MASJID KOTA TUA
Kesunyian yang kau cipta kali ini
cukup menjadi doa dari Tuhanmu
lirih angin membangunkanmu
untuk meditasi di setiap denyut paru-paru
Di hari yang lain seperti doa pertamamu
kau berselimut doa dan perkakas dari langit
ketika malaikat turun di tempat pengimaman
kau berteriak dalam tangis sendu.
Dalam tubuhmu yang berbicara tentang waktu
kemarilah, lengkapi nuansa makna penuh hikmah
dalam perjalanan dan bingkisan selimut hujan
menyapamu dalam sujud terkhir pengharapanmu.
- Iklan -
Semarang, 2018
KAMAR PESANTREN
Demi sejarah yang kau punya lima dasar utama
dan kau taksir menjadi pelebur dosa
dan meriwayatkan musim-musim pelangi
di beranda kitab-kitab masyhur masa silam
Cukup membuat fisaratmu menjadi bunga
ketika kiaimu naik dan ceramah humor
kau memulai dengan menerjang bola puisi
di atas asahan pisau—kitab kuning au rajut
Sampai dini hari yang sepi
kau tersenyum membakar diri di terakhir subuh tadi
kau meminta agar Tuhan memeberi ilham
episode selanjutnya, kau berdoa.
kepada masa sebelum hilang kodratnya
tanamlah niat-niat dan jalan menuju rumah
demi tafsir yang cerah dan berkehendak pasrah.
Semarang, 2018
IRAMA SEBUAH TAKDIR
Kita baru saja menyilahkan masuk
bias pagi yang menyajikan embun dari bibir langit
tampak luruh dengan irama lagu kenari
sebelum menuju pada rasa kami berganding
membuat potret sketsa masa depan melalui fadil tubuhmu
Masih merebak ketika air matamu bermuara
putih berbunga-bunga aku menjemputmu
dengan jalan menyebut puisi dan memohon doa abdi
di ujung kita bertukar riwayat sebagai tanah
yang menyuburkan kenangan di bilik pekarangan
Wajahmu sebagai hiasan di kamar tidur
dinding retak membisu cicak cemburu ngilu
tak sempat ku sentuh ranjang diam itu
barangkali pandangmu suluh mata meriam
meminta hujan di beranda sebelum takdir bersalaman.
Semarang, 2018
JEJAK –JEJAK KEPULANGAN RUH
Tubuhmu mengucur berlumur satir
angin telah sembuh dari luka parah
wajahmu mengisyaratkan perempuan
di bilik tubuh pohon beringin
halusinasi mata dewa semua bertahta
gugur bau kencur merayakan pesta ambengan
cukup bagi kalangan pendoa
berhimpun mafhum dengan dupa mantra sahaja
Bagaian tubuhmu yang bersandiwara
di pelupuk mulut tanah dan melebur
dengan kayuhan jejak daun-daun nestapa
bagi pemelihara ruh-ruh demikianlah
ayat tuhan menduduki tabah tubuhmu
Segera kau punguti sisa kematian itu
selama tujuh hari permintaanmu
kau berlindung bara pengharapan
anak-anakmu bersaksi dengan wirid tak henti
Sebagai pemangku wajah selendang dukuh
yang kerap menjadi imam bagi mulut mikrophon
barangkali hanya sebuah tamat yang hikmat
menemanimu di gelisah bau tanah
Tentang ucapan gugur pinta surga
mencuci separuh dosa-dosamu
kini sebuah tahlil dan tanggal merah
cukup menjadi bekal di rumah selimut tanah.
Semarang, 2018
PESAN-PESAN TERAKHIR SEBELUM PULANG
-robbiatur rozi
Kau telah memilih jalan bergaun mawar
fajar begitu debar di layar petang
perangkai mimpi dari desa seberang
mengajakmu menari dan menulis puisi
Matamu di tulis darah bagi bengawan
yang berhenti menjadi pemburu nyalang
gerik dedaunan melepaskan ranting
demi petang segala yang runyam
Kutemui balkon jidat alismu
mengambang dalam pelukanku
naskah buram dalam gua kegigilan
tumbuh menjadi kredo baru di mulutmu
Di mulut panggung kau mengeja kata
dengan bekal celana dan kemeja
kau hantam dengan pesta tobong
dengan mantra dari kuburan sebelah kota
Tetapi kau tak perlu membingkis kain kafan
udara dan wajah jam telah siaga memepersiapkan
kapan tiba perawakan munkar-nakir dating
mewawancaraimu di labirin dua lahan
Apa yang semestinya di kata dalam tabik hidup
bila perahu waktu tak mencumbu ombak sedu
tiba saatnya sangkakala di siulkan
bumi goncang serupa anai-anai dalam kehinaan
Dalam ayat Tuhan, semua nyawa bermukim
tentang siapa saja wajah yang berdoa
dalam tirai-tirai kebutaan gelegar jelaga
inilah sebuah pengertian—jalan sebelum pulang.
Semarang, 2018
Biodata Penulis:
Muhamad Arifin, lahir pada 21 April 1998 di dusun Domas Rt 05 Rw 10, Desa Kenteng, Toroh, Grobogan, Jawa Tengah. Mahasiswa Progam studi Ilmu Komunikasi Universitas Semarang (USM. Puisinya tersiar di berbagai media cetak , Media Indonesia, Padang Ekspres, Radar Mojokerto, Tribun Bali, Bali Post, Banjarmasin Post, Harian Rakyat Sumbar, Radar Banyuwangi, Tanjungpinang Pos, Radar Susastra, Radar Tasikmalaya, Nusantaranews.co. Majalah Simalaba. Litera.co.id, Warta USM .Karyanya terbit dalam antologi puisi bersama antara lain. Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta, 2016) Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (Forum Sastra Surakarta, 2016) Aquarium & Delusi 1000 Penyair Terpilih Nusantara penulis buku tamu Gunawan Maryanto (Bebuku Publisher, 2016). Monolog Seekor Monyet ( Sabana Pustaka, 2016) Menemukan Kekanak Di Tubuh Petuah (Stepa Pustaka, 2016) Lelaki Bercelana Kulot Di Sebuah Pesta Pernikahan ( Oase Pustaka, 2016) Meditasi Tulang Rusuk ( Oase Pustaka) Suluk Santri 100 Penyair Islam Nusantara ( Diandra Creative, 2018) Sesapa Mesra Selinting Cinta ( Balai Bahasa Jawa Tengah, 2019) Juara 3 Tulis puisi penerbit Sabana Pustaka 2016. Juara 2 lomba cipta puisi Pospeda Santri Se-Kabupaten Demak 2016. Juara 1 untuk penulisan puisi dan juara 1 untuk pembacaan Puisi Porseni Universitas Semarang (USM). Berkesempatan menghadiri Pertemuan Penyair Nusantara XI Kudus 2019. Mengelola komunitas Orbit. Karyanya juga bisa di ditemui diblog pribadi https://klinikaksara.wordpress.com/ . bisa di hubungi lewat akun Facebook – Muhamad Arifin, Nomor ponsel 085866562197. Email: ariefmanba@gmail.com waktu dekat ia akan menerbitkan buku puisi tunggal. (hi).