Oleh Khoirun Niam
Judul: KH. A. Suyuthi Abdul Qadir
Penulis: Dr. Jamal Ma’mur Asmani, MA
Penerbit: LEKSA
- Iklan -
Tahun terbit: Cetakan I, 2019
Tebal: 230 halaman
ISBN: 978-602-5653-40-7
Setiap perjalanan kehidupan seseorang tentu ada yang laik di jadikan sebuah biografi begitu pula sebaliknya. Sebab dalam biografi tentu kita harus mampu untuk mengambil ibrah dan tauladan tentang seseorang yang di ulas secara mendetail tersebut. Sebab biografi adalah menceritakan prestasi yang telah di ukir dalam menjalani kehidupan.
Buku yang di tulis oleh Dr. Jamal Ma’mur Asmani, berusaha memaparkan dan menjelaskan kehidupan KH. A Suyuti Abdul Qadir dalam mengabdi kepada masyarakat baik melalui struktural Nahdalatul Ulama atau pun melalui kultural Nahdlatul Ulama. KH. A. Suyuti Abdul Qodir adalah sosok pencari dan pengelana ilmu yang tak pernah puas mereguk lautan ilmu sepanjang hayat.
Salah satu episode intelektual KH. A. Suyuthi Abdul Qodir yang sangat mempengaruhi kelimuan, karakter dan perjuangannya adalah belajar di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan langsung Hadlratussyaih M. Hasyim Asy’ari. Hadlratussyaih M. Hasyim Asy’ari adalah sosok sosok yang mengispirasi KH. Suyuthi Abdul Qodir dalam kehidupannya.(hal xii).
Karena KH. Hasyim Asy’ari mengajarkan pentingnya kolaborasi dalam perjuangan. Tidak mungkin perjuangan mencapai keberhasilan tanpa kolaborasi dengan seluruh elemen masyarakat, baik pemuka atau umum. Salah satu perjuangannya nyata yang dilakukan oleh KH. A. Suyuthi Abdul Qodir adalah dengan membangun Pesantren dan Madrasah Roudlotul Ulum. Keberhasilan tersebut tak akan lepas dari kiprah dari lingkungan sekitarnya.
Sedangkan kiprahnya dilingkup struktural Nahdaltul Ulama yaitu ketika menjadi Rois Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Pati yaitu pemegang dan pengendali organisasi. Ia adalah simbol organisasi yang harus di hormati dan di junjung tinggi. NU adalah organisasi para ulama myang harus menempatkan ulama dalam posisi paling tinggi dalam hirarki dalam stukrur organisasi. Kiai Suyuthi menepati posisi sebagai Rois Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kab Pati sejak tahun 1960 sampai wafatnya tahun 1976. (hal 112).
Seperti yang dijelaskan oleh penulis dalam kata pengantarnya bahwa melalui buku ini memmotret biografi KH. A. Suyuthi Abdul Qodir secara lengkap. Buku yang terdiri dari lima belas bab. Bab pertama menjelaskan silsilah keluarga. Bab kedua menjelaskan episode intelektual yang dilalui. Bab ketiga menjelaskan guru seperjuangan. Bab keempat, karakter kiai Suyuthi, menjelaskan strategi dakwah di masyarakat, menjelaskan metode mengasuh santri dan selanjutnya.
KH. Suyuti tentu mengidolakan KH. Hasyim Asy’ari. Sehingga beliau belajar di Tebuireng selama dua kali. Pengaruh Kiai Hasyim ini sangat besar dalam konteks pemikiran fiqh, karena Kiai Hasyim dikenal sebagai pakar hadis dan fiqh sekaligus yang mampu melahirkan pemikiran-pemikiran cemelang sebagi solusi persoalan bangsa dalam skala luas.(hal 159).
Buku yang terdiri dari puluhan bab ini, penulis mencoba menjelaskan biografi sosok Kiai Suyuthi Aldul Qodir dengan berbagai kiprahnya dan penjuangannya dalam pengamdian terhadap masyarakat, terutama pengapadiannya kepada Nahdlatul Ulama Kabupaten Pati baik secara stuktural atau pun kultural.
Meskipun begitu, apabila di telaah lebih mendalam perihal isi buku ini. Bisa dibilang penulis terlalu tergesa-gesa dalam menulisnya, sehingga sebagai pembaca banyak menemukan pengulangan-pengulangan materi dan terlalu banyak menyebutkan nama-nama. Padahal hal tersebut sangat mengganggu pembaca.
Terlepas dari semua itu, buku ini adalah sumbangsih terhadap dunia perbukuan yang berada di negara kita, yang nota bene sangat lesu. Sebab bangsa kita masih banyak yang berbicara dari pada yang menulis. Tentu kehadiran buku biografi ini memberikan oase tersendiri bagi kalangan santri dalam lingkup kecil; sedangkan dalam lingkup lebih luas yaitu bagi kalangan Nahdlatul Ulama baik secara stuktural atau pun kultural.
Biografi ini tidak untuk membanggakan KH. A. Suyuthi, tapi menjadikannya ibrah bagi genarasi muda sekarang yang terkenal dengan generasi now atau generasi milineal yang akrab dengan teknologi. Belajar kepada KH. Suyuthi, maka seyogianya generasi milineal sekarang lebih mengedepankan proses dari pada hasil. Jangan sampai generasi sekarang terjebak dengan budaya instan yang membunuh spirit pengorbanan dan perjuangan tanpa henti. Selamat membaca.
-Peresensi adalah Pengurus LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah