• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan
LP Maarif NU Jateng
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Artikel
  • Sastra
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Jurnal
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Madrasah dan Sekolah Unggulan
  • UNDUH
  • Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Artikel
  • Sastra
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Jurnal
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Madrasah dan Sekolah Unggulan
  • UNDUH
  • Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
LP Maarif NU Jateng
ADVERTISEMENT
Home Artikel

Nasionalisme, Kadang-kadang Tak Ada Logika

04/12/2019
in Artikel, Opini
Reading Time: 3min read
0 0
0
Nasionalisme, Kadang-kadang Tak Ada Logika
0
SHARES
57
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke Whatsapp

Oleh Ahmad Farichin

Polemik pernyataan Agnez Monica yang menegaskan dirinya tak “berdarah Indonesia” menarik dikaji. Ini soal nasionalisme dan logika. Memang benar, sesuai lagu “Tak Ada Logika” yang ia populerkan tahun 2005, cinta termasuk kepada bangsa dan negara memang “kadang-kadang tak ada logika”.

Dalam pernyataannya, Agnez Mo mengaku berdarah Jerman, Jepang dan China. Bahkan, ia justru menyebut Indonesia sebagai tempat kelahirannya saja. Ia menyatakan agama di Indonesia mayoritas muslim yang membuatnya merasa tidak memiliki Indonesia sepenuhnya.

Kadang-kadang cinta tak ada logika, tak mengenal waktu, datang seenaknya sendiri, dan pergi tanpa undur diri. Lantas bagaimana cinta terhadap negara? Apakah juga tak ada logika? Perkataan guru ngaji saya bahwa “NKRI Harga Mati” masih membekas hingga kini. Tak ada tawaran sekalipun untuk meninggalkan nasionalisme. Orang yang lahir di Indonesia harusnya bangga dengan tanah kelahirannya.

Logika Nasionalisme

Setiap orang yang lahir di negaranya, wajib mencintai dan menjaga negaranya. Dari pandangan agama, anak yang lupa dengan sosok yang melahirkan dan membesarkannya dianggap durhaka. Begitupun nasionalisme, siapa saja yang lupa negaranya, berarti mereka durhaka.

Bacajuga:

BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah

Sekolah: dari Pandemi hingga K-Pop

17/05/2022
7
Puisi-Puisi Saiful Bahri

Aswaja dan Budaya Jawa dalam Pendidikan Islam

17/05/2022
7
BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah

Membangun Pendidikan Toleransi di Sekolah

11/05/2022
8
Spirit Inspiring Teaching

Spirit Inspiring Teaching

10/05/2022
4

Nasionalisme menjadi ruh setiap negara, mempunyai jasad tanpa ruh maka akan mati. Itulah sebabnya nasionalisme selalu dibumikan di penjuru dunia. Hancurnya negara bisa muncul karena nasionalisme warganya minim, bagaimana bisa menjaga negaranya kalau tak ada rasa cinta? Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 harus menjadi spirit bernegara dengan benar. Indonesia lebih dari cukup untuk dicintai. Sebab, banyak warga asing jatuh cinta dan kangen dengan Indonesia.

Indonesia itu kurang apa? Pada masa penjajahan, ternyata Indonesia menjadi negara yang disoroti dunia karena memiliki kekayaan alam melimpah. Tak dari sudut pandang itu saja, budaya dan karakteristik Indonesia beragam. Adanya penjajah justru memupuk nasionalisme tinggi bagi masyarakat. Buktinya, banyak peneliti luar negeri meneliti tentang Indonesia dan tokoh-tokohnya, bahkan penjajah juga ikut andil meneliti.

Tan Malaka (1897-1949) yang dikenal sebagai Bapak Republik, ketika masa kolonialisme diasingkan ke Belanda. Namun ia tetap memikirkan bangsanya lewat bukunya, dan sumbangsih pemikirannya. Ia banyak dikenal orang, bukan hanya dari negaranya tapi juga dari manca negara. Buktinya, Tan diteliti Harry Poeze dari Belanda. Rasa cinta memang tida dapat diprediksi, peneliti asal Amerika yang jatuh cinta dengan Indonesia yaitu George Mcturnan Kahin (1918-2000). Walaupun bukan warga Indonesia, tapi ia banyak belajar tentang nasionalisme Indonesia.

