Oleh Ahmad Hamid
Entah sampai kapan virus corona akan berakhir, banyak anggapan bahwa virus tersebut adalah “tentara Allah” sebagai pembela kaum yang terintimidasi. Namun, banyak juga yang bertanya-tanya kenapa “tentara Allah’ juga menghadang tamu ke rumah Allah? Disini sudah timbul tanda tanya, terutama untuk orang awam. Ya, yang jelas ancaman wabah virus ini adalah masalah kita bersama. Kalau untuk orang yang beriman anggap ini adalah ujian atau cobaan untuk meningkatkan kualitas iman kita, namun untuk yang belum yakin kepada Sang Khaliq atau malah sengaja “menentang” aturan Allah, jelas ini adalah azab. Jangan kebanyakan membahas hal-hal yang hanya membuat resah. Cobalah membuat tindakan yang mengarah ke solusi atas ketakutan masyarakat tentang Coronavirus Disease (COVID-19).
Indonesia yang baru saja mendapat apresiasi dari badan kesehatan dunia (WHO) karena nihil dari wabah virus asal China. Namun, banyak yang tidak puas atas apresiasi ini. Dari negara tetangga Australia, mengganp Indonesia tidak mungkin lepas dari incaran virus yang berasal dari binatang-binatang liar yang dikonsumsi di China ini. Australia menganggap alat-alat Indonesia kurang canggih untuk mendeteksi virus tersebut atau dengan kata lain, terlalu mahal untuk cek up positif atau negatif virus corona, jadi Indonesia terkesan menyepelekan.
Tidak hanya dari luar negeri, dari dalam negeri juga muncul oknum artis tanah air, ikut berkomentar tentang perbandingan penanganan virus corona di Indonesia dan di luar negeri. Sebut saja di Jepang, demi melindungi warganya Jepang rela meliburkan sekolah, Disneyland juga ditutup. Di Qatar balapan Moto GP dibatalkan. Arab Saudi juga menolak calon jamaah umrah dari negara-negra muslim termasuk Indonesia. Namun aneh bin ajaib di Indonesia sendiri bayar influencer untuk mendatangkan turis. Dan di Ibu Kota siap untuk menjadi tuan rumah pagelaran balap Formula E. Apa ini sama saja tidak bunuh diri untuk menarik virus-virus?
- Iklan -
Akhirnya telah diumumkan secara resmi oleh presiden kita Jokowi, dan dijelaskan lengkap oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bahwa di Indonesia telah ada yang positif virus corona. Pasien sebanyak dua orang yang berasal dari Depok, Provinsi Jawa Barat. Kronologi singkat, WNI tertular dari temannya yang berasal dari Jepang.
Kemudian paniklah, hampir semua masyarkat Indonesia. Ada yang berfikiran pendek atau punya pengalaman dari berita di TV tentang situasi di Wuhan, situasi ketika corona melanda, orang-orang tidak boleh berkeliaran di luar rumah, dan pasar-pasar banyak yang tutup, akhirnya kesulitan untuk mendapatkan makanan. Di Indonesia masyarakat sudah ada yang berbondong-bondong memborong mie instan untuk persediaan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, terlalu panik memang tetapi tidak masalah lah “sedia payung sebelum hujan”, itu yang punya fikiran pendek. Beda lagi yang mempunyai fikiran panjang. Yang dipikir hanya uang, untung, untung dan untung. Selain mie instan tadi yang diburu masyarakat adalah masker. Itulah yang dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab, dengan menimbun banyak masker.
Polisi sudah bertindak cepat dengan mengrebek beberapa lokasi yang dicurigai menimbun barang yang banyak dicari ketika corona virus menghantui. Polres jakarta Barat telah mengamankan 350-400 jardus masker yang tersimpan di aparteman. Polres Makasar mengamankan dua mahasiswa yang menimbun 10 ribu masker yang siap di kirim ke luar negeri. Polda Metro jaya juga mengerebek gudang di jalan Marsekal Surya Darma, Neglasari, dan Polisi mengamankan 180 karton berisi 360.000 masker merk Remidi dan 107 karton berisi 214.00 masker merk Volca dan Well-best. Dan juga masih banyak lagi pengerebekan-pengerebekan masker ilegal di tempat lain.
Itulah gambaran kehidupan, ketika saudara yang lain sedang kesusahan karena rasa khawatir malah ada saudara yang lain memanfaatkan situasi tersebut. Mereka tidak punya fikiran kalau yang menimbun tiba-tiba langsung terinfeksi virus corona apa masih manfaat hasil timbunannya?
