Oleh: Jamalul Muttaqin*
Jika Anda pernah merasakan berada dalam kungkungan dan belenggu atas kejamnya penjajahan (dalam semua bentuk) Anda akan merasakan manisnya kemerdekaan dan mahalnya kemerdekaan itu. Masyarakat Indonesia telah merasakan pahit-manisnya memperjuangkan harga diri negara ini dari tangan-tangan penjajah. Nenek moyang kita berperang melawan keganasan bangsa-bangsa Eropa saat itu.
Sekarang, di bulan Agustus, bulan kemerdekaan Indonesia, saya ingin mengucapkan “selamat ulang tahun Indonesia” negeri tercinta. Kini, bendera sang saka merah putih berkibar di seluruh pelosok Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Sekarang bisa menghirup udara segar kebebasan. Masyarakat bersatu; dari yang berbeda ras, suku bangsa, agama menjadi kekuatan barisan pejuang sampai dengan titik darah penghabisan.
Betapa nyaringnya Soekarno memekikkan “kemerdekaan” pada tangga 17 Agustus 1945 yang disaksikan oleh wajah kebahagiaan, para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda. Bendera merah putih yang dijahit oleh Fatmawati berkibar saat itu.
- Iklan -
Ikutlah Berbahagia Atas Kemenangan
Menjelang hari kemerdekaan Indonesia, biasanya persiapan untuk merayakan hari patriotik dilakukan dua sampai tiga minggu sebelum tanggal 17 Agustus. Kita bisa menyaksikan gedung-gedung perkantoran yang bertingkat tinggi di sekitar kota mendirikan spanduk besar dengan desain berlampu, pagar di sekitar Istana Presiden, dan setiap kantor pemerintah dibungkus dengan bendera merah putih.
Tidak hanya perkantoran, bendera ada dimana-mana, di mall dan di pasar-pasar, ada dekorasi dengan warna merah dan putih. Bahkan disana banyak yang mengobral bendera merah putih di Hari Kemerdekaan, pemerintah kota menghabiskan banyak uang untuk membuat rangkaian unik dekorasi sepanjang jalan raya utama berwarna merah dan putih. Seluruh kompleks perumahan mengecat ulang gerbang utama yang didekorasi dengan tema kemerdekaan. Seluruh kota berubah warna menjadi merah dan putih dengan tulisan Dirgahayu RI (Hidup Indonesia!)
Setiap tahun kita akan menyaksikan kemegahan upacara paling khusyuk dan pengibaran bendera di Istana Nasional, upaya yang disiarkan langsung di televisi. Itu adalah tontonan penghormatan terbesar dan kehormatan bagi bendera dan Republik. Upacara dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden, dan dihadiri oleh kabinet, petinggi militer, anggota keluarga presiden saat ini dan sebelumnya, korps diplomatik dan tamu terhormat. Siswa sekolah menengah dari seluruh nusantara dipilih karena keterampilan berbaris mereka dan melakukan pertunjukan langkah-langkah rumit dan untuk mengibarkan bendera.
Setiap tahun sekali, pasti akan ada pertanyaan yang substansial “sudahkan Indonesia merdeka? Sudahkan substansi kemerdekaan didapat dari sekadar peringatan seremonial.” Pertanyaan-pertanyaan itu bagus dan mencerdaskan. Tapi, bukan tidak penting mengungkapkan kebahagiaan dengan upacara seremonial sebagai luapan rasa syukur yang tidak berlebihan.
Sambil lalu, bukan sekadar basa-basi para pemimpin, tapi mengingatkan tentang sejarah perjuangan bangsa kepada anak cucu, mengingatkan tentang kualitas manusia, kesejahteraan, keadilan, dan tegaknya kesatuan Republik Indonesia.
Mensyukuri kemerdekaan adalah luapan emosi yang berhubungan dengan Tuhan, semata-mata manusia merdeka dalam kehidupannya telah ditentukan agar bisa menjalankan sebagai tanggungjawabnya di muka bumi. Bersyukur akan melahirkan perbuatan baik (amal saleh) sebagai bentuk pewujudan dari orang yang bermanfaat bagi orang lain (khairun naas anfa’uhum linnaas), yakni berbuat sesuatu yang terbaik untuk kemaslahatan umat.
Kita memperingati kemerdekaan dengan kegiatan yang bermacam-macam sesuai dengan kemampuan, keadaan, keikhlasan. Sejenak, berhentilah untuk mengkirik disaat kebahagiaan tu harus dinikmati bersama, karena memperbaiki bersama lebih baik dari sekadar melihat di balik layar menyaksikan kesalahan-kesalahan orang lain. Ikutlah bergembira atas pekikan kebahagiaan atas kemenagan Indonesia. Merdeka!
Yogyakarta, 2020 M.
–Jamalul Muttaqin, Mahasiswa Pasca UIN Sunan Kalijaga. Pengajar di SMP-SMA Ali Maksum, Krapyak, Yogyakarta.