Semarang, Maarifnujateng.or.id- Opsi pembayaran pendaftaran sekolah lewat GoPay oleh Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Akhlaqiyah Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah, ternyata bukan satu-satunya inovasi berbasis teknologi informasi (TI) yang pernah digagas, sebelumnya madrasah telah memanfaatkan TI dalam beberapa aspek pembelajaran.
Salah satunya adalah aspek penguatan budaya literasi yaitu perpustakaan, dalam proses pengelolaan perpustakaan madrasah telah menggunakan sistem otomasi perpustakaan atau library automation system, sistem yang belum semua sekolah tingkat dasar di daerah menerapkannya.
“Kami menggunakan aplikasi Senayan dalam otomasi perpustakaan, karena awam maka mula-mula kami bekerjasama dengan perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo untuk instalasi hingga edukasi operasional, dibantu oleh salah satu orangtua siswa yang berprofesi sebagai pustakawan di perpustakaan Universitas Negeri Semarang (Unnes),” papar Miftahul Arief, kepala madrasah, Selasa (3/12/2019).
Aplikasi Senayan atau lengkapnya Senayan Library Management System (SLiMS) adalah perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan (library management system) sumber terbuka yang dilisensikan di bawah GPL v3.
- Iklan -
Aplikasi web yang dikembangkan oleh tim dari Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ini dibangun dengan menggunakan PHP, basis data MySQL, dan kendali versi Git.
Dampak penggunaan TI ini menurutnya sangat signifikan, disamping mempermudah pustakawan dalam melayani pengunjung, para siswa yang berkunjung pun dapat mencari buku dengan cepat. Atas inovasi ini pula pada tahun 2016 perpustakaan madrasah ini berhasil dinobatkan menjadi perpustakaan terbaik oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang dalam ajang Lomba Perpustakaan Madrasah Se-Kota Semarang.
Selain dalam literasi, madrasah yang berada di pinggiran kota Semarang ini juga telah memanfaatkan TI dalam administrasi madrasah.
Beberapa aplikasi dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti kesiswaan, pembelajaran, sarana dan pra sarana hingga kehumasan. “Kami menggunakan aplikasi yang familier dan gratis, seperti Google Form, Google Sheets, Google Docs, dan Google Lens,” jelas Arif. Pemilihan aplikasi tak berbayar mengingat anggaran madrasah minim dan ketat.
Sebagai contoh penggunaan adalah pada formulir kritik dan masukan orangtua. Pihak madrasah telah menyediakan link khusus berisi formulir online untuk yang sifatnya privasi, yang dapat membuka hanya kepala madrasah.
Para guru pun juga telah menginstal aplikasi Google Lens untuk menterjemahkan kalimat saat pelajaran bahasa Inggris ataupun copy teks dan browsing bahan ajar.
Arif menyatakan awalnya pemanfaatan TI dalam beberapa aspek pembelajaran di madrasah ini awalnya ditentang oleh beberapa pihak. “Kami ditentang terutama oleh beberapa guru yang belum melek TI, namun lambat laun yang menentang berubah menjadi mendukung karena tahu manfaatnya,” tambahnya.
Guru-guru generasi tua yang awalnya gaptek tugasnya berbasis TI misalnya dilimpahkan ke guru yang muda, kini lambat laun mindset sudah berubah, mereka mau dan mampu mengerjakan sendiri. Kuncinya adalah guru-guru tersebut diajak keluar dari zona nyaman, madrasah memfasilitasi para guru untuk mengikuti salah satu dari dua kelas pelatihan.
Ada kelas digital umum ditujukan untuk semua guru, dan kelas digital lanjutan plus jurnalitik untuk guru-guru muda dengan tutor langsung kepala madrasah sendiri.
Salah satu produk kelas digital plus jurnalistik adalah website madrasah yang rutin terupdate setiap hari , “saya membagi 7 guru muda untuk aktif mengupdate konten secara bergantian perminggu,” pungkas kepala madrasah yang juga berprofesi sebagai jurnalis itu. (Admin/hi).