Demak, Maarifnujateng.or.id – Penetrasi media siber, media sosial dan layanan pesan yang kini didominasi berita, gambar, dan video dengan kepentingan ideologi, menjadikan iklim maya menjadi ekstrem. Wajah Islam yang aslinya moderat, ramah, tidak kaku dan mengutuk orang, kini karena dunia maya dikuasai penganut radikalisme, maka seolah-olah Islam itu radikal, galak dan mudah marah. Hal itu harus dijadikan sinyal para penyuluh agama Islam untuk menjadikan iklim maya sebagai media dakwah.
Demikian yang disampaikan Koordinator Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) Hamidulloh Ibda dalam pembekalan penyuluh agama Islam fungsional Kemenag Demak, Rabu (12/2/2020) di rumah makan Kalijaga Demak yang dirangkai dalam Pembekalan Penyuluh Agama Islam Masuk Madrasah.
Pengurus Bidang Diklat dan Litbang LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah ini mengatakan bahwa penyuluh yang memiliki tugas informasi, edukasi, advokasi, harua menguasai media massa baik siber, cetak, audio visual, media sosial dan layanan pesan dengan konten-konten ramah.
“Dari data Ditjen Pendis Kemenag RI, saya menemukan ada 342 madrasah dari MI sampai MA. Sedangkan sesuai data Simnu Ma’arif, ada 92 sekolah dan madrasah Ma’arif. Ini tugas berat bagi para penyuluh karena yang dihadapi pendidikan,” kata Ibda yang juga Pengurus Bidang Literasi Media Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Jawa Tengah.
- Iklan -
Usai pemparan materi tentang literasi media digital, Ibda yang juga dosen STAINU Temanggung itu mengajak puluhan penyuluh itu untuk praktik menulis berita dan mengaktifkan kembali media sosial yang dimiliki peserta.
Sementara itu, Kasi Bimas Kemenag Demak Ali Sugiyanto di sela-sela acara. “Pembekalan program penyuluh masuk madrasah ini dicanangkan Kepala Kantor Kemenag Demak H. Muhaimin, MH., yang sangat bagus,” katanya.
Salah satu tujuan dari program tersebut adalah untuk membendung faham transnasional yang cenderung liberal, radikal dan tidak moderat. “Tujuannya untuk menanggulangi faham radikalisme di madrasah. Karena anak-anak sekarang usianya milenial, sehingga mereka harus paham tentang apa itu radikalisme. Maka peran penyuluh sangat penting untuk hadir di dunia pendidikan,” lanjutnya.
Untuk wilayah kerja, ia mengatakan bahwa penyuluh agama Islam itu akan bergerak sesuai daerah binaan. “Objeknya adalah di madrasah di wilayah binaan masing-masing tiap penyuluh. Juga nanti sinergi dengan sekolah negeri. Sasaran kami spesifik jenjang MTs dan MA,” bebernya.
Dalam pembinaan itu, dihadirkan pula H. Afif Mundzir, M.S.I tentang materi menolak radikalisme dengan moderasi beragama, dah Kusumawati, S.KM, M.Kes tentang bahaya narkoba, miras dan HIV/AIDS bagi remaja. (admin/AZ).