Oleh: Anisa Rachma Agustina
Hubbul Wathan Minal Iman adalah cinta tanah air merupakan bagian dari iman. Konsep ini tidak lepas dari peran ulama Nahdlatul Ulama. Konsep ini merupakan benih dan semangat kemerdekaan yang membara. Gagasan Hubul Wathan Minal Iman pertamakali dicetuskan salah satunya oleh K.H. Abdul Wahab Chasbullah salah satu pendiri dari Nahdlatul Ulama. Mencintai agama dan tanah air adalah dua bagian yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling tarik menarik seperti dua kutup magnet. Semangat para pendiri Nahdlatul Ulama dalam mewujudkan kehadiran NKRI harus senantiasa kita pertahankan.
Menurut Bizawie, pada tahun 1919, K.H. Abdul Wahab Chasbullah mengadakan pertemuan setiap hari Kamis di kota Surabaya dengan sepupunya yakni: K.H. Hasyim As’syari dan HOS Cokrominoto. Merekam berdiskusi tentang hubungan ajaran islam dengan spirit kebangsaan atau nasianalisme. Pada kenyataanya politik di bawah kolonial Belanda menyadarkan aktivitas gerakan Islam dan juga gerakan nasionalisme sebelum kemerdekaan. Lahirnya kesadaran gerakan islam seperti NU dan Muhammadiyah sebagai pemimpin kesadaran bagsa. Nasionalisme pada masa itu berarti menolak penjajahan, dan juga mencari jati diri pada sejarah masa lalunya. K.H. Hasyim Asyari menyadari secara kultural, gerakan Islam dan nasionalis berbeda satu sama lain, namun dalam sudut pandang ideologi berupa kebutuhan terhadap kemerdekaan suatu bangsa (Hamidulloh Ibda 2017: 252)
Pada tahun 1934, K.H. Abdul Wahab Chasbullah merumuskan lagu Mars Syubbanul Wathan berikut adalah lagu yang beliau tulis:
- Iklan -
Ya Lal Wathan Ya Lal Wathan Ya Lal Wathan
Hubbul Wathan minal Iman
Wala Takun minal Hirman
Inhadlu Alal Wathan
Indonesia Biladi
Anta ‘Unwanul Fakhoma
Kullu May Ya’tika Yauma
Thomihay Yalqo Himama
Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintamu dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku
Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintamu dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku
Indonesia Negriku
Engkau Panji Martabatku
Siapa Datang Mengancammu Kan Binasa di bawah dulimu
Lagu ini sering dilantunkan di lingkungan warga Nahdliyin, sebelum memulai sebuah acara para peserta terlebih dahulu menyanyikan lagu Indonesia Raya lalu dilanjutkan lagu Ya Lal Wathan. Dengan menyanyikan lagu ini diharapkan muncul semangat kebangsaan dan nasionalisme pada jiwa para warga Nahdliyin.
NU juga ikut berperan dalam terbentuknya Pancasila sebagai dasar negara salah satunya adalah K.H Hasyim Asyari dan kiai lainnya kemudian Presiden Soekarno merumuskan Pancasila sebagai dasar negara. Itulah awal lahirnya nasionalisme dari para ulama Nusantara.
Slogan Hubul Wathan Minal Iman diharapkan akan membentuk karakter cinta tanah air, bangga terhadap bangsanya, bahasa, budaya, sehingga mau berkorban untuk kemajuan bangsanya. Salah satu wujud cinta tanah air adalah menjaga kerukunan antar umat beragama, sesuai sila ke tiga Pancasila yakni Persatuan Indonesia. Saat kita bisa menjunjung tinggi nilai toleransi maka sila ke tiga pancasila sudah mengalir dalam jiwa kita.
