Oleh Muhammad Adi Sucahyo
Biodata Buku
Judul Buku : Pendidikan Nasionalisme (Teori dan Aplikasi)
Penulis : Usman Mafrukhin
- Iklan -
Penerbit : CV Pilar Nusantara
Cetakan : 1, Februai 2020
Tebal : 13 x 19 cm, IX + 93 halaman
ISBN : 978-623-7590-54-5
Dalam bab pertama penulis banyak bercerita tentang hubungan antara naionalisme dengan agama dan pengertian nasionalisme. Nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan dan cita – cita kedaulatan suatu negara. Nasionalisme juga diartikan suatu paham yang menjunjung tinggi rasa cinta terhadap negaranya dengan usaha yang dilakukan secara sadar mempertahankan kemerdekaan ikut serta dalam mewujudkan cita – cita negaranya. Nasionalisme juga kerap diartikan sebagai suatu jati diri suatu bangsa dan rasa bangga terhadap suatu bangsa tersebut, misal seperti mempertahankan dan mengaplikasikan idiologi negara yang telah disepakati saat negara berdiri.
Konsep nasionalisme juga sering diperdebatkan dangan hubungan antara agama dan negara, sedangkan agama dan negara itu banyak. Dalam konsep hubungan negara dan agama ada beberapa pendapat, yang pertama adalah yaitu pemisahan antara agama dan negara, yang kedua penguasaan agama terhadap negara dengan membuat suatu kebijakan ataupun sisitem negara dengan apa yang telah diatur didalam beragama, adapun yang ketiga adalah penyatuan agama dan negara, atau sinergitas antara agama dan negara. Negara dan agama seperti halnya lebah dengan bunga yang saling membutuhkan satu sama lain.
Dan Indonesia dalam pesoalan agama dan negara dalam penerapanya menggunakan konsep penggabungan antara agama dan negara. Artinya apa yang diatur didalam ideologi ataupun sistemnya tidak semua berdasarkan atas apa yang diatur dalam agama, tidak juga bersebrangan dengan ajaran agama. Atau mengkorelasisakan apa dari tiap – tiap ajaran agama satu dengan yang lain dan itu menjadi suatu prodak hukum yang berlaku. Ataupun suatu daerah mempunyai peraturan tersendiri berdasarkan kebudayaan yang sudah ada didaerah tersebut. Sehingga dalam berdirinya negara Indonesia telah memilih Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara. Atau sebagai ruh seluruh rakyat Indonesia dalam menjalankan kehidupan bernegara dan beragama.
Dalam berdirinyaIndonesia hingga saat ini aksi terorisme masih belum selesai, karena adanya gerakan yang ingin memberlakukan sistem dan menggantikan idiologi bangsa dengan idiologi yang kelompok ini yakini. Seperti halnya kaum komunis yang ingin menggantikan ideologi pancasila dengan komunis. Namun belakangan ini bukan hanya komunis yang ingin menggantikan pancasila dengan idiologi lain. Misalnya menggantikan idiologi negara dengan agama, yakni dengan apa yang diatur dalam suatu negara harus berdasarkan apa yang telah diatur dalam agama. Dan sayangnya kerap kali agama islam yang dianggap melakukan aksi terorisme sehingga menciptakan stigma pada masyarkat di dunia, Islam sebagai agama yang keras, atau Islamphobia. Maka dari itu buku pendidikan nasionalisme ada, untuk memaknai yang sesungguhnya dan membantah tudingan bahwasanya islam adalah agama yang keras, islam adalah agama yang tidak toleran, dan oang – orang islam adalah orang yang tidak nasionalis.
