AYAT NOSTALGIA
masa lalu mengeja wajahmu tersipu dalam ingatan
seperti foto dalam album riwayat yang berdebu
jejak dan senyum tertinggal seperti gang-gang lengang
- Iklan -
aku menunggu di ruang tamu menanti sebuah perbincangan
hangat dengan aroma kopi menawarkan kisah-kisah baru
: perjumpaan, perpisahan, kerinduan lantas persuaan kembali
seperti cumbu dan cium yang tak pernah sepi
kalender-kalender sarat dengan perjumpaan gaduh
saat kita menziarahi kembali lintasan-lintasan
ingatan kepada kamu yang dipingit waktu
aku ingin mengecupmu dengan cinta
yang sanggup tumbuhkan masa lalu
seperti musim menunaskan bunga
bermekaran di sela payudaramu
tempat aroma rindu legitnya cinta
seganap kangen ingin memanggil-manggil perjumpaan
agar kita bisa berbincang menerka dan menakar setia
biarlah kita sesekali menggapai rindu dan menggamitnya
dalam kenangan sekaligus perjumpaan
membiarkan kata-kata hampa dan berjumpalitan di udara
: hingga yang tinggal cuma peluk dan kecup melepas pesan!
perempuan itu menunda senyum
berharap kalender akan sarat dengan perjumpaan gaduh
namun matanya hanya menziarahi lintasan-lintasan
tak ada yang mengecupnya
musim semi meninggalkan tunas-tunas bunga
membiarkan segala kelopak dan putik berjumpalitan
di antara awan dan bulan jingga
kecup itu telah mengabaikan pesan cinta
SEBELUM MEMULAI PERJALANAN
tak ada peta atau kompas penunjuk arah
namun cinta akan menunjukkan kiblat yang tepat
batas demi batas berjalan bersama kenangan
batas demi batas berlalu selalu menyembut namamu
batas demi batas merayap pelan menggumamkan gairah rindu
entah di bandara mana, entah di dermaga mana
kangen selalu menemu kitab yang kelak mencatatnya
sebelum memulai perjalanan langit telah mencatat
: setiap burung akan menemu sarang.
PERTANYAAN –PERTANYAAN KARNA
“ mengapa aku harus dihanyutkan, ibu?”
perempuan itu tak pernah menjawab, tangannya terus menganyam sarang laba-laba
atau sesekali menjulurkan telapak tangan agar kupu-kupu bisa bertelur di sana
“haruskah itu? dan untuk apa, ibu?”
perempuan itu kini menari sambil menangkapi sayap-sayap burung yang berjatuhan
ikan-ikan capek berenangan, angsa-angsa bosan mengibaskan sayap-sayapnya
“pelayaran itu apakah kutukan atau tugas yang diwariskan, ibu?”
perempuan itu membasahi rambutnya.titik-titik air yang tersangkut di rambut
menjadi kristal-kristal bening seperti embun yang berkilau saat dicium matahari
“mengapa pengembaraan itu harus dimulai saat dini hari, ibu, saat aku belum sempat dolanan gobak sodor dengan adik-adikku? saat aku masih begitu gandrung oleh warna langit yang jingga?”
PEREMPUAN YANG TELANJANG SERUPA KALINYAMAT
*) kepada Joan Miro
telanjanglah! bisikmu tergesa
maka segenap perempuan itu telanjang
serupa Kalinyamat yang menyimpan dendam
di sekujur tubuh dan peluhnya
telanjangmu adalah pemukat rahasia
penghuni-penghuni langit akan terpikat
maka segala teka-teki akan dijabarkan
telanjangku yang gelisah adalah meditasi! : serumu
pintu-pintu itu terbuka segala mata penjaga rimba terjaga
suara-suara tak putus meneriakkan sabda-sabda itu
telanjanglah engkau tak lagi tamu!
maka segala suara itu membisikkan pengetahuan-pengetahuan
yang dulu disingitkan dalam kitab-kitab yang disucikan
*) Tjahjono Widarmanto. Penyair tinggal di Ngawi. Buku puisinya Percakapan Tentang Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak, merupakan salah satu pemenang buku puisi terbaik versi HPN 2016