Seringkali kita mengabaikan dan meniadakan Persatuan Indonesia karena keegoisan dan ketamakan kita, padahal kita berpijak pada bumi yang sama bumi Nusantara. Kesalahpahaman meruncingkan permasalahan, perdebatan hingga terjadinya tawuran. Telah terjadi keributan di jalan Abubakar Lambogo dua, di mana kedua kubu saling melempar batu. Polsek makasar langsung mendatangi TKP dan membubarkan kerumunan. Keributan ini terjadi akibat pemukulan terhadap salah seorang pemuda di lokasi (detiknews, 30/05/2020)
Saat kita menghadirkan sila ke dua dalam pancasila yakni Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, tindak kekerasan sesama warga bisa dihindari, rasa kemanusiaan yang terjalin sebagai lambang pengamalan sila ke dua pada Pancasila. Begitupula sila-sila yang lain saling terikat satu sama lain. Pancasila didesain sebagai dasar negara Indonesia yang terdiri dari berbagai macam pulau, suku bagsa, dan bahasa, dengan kultur yang bermacam-macam pula.
Dalam sebuah jurnal bertajuk Relasi Nilai Nasionalisme dan Konsep Hubbul Wathan Minal Iman dalam Pendidikan Islam yang ditulis Hamidulloh Ibda mengungkapkan bahwa dalam Pancasila terdapat substansi agama yang sangat religius karena mengandung inti dari ajaran agama. NKRI memiliki Pancasila yang di dalamnya memuat unsur religi yang sangat terbuka, modern, moderat dan plural. Konsep Hubbul Wathan Minal Iman yang dicetuskan para ulama NU sangat masuk dalam pendidikan Pancasila.
Pendidikan Pancasila
Semua jenjang pendidikan harus menyertakan pendidikan Pancasila di dalamnya supaya sila-sila Pancasila bukan hanya di hafal oleh peserta didik namun juga isi kandungan dari tiap sila-silanya tertanam pada jiwa seluruh peserta didik. Adanya Pancasila yang ikut tumbuh dalam setiap jati diri diharapkan akan menimbulkan rasa cinta tanah air. Pendidikan pancasila di harapkan dapat membentuk karakter manusia yang bermoral dan berbudi pekerti luhur.
Terjadinya banyak kasus korupsi pada pemerintahan ini karena hilangnya nilai-nilai Pancasila pada setiap jiwa koruptor. Mereka tidak menghadirkan Pancasila selama bertugas. Sila-sila Pancasila saling berkaitan ketika seorang koruptor memahami makna sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, dia akan menghadirkan Tuhan dalam setiap pekerjaannya, sehingga apapun langkah yang akan ia ambil akan mendapat konsekuensi. Setiap gerak-geriknya ada yang mengawasi sehingga orang yang tidak mengahadirkan Tuhan dalam hidupnya akan semena-mena, karena ia anggap hidupnya bebas tanpa pengawasan.
Adanya pendidikan Pancasila diharapkan dapat dijadikan sebagai media untuk menanamkan pondasi nilai-nilai moral kepada para generasi penerus bangsa. Keberadaan Pendidikan Pancasila dalam semua jenjang pendidikan demi mewujudkan tujuan negara. Dalam jurnalnya Hamidullah Ibda juga mengungkapkan bahwa Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, bukan sebagai agama. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mencerminkan tauhid dalam konsep keimanan Islam. Indonesia terdiri dari berbagai agama yang saling bahu membahu untuk terbentuknya NKRI.
Alur yang panjang akan terbentuknya Pancasila hingga dirumuskan sebagai dasar negara diharapkan para generasi muda dapat mengambil petuah dan memaknai Pancasila. Menjaga toleransi beragama, pengamalan sila pertama. Memanusiakan manusia, sesuai sila kedua. Membudayakan semangat persatuan sesuai sila ke tiga yakni Persatuan Indonesia. Membudayakan musyawarah untuk mencapai mufakat sesuai sila keempat. Membudayakan sikap saling menghargai satu sama lain sesuai sila kelima Pancasila.
– Mahasiswa Prodi PAI STAINU Temanggung, Penggiat Literasi Pena Aswaja.