Dalam buku ini penulis juga mengulas tentang implementasi dari pendidikan nasionalisme. Menurut penulis pendidikan nasionalisme harus ditekankan pada lembaga pendidikan ataaupun elemen pendidikan sejak dini. Pendidikan yang paling awal adaah orang tua dan seharusnya dalam keseharianya orang tua dapat memberikan contoh ataupu memberi tahu tentang sejarah kemerdekaan bangsa ini berdiri. Sehingga anak akantahu rasa menghargai dengan pahlawan yang rela berkorban untuk kemerdekaan negaranya. selanjutnya penekanan juga diterapkan dalam lembaga pendidkan formal ataupun non formal, misal dalam praktik pembelajaran dapat dikaitkan dengan nasionalisme, ataupun menuntut guru mampu membahasakan nasionalisme kedalam bahasa anak didik. Namun sebelum anak didik tahu tentangnasionalisme gurupun juga harus paham nasionalisme itu sendiri secara arti atupun dalam pengaplikasianya. Ataupun sebelum guru tahu nasionalisme seharusnyasistem yang digunakan ndalam pendidikan juga harus nasionalis.
Dalam membentuk generasi yang nasionalis selain lingkungan, peran pendidikan juga sangat berpengaruh. Tidak hanya pendidikan formal namun pendidikan non formal seperti pesantren juga harus ikut andil mensosialisasikan nasionalisme itu sendiri. Setidaknya peran dari pemuka agama mampu menerjemahkan nasionalisme dalam kehidupan sehari – hari itu seperti apa, atau mampu menerjemahkan idiologi pancasila yang tidak bersebrangan dengan syariat agama islam. Penulis juga mengulas tentang idiologi pancasilayang tidak bersebrangan dengan agama islam, bahkan nilai – nilai yang ada daripada tiap – tiap sila itu ada kaitanya dengan islam. Berdasarkan sejarah, pancasila dibentuk oleh terwakilan daripada tiap ormas dan agama yang ada kali itu, termasuk dalam penghapusan tuju kata yang berbunyi “ dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya”. Diganti dengan ketuhanan yang maha esa, karena sangat berbahaya untuk kesatuan bangsa dan negara Indonesia, dikarenakan tidak hanya orang islam saja yaang ikut kesertaanyadalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dan di negara Indonesia ada banyak agama sehingga ditakutkan malah akan menjadi pertempuran saudara hanya karena agama.
Pendidikan islam dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak bisa dipisahkan, K.H Hasyim Asy’ari berfatwa cinta tanah air adalah bagian dari iman. Dari sini dapatdiartikan bahwa islam bukanlah agama yang anti dengan nasionalisme, bahkan islam juga mengajarkan bagaimana sebagai orang yang taat terhadap agama dan nasionalis. Adapun adanya kelompok yang menggap Indonesia negara kafir dan suka mengkafirkan orangyang tidak sependapat denganya, maka sesungguhnya kelompok tadi tidak tahu bahwa Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan bagaimana nasionalisme itu tersendiri. Sehingga dalam pendidikan Islam hendaknya guru yang mempunyai rasa nasionalis, dikhawatirkan jika guru tidak mempunyai nasionalis dan tidak mampu mengartikan pancasila dengan menggunakan sudut pandang agama islam, bahkan tidak hanya islam, tapi agama lainya juga. Dikhawatirkan gurubukan menginformasikan yang benar terkait nasionalisme dengan agama justru malahakan mengadu domba peserta didik sehingga muncul kebencian terhadap orang yang beragama lain.
Kelemahan buku ini dalam memaknai nasionalisme hanyamemakai satu sudut pandang agama, yaitu menggunakan sudut pandang agama islam. Sehingga dikhawatirkan bukanya malahnambah minat dari pembaca yang non agama islam justru malah memperjelek agama islam. Ketika judulnya adalah pendidikan nasionlisme dalam kaca mata islam ( teori dan aplikasi ) maka baru pas. Kalau ini malah seperti mendiskriminasikan salah satu agama. Adapun banyak hal yang belum terulas dalam buku ini seperti pendidikan nasionalisme dan pendidikan agama ditinjau dari pandangan politik.
Kelebihan buku ini dapat mencerahkan pembaca bahwa pendidikan islam dengan nasionalime itu berkaitan. Bahkandalam islampun nasionalisme juga diajarkan oleh baginda nabi Muhammad SAW, dan para penerusnya. Dan buku ini dapat dibaca oleh anak – anak SMP – mahasiswa, ataupun guru tau dosen yang ingin tahu dan mengimplementasikan dalam metodologi ataupun konsep dari prosesi belajar mengajar.
-Peresensi Mahasiswa STAINU Temanggung