Oleh Sam Edy Yuswanto
Puasa sudah berakhir. Namun, pernahkah kita bertanya, dan menjawab pertanyaan, mengapa puasa sarat akan kesehatan manusia? Puasa di bulan suci Ramadan termasuk rukun Islam dan merupakan amal ibadah yang harus ditunaikan selama sebulan penuh oleh setiap umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan yang sudah mencapai usia baligh, berakal, dan mampu (tidak dalam keadaan sakit yang parah) untuk menjalankannya. Usia baligh di sini dapat ditandai dengan mimpi basah atau keluar air mani bagi laki-laki dan telah mengalami haidh atau menstruasi bagi kaum perempuan.
Khusus bagi perempuan muslimah yang sedang dalam kondisi haidh dan nifas, ia mendapat keringanan untuk tidak berpuasa terlebih dahulu, akan tetapi mereka harus meng-qadha atau menggantinya pada bulan lain. Begitu juga orang yang sedang dalam keadaan bepergian jauh (yang memperbolehkannya melakukan qasar shalat), maka ia mendapat keringanan untuk tak berpuasa Ramadan (dan mengganti puasanya pada bulan lain), dengan catatan selama bepergiannya tidak bertujuan untuk melakukan kemaksiatan dan perginya dimulai sejak pagi (sebelum Subuh).
Mengapa harus ada persyaratan harus pergi di waktu pagi atau sebelum Subuh? Mungkin pertanyaan ini pernah tebersit di benak sebagian orang. Ada ulasan menarik dari Ustadz Ahmad Mundzir (NU Online, 10/5/2019) terkait hal ini. Menurutnya orang puasa yang bepergian mendapatkan rukhshah (dispensasi) untuk tidak berpuasa bila memenuhi dua kriteria:
- Iklan -
Pertama, jarak perjalanannya jauh (dengan ukuran jarak minimal masafatul qashri yaitu jarak orang diperbolehkan untuk meng-qashar shalat (88,749 km). Kedua, ia sudah meninggalkan rumah minimal sebelum subuh. Hal ini penting diperhatikan supaya orang yang berpuasa tersebut tidak menyandang dua status sekaligus, yakni status sebagai orang yang di rumah dan bepergian dalam sehari itu.
Puasa merupakan amal ibadah yang istimewa dan seyogianya selalu kita sambut dengan penuh suka cita. Terkait hal ini, Nur Solikhin dalam buku Tata Cara dan Tuntunan Segala Jenis Puasa menjelasakan bahwa puasa mempunyai kedudukan yang luar biasa dibandingkan ibadah lainnya. Semua ibadah tertuju untuk diri sendiri, kecuali ibadah puasa yang tertuju hanya untuk Allah Swt., dan Dialah yang akan memberikan ganjarannya. Selain itu, bila ditinjau secara psikis, puasa membuat jiwa stabil dan mampu menjadi pengendali diri agar kita tak mudah mengalami guncangan jiwa.
Pembahasan tentang hukum berpuasa Ramadan (sekaligus siapa saja orang-orang yang mendapat keringanan tak berpuasa) tentu masih sangat panjang bila dibeberkan dan membutuhkan sumber dalil-dalil yang akurat, sebagaimana pernah dibahas oleh para ulama dalam kitab-kitabnya. Namun, dalam kesempatan kali ini, saya akan lebih memfokuskan pada hubungan puasa dengan kesehatan tubuh manusia.
Lebih Sehat dengan Berpuasa
Puasa yang secara rutin dilakukan oleh umat Islam di berbagai belahan dunia setiap bulan Ramadan, ternyata tak sekadar ibadah dan perintah yang harus ditaati. Namun di baliknya terkandung hikmah dan manfaat yang pada muaranya nanti untuk kebaikan manusia itu sendiri. Bila ditinjau dari ilmu medis atau kedokteran, puasa memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan tubuh manusia. Bahkan, bisa menjadi salah satu terapi atau menyembuhkan beragam jenis penyakit.