Pluralisme menjadi bagian dari nasionalisme, memahami perbedaan suku, ras, budaya dan agama menjadi penting dalam kehidupan, tak terkecuali cinta tanah air. Abdurrahman Wahid (1940-2009) atau Gus Dur yang menjadi guru toleransi dan perdamaian juga diteliti banyak tokoh asing. Laiknya obat, Indonesia menjadi candu bagi para pendatang bahkan penjajah. Mengapa kita harus minder menjadi bangsa Indonesia?

Jika kita analogikan, banyak warga asing berada di Indonesia mempunyai rasa cinta terhadap Indonesia, mulai dari jurnalis sampai atlet sepak bola. Seharusnya kita sebagai warga negara, jauh lebih bangga dan cinta. Logika itu harus dipakai, meski cinta termasuk kepada bangsa memang kadang-kadang tak ada logika.

Nasionalisme Agnez Mo
Apa yang dipopulerkan Agnez Mo dalam lagu “Tak Ada Logika” menjawab perilakunya sendiri. Bisa jadi, ungkapan Agnez Mo yang viral benar-benar “tak ada logika”. Artinya, kita tak perlu khawatir, karena menurut pernyataan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dipastikan Agnez Mo masih doyan tempe yang berarti masih nasionalis (Kompas, 26/11/2019).

Agnez Mo mengajak kita berlogika, karena nasionalisme menjadi bentuk dari cinta. Sifat dari itu membutakan, dan antara cinta dengan benci beda tipis. Bisa jadi, Agnez Mo kecewa karena ia tidak “dihargai” di negerinya sendiri, sehingga saat diwawancarai di Amerika, ia “kehilangan logika” cinta kepada bangsanya sendiri.

Candu nasionalisme mulai tergerus arus globalisasi. Negara yang dikagumi banyak orang diklaim sebagai negara lemah, sumber daya kurang berkualitas. Faktor-faktor itu menebabkan mental masyarakat berkurang, merasa malu mengakui bangsanya.

Nasionalisme perlu dibaca lagi agar tidak mengartikan secara sempit. Pancasila sebagai dasar negara sudah menjadi ideologi negara Indonesia yang bulat. Ras, budaya dan agama dapat disatukan dalam satu wadah bernama NKRI. Pancasila mewakili dari segala bentuk persatuan termasuk nasionalisme. Gerakan nasionalisme harus dilestarikan agar ruh negara dapat hidup. NKRI harga mati tidak bisa diubah lagi, dokrtin untuk menumbuhkan rasa nasionalisme.

Rasa cinta terhadap Negara tidak hanya mucul dari letak geografis seseorang dilahirkan, nasionalisme harus dicontohkan oleh semua warga negara. Presiden, gubernur, bupati, atlet olahraga sampai artis harus menjadi pelopor nasionalisme di mana saja berada. Sudah saatnya kita membaca lagi nasionalisme.

Untuk itu perlu kita berlogika ditambah etika dan estetika dalam menguat nasionalisme. Pertama, memahami nasionalisme, hubbul wathan (cinta tanah air) sebagai bagian dari iman. Artinya, bernasionalisme itu satu paket, yaitu bernegara dan juga beragama.

Kedua, minoritas bukan menjadi alasan untuk tidak memiliki rasa nasionalisme. Perbedaan harusnya memperkuat nasionalisme, bukan mengecilkan logika cinta pada Negara. Ketiga, inti dari implementasi nasionalisme ada pada diri kita masing-masing, kita perlu menanyakan pada diri kita. Apakah kita sudah memakai logika, etika, dan estetika dalam mencintai negara?

Keempat, bagi artis/pelaku seni harus menunjukkan rasa nasionalismenya, baik berupa perkataan, perbuatan atau karya yang dihasilkan. Artis selama ini dibayar mahal namun merusak moral. Sedangkan guru sebagai pembentuk moral, namun justru dibayar murah. Harusnya, Agnez Mo membaca pesan moral ini.

Kelima, kita harus menyadari bahwa negara kita, Indonesia adalah tanah kelahiran dan tanah akhir hayat. Doktrin seperti itu akan memunculkan nasionalisme, bangga dengan yang kita miliki adalah bentuk dari revolusi mental bangsa.

Rumus nasionalisme tak hanya logika, namun juga etika dan estetika, karena ia wujud cinta. Namun, mengapa Agnez Mo justru kehilangan logika terhadap bangsanya sendiri? Mari kita renungkan!

