi Senyuman Lembah Ijen-Banyuwangi (2018). Antologi kumpulan karya anak bangsa: Sepasang Camar-Majalah Simalaba (2018). Antologi puisi Perempuan (2018). Juara satu lomba cipta puisi bertema Hari Raya di media FAM Indonesia (2018). Antologi HPI Riau: Kunanti di Kampar Kiri (2018). Antologi Puisi Masa Lalu (2018). Antologi Puisi Festival Sastra Internasional Gunung Bintan Jejak Hang Tuah (Jazirah I 2018). Antologi Puisi Internasional FSIGB (Jazirah II 2019). Antologi Banjar Baru Rainy Day’s (2018-2019). Antologi Puisi untuk Lombok-Redaksi Apajake (2018). Antologi Puisi Puisi Tasbih Cinta (FAM 2019). Antologi Puisi Menimang Putri Dewa (Tidar Media, 2019). Antologi Puisi Sejarah Lahirmu (2019). Antologi Puisi Arti Kehidupan FAM Indonesia (2019). Antologi Puisi Kelapa Sawit Apajake (2019). Antologi Sebuku Net Nissa Sabyan (2019). Sepuluh Puisi Terbaik Media Linea (2019). Juara II Cipta Puisi Nasional di Penerbit Mandiri Jaya Tulungagung (2019). Penulis Buku Puisi Terbit Gratis: Senandung Asmara dalam Jiwa (2018).