MUTIARA-MUTIARA YANG BERKILAU
Setiap hari kau panjatkan doa
demi kesuksesan masa depan
Setiap hari kau selalu memberi nasihat
Benturan ombak kehidupan
kau sembunyikan dariku
Ibu kau selalu bangun di sepertiga malam
menangis pada sang ilahi, bersujud pada rabmu
berharap keselamatan
“Berangkatlah dengan menyebut nama Allah selalu diperjalananmu”
itulah saku nasihat yang kasih padaku.
Sedang apakah aku bisa membalas jasa-jasamu?
SESUAP NASI
Embun menetes bersama air mata
Ku arungi langkah tapak kaki dengan doa
Ku tinggalkan senyuman ibu di pagi hari
Demi layak masa tuanya kelak
- Iklan -
Ombak besar ku arungi sebagai gadis rantau di kota sana
Semilir angin berhembus menyemai kulit
Luasnya samudra ku arungi sendiri
Gersanganya kehidupan ku jalani
Demi sang pahlawan kehidupan
Ibu…nama itu selalu ku sebut di sepertiga malamku
Tetesan air mata yang membasahi tempat sujud ini
Berharap esok matahari pagi memberi senyumn indah padaku
Langkah ini selalu ku awali dengan nama rabku
Sesuap nasi ku cari terlebih dahulu kesana kemari
Untuk bahagianya kelak, kini esok dan nanti
DI BALIK MAKNA SOLAT 5 WAKTU
Manusia termulya berjalan pada malam kelam dengan kesunyian
Dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa
Sungguh Mulia engkau wahai sang utusan Ilahi
Burraq itulah nama hewan yang menemanimu saat malam kesunyian itu
Muhammad Itulah namamu, seorang insan yang agung tanpa sebutir Dosa
Kau pembawa risalah dari tuhanmu pada umatmu
Sebuah tragedi yang hanya dilalui satu malam
Engkau diangkat ke langit untuk menemui rabmu disana
Tak ada yang percaya sang utusan ilahi bertemu rabnya
Solat itulah sebuah ibadah yang Rasul bawa ketika Isra’ Mi’raj
Ketika sang utusan tahu 50 kali dalam satu hari umatnya tidak akan mampu
Solat…sebuah ibadah sebagai tanda pendekatan hamba dengan Rab-nya
Wahai tuhanku…umatku tidak akan sanggup ibadah sebanyak itu
Rab-nya memutuskan lima kali dalam sehari
Utusan ilahi meninggalkan langit
Membawa pesan dari sang rabbi pencipta alam ini
Berjuang melewati duri kehidupan
Menahan cacian, hasutan dan kekerasa
Demi tegaknya Islam sang agama damai
SEMESTA BERTILAWAH
Adzan telah memanggil sang insan yang penuh dosa
Bergegas menuju baitullah nan suci
Tapak jalan berkelikir dilewati
Demi bertemu sang ilahi
Semesta bertilawah itulah julukannya
Pohon-pohon menunduk dalam tangisan yang sunyi
Burung burung berkicau bertasbih menyebut namanya
Rumput-rumput berdiri mengangugkan ciptaannya
Seakan mereka melihat sabg ilahi
Angin bersiteru dengan hujan yang lebat
Gelap, kelam sunyi dan petang
Gubuk yang kutinggali mulai membunyikan suara
Sendiri dalam kehidupan yang fana ini
Lisan ini, tak henti mengucapkan nama ilahi
Maaf, ku menyendiri tuk saat ini
Karena ku ingin menyaksikan semesta bertilawah pada rabbi
KALBU YANG TERPISAH
Hembusan angin pagi terasa hening
Dalam untaian tetesan embun yang hampir sirna
Aku mulai ingat akan sosok bayangan hati
Ketika dia, berjalan jauh tanpa memikirkan tangisan kalbuku
Resah dan gundah selalu menyelimuti wajah suram ini
Tak mampu aku bagi pada orang lain akan bekas rasa ini
Entah apakah dirimu disana masih mengingat bayanganku
Sedang aku, menaggung kedipan kenangan kita
Jejakpun tak kau tinggalkan bekas
Kabarpun tak kau ayunkan padaku
Apalagi bayangan nyatamu tak kau tampakkan padaku
Ketahuilah meski raga dan kalbuku jauh darimu
Aku rela tetesan air mata ini kering
Aku rela menelusuri tapak jalan demi menemukan kalbu yang terpisah ini
Ketahuilah, semua ini karena aku mencintaimu
*Nafilah Sulfa, Pengurus Santri di Ziyadatut Taqwa – Larangan Tokol Pamekasan – Madura, Mahasiswi IAIN Madura