–Penulis adalah Mahasiswa dan Ketua UKM Unit Kajian Islam (UKI) STAINU Temanggung

Tags: Agnez MonicaAhmad FarichinKadang-kadang Tak Ada LogikaNasionalismeNU Jateng
ShareSendTweet
Previous Post

Madrasah di Ngaliyan yang Pakai Gopay Ternyata Telah Praktikkan Inovasi TI Lainnya

Next Post

Fenomena Terorisme Muda dan Pasivisme Demokrasi

Related Posts

BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah
Artikel

Sekolah: dari Pandemi hingga K-Pop

17/05/2022
7
Puisi-Puisi Saiful Bahri
Artikel

Aswaja dan Budaya Jawa dalam Pendidikan Islam

17/05/2022
7
BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah
Artikel

Membangun Pendidikan Toleransi di Sekolah

11/05/2022
8
Next Post
Menangkal Radikalisme di Kampus

Fenomena Terorisme Muda dan Pasivisme Demokrasi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKUTI KAMI

  • 2.1k Fans
  • 1.5k Followers
  • 1.7k Subscribers
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

26/07/2020
Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

28/10/2019
Panduan Memahami Akidah Aswaja dan Tauhid Wahabi

Panduan Memahami Akidah Aswaja dan Tauhid Wahabi

20/03/2020
Urgensi Statistika dalam Pendidikan

Urgensi Statistika dalam Pendidikan

24/07/2020
Urgensi Berpuasa dari Media Sosial

Membebaskan Pikiran dari Terorisme Digital

40
Muslim Wajib Peduli Alam dan Lingkungan

Muslim Wajib Peduli Alam dan Lingkungan

33
Penyakit Kronis Penulis Pemula

Membangkitkan Media Sosial PTKIS

31
Kebijakan Berbasis Maqasid Syariah Era Pandemi

Kebijakan Berbasis Maqasid Syariah Era Pandemi

29
Jangan Jadi Racun di Kehidupan Orang Lain

Jangan Jadi Racun di Kehidupan Orang Lain

19/05/2022
BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah

Sekolah: dari Pandemi hingga K-Pop

17/05/2022
Puisi-Puisi Saiful Bahri

Aswaja dan Budaya Jawa dalam Pendidikan Islam

17/05/2022
Rusman Merindukan Kiriman

Rusman Merindukan Kiriman

14/05/2022

Tulisan Terbaru

Jangan Jadi Racun di Kehidupan Orang Lain

Jangan Jadi Racun di Kehidupan Orang Lain

19/05/2022
8
BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah

Sekolah: dari Pandemi hingga K-Pop

17/05/2022
7
Puisi-Puisi Saiful Bahri

Aswaja dan Budaya Jawa dalam Pendidikan Islam

17/05/2022
7
Rusman Merindukan Kiriman

Rusman Merindukan Kiriman

14/05/2022
11
LP Maarif NU Jateng

Maarifnujateng.or.id merupakan media siber resmi milik Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jawa Tengah. Platform ini merupakan media penerbitan multisegmen yang memfasilitasi dan memotivasi pendidik, peserta didik LP Ma’arif NU serta masyarakat umum untuk memahami, menjiwai dan mencintai Ahlussunnah Waljamaah Annahdliyah serta mengembangkan kemampuan literasi.

Instagram

  • #harlahansor #harlahansor88
  • #harlahfatayatnu #harlahfatayatnu72
  • #maarifnujateng #maarifnu #maarif #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng
  • Marhaban ya Ramadhan..
  • Selamat 70th Harlah PERGUNU, Guru Mulia Membangun Peradaban Bangsa.

#pergunu #pergunujateng #pergunupusat #harlahpergunu #harlahpergunu70
  • Selamat 70th Harlah PERGUNU, Guru Mulia Membangun Peradaban Bangsa.

#pergunu #pergunujateng #harlahpergunu70 #harlahpergunu
  • #pwnujateng #pwnu #pwnujawatengah #nujateng #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng #maarifnujateng #maarifnu
  • #pwnujateng #pwnujawatengah #pwnu #nujateng #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng #maarifnujateng #maarifnu
  • Mugi husnul khatimah, yai...

Alamat Redaksi

Jalan dr. Cipto No. 180 Karangtempel, Kota Semarang, Jawa Tengah 50124

Email:
asnapustaka@gmail.com
HP: 0821-3761-3404

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

No Result
View All Result
  • Berita
  • Artikel
    • Opini
    • Esai
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Pustaka
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Sekolah dan Madrasah Unggulan
  • Unduh
  • Kirim Tulisan!

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

Go to mobile version