Asjroel Sjakrie, Kepala Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, mengatakan puasa sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Sebab ketika tidak makan dan minum, kadar gula dalam darah akan turun. Puasa merupakan sarana terapi kesehatan, di mana siang hari akan terasa lapar dan haus. Dengan lapar dan haus ini akan terjadi pemecahan katabolisme (respirasi sel). Sehingga energi akan diisi lagi untuk bekerja. Simpanan lemak dan kadar gula akan terpakai yang berdampak pada perbaikan sel-sel pada organ tubuh kita (NU Online, 19/6/2016).
Dalam Buku Pintar Mukjizat Kesehatan Ibadah, Dr. Jamal Elzaky menjelaskan secara panjang lebar perihal manfaat puasa Ramadan bagi kesehatan tubuh kita. Puasa merupakan satu-satunya cara paling efektif untuk mengusir toksin yang mengendap dalam tubuh. Definisi toksin, merujuk KBBI Online, adalah zat racun yang dibentuk dan dikeluarkan oleh organisme yang menyebabkan kerusakan radikal dalam struktur atau faal, merusak total hidup atau keefektifan organisme pada satu bagian. Puasa selama seminggu akan membersihkan saluran pencernaan dari berbagai bakteri dan mikroba serta zat beracun yang membahayakan kesehatan. Pembersihan terus berlangsung untuk mengeluarkan zat-zat yang berlebih serta racun yang terdapat pada kelenjar air liur, lambung, usus besar dan usus halus, pankreas, saluran kemih, kelenjar keringat, dan lainnya. Puasa juga akan mengurangi getah lambung dan tingkat keasamannya. Inilah yang menjadi alasan mengapa puasa itu akan membuat tubuh manusia menjadi lebih sehat.
Salah satu penyakit (sebagaimana diurai Dr. Jamal Elzaky) yang bisa sembuh dengan berpuasa adalah penyakit kulit. Alasannya, karena puasa mengurangi kadar air dalam darah sehingga kadar air pada jaringan kulit pun berkurang. Setidaknya ada empat manfaat puasa bagi kesehatan kulit. Pertama, meningkatnya pertahanan kulit dan perlawanannya terhadap mikroba dan bakteri. Kedua, berkurangnya kemungkinan penyebaran penyakit kulit dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain, misalnya penyakit gatal-gatal. Ketiga, mengurangi gejala penyakit alergi serta mengurangi penumpukan lemak pada jaringan kulit. Keempat, berkurangnya zat-zat beracun dalam tubuh sehingga mengurangi risiko enzimosis yang menyebabkan luka tetap basah dan bernanah.
Selain penyakit kulit, manfaat puasa bagi kesehatan sebagaimana diuraikan oleh Dr. Jamal Jamal Elzaky antara lain mencegah terjadinya gangguan pada ginjal, mencegah hipertensi, rematik, menguatkan fungsi pencernaan baik dalam tahapan digesti maupun sekresi lemak dan protein pada sel-sel tubuh sehingga semua sel tubuh berfungsi dengan baik. Selain itu, puasa juga menjadi sarana yang baik dan tepat untuk mencegah penyakit gula (diabetes). Seorang ahli medis, Barber SG dkk (1979) pernah membuat penelitian yang hasilnya menyatakan sangat jarang ditemukan penyakit gula pada kaum muslim yang taat menjalankan ibadah puasa. Pun jumlah penderita penyakit tersebut makin hari kian berkurang. Bahkan di sebuah rumah sakit, tak ditemukan seorang pasien pun yang dinyatakan positif menderita penyakit gula selama bulan Ramadan.
Mengakhiri tulisan saya kali ini, saya berharap mudah-mudahan dengan memahami manfaat puasa bagi kesehatan tubuh manusia tersebut, dapat memotivasi kita untuk lebih bersemangat dalam menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan ini. Wallahu a’lam bish-shawaab.
-Penulis adalah alumnus STAINU, Fak. Tarbiyah Kebumen.