Mungkin cocok meme yang beredar di medsos “ Tukang Masker Naik Haji” edpisode I berkah corona. Dibalik corona masih ada yang memanfaatkan situasi. Berkah di mata manusia namun timbunan dosa untuk malaikat pencatat keburukan. Memang di Indonedia sudah ada Undang-Undangnya yaitu pasal 197 sub 196 UU nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan pasal 107 UU nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan dengan ancaman sanksi pidana di atas lima tahun dan atau pidana denda maksimal Rp 50 Miliar. Hukum di dunia seberapa beratnya masih ada batasnya dan masih bisa dikelabui. Namun tidak dengan hukum Allah di akhirat yang tidak bisa dikelabui, tanpa batas dan tanpa kuasa hukum, kuasa hukum adalah amal diri kita sendiri. Masihkan memanfaatkan diantara saudara kita yang dalam kepanikan dan kesusahan.
Namun lagi-lagi jangan terlalu jadi pengecut, waspada boleh, takut sangat boleh, tidak ada larangan untuk waspada, tapi jagan berlebihan. Segala sesuatu yang berlebihan akan berdampak buruk untuk semuanya termasuk kesehehatan kita. Kalau terlalu khawatir bukan corona yang membunuh kita, bisa-bisa diri- sendiri yang pelan-pelan membunuh karena dihantui rasa takut.
Alhamdulillah saya dan kita dilahirkan sebagai orang Islam dan setidaknya kewajiban kita sholat lima waktu, membuat kebiasaan membasuh wajah, tangan dan seterusnya dalam tata cara wudhu. Insyaalllah jika wudhu dilaksankan dengan benar sesuai tuntunan yang sudah berlaku. Virus akan mati dengan sendirinya. MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga sudah mengeluarkan tausiyah, untuk umat Islam agar memperbanyak taubat, memohon ampunan kepada Allah atas semua dosa-dosa yang sudah dilakukan, mungkin corona adalah peringatan agar kita lebih mendekatkan diri lagi kepada Sang Pencipta.
MUI juga menyerukan agar umat Islam dalam sholat untuk melakukan Qunut Nazilah di setiap sholat fardhu yang dibaca setelah rukuk pada rakaat terakhir. Selain itu harus selalu menjaga pola hidup yang Islami, dimulai dari makan, minum dan pakaian dan muamalah.
Meskipun dalam kondisi yang seperti ini, tetapi sosial media dengan banyak sekali penghuninya, masih keluar bully, berkaitan dengan doa. Ada nada satire yang mengatakan “jikalau corona bisa dicegah dengan doa, berarti kalau baterai HP habis juga bisa diisi dengan doa” sebenarnya tidak patut mengeluarkan statement semacam ini apalagi yang berkiatan dengan doa (agama). Namun karena sudah terlanjur saya juga akan mengomentari.
Ya, memang doa tanpa usaha sama saja bohong, namun usaha tanpa doa sama saja dengan sombong. Intinya doa kita panjatkan, dan usaha (ihtiar) juga kita giatkan, doa sudah jelas di Al qur’an, berdoalah kalian maka Allah akan mengabulkan. Usaha kita, selain tadi wudhu, pola makan, pakaian, dan pergaulan. Tidak kalah penting secerdas apapun kita, sebawel apapun kita di media sosial namun yang perlu kita pegang adalah jadilah seperti “bebek” meski banyak suara namun ketika sudah digiring oleh pemimpinnya yang dalam hal ini adalah pemilik peternak bebak. Maka bebek- bebek juga akan mengikuti arah yang ditunjuk. Maksudnya ikuti arahan dari pemerintah, melalui Menteri Kesehtan serta dokter-dokter andal. Apapun yang mereka katakan ikuti. Sebagai orang Islam sudah sepatutnya untuk mendengarkan dan menghormati keputusan pemimpinnya, selagi keputusan itu tidak bertentangan dengan agama manapun. Setelah itu dilakukan baru kita pasrah “narimo ing pandum”
Biarkan skenario Allah yang berjalan. kita berencana, Allah berencana, tetapi kita harus yakin Allahlah sebaik-baik perencana.
-Penulis adalah Guru Yayasan Al Madina Unsiq Wonosobo dan Relawan Literasi Ma’arif