Oleh M Novianto Dwi Kurniawan
Dalam pelajaran sejarah di sekolah, kita pasti pernah mendengar tentang ‘Bambu Runcing. Bahkan, senjata tradisional yang terbuat dari bambu yang diruncingi ujungnya tersebut menjadi simbol perjuangan. Di mana pada setiap pusaran makam Pahlawan terdapat simbol Bambu Runcing dengan bendera merah putih. Tapi, tidak banyak yang tahu, siapa sosok pemilik senjata yang kini menjadi monument hampir di setiap kota tersebut . Namanya tidak setenar Bambu Runcingya.
Adalah sosok KH Subkhi, Beliau merupakan putra sulung dari KH Harun Rasid, dan sang kakek yang bernama KH Abdul Wahab, merupakan salah satu pasukan Pageran Dipnegoro. Tapi, sampai saat ini, KH Subkhi tokoh penggagas senjata tersebut belum mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional. Padahal, putra beliau yang gugur karena tertembak ketika belanda yang waktu itu menyatroni rumah beliau, sudah mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional.
Belum lama ini, negara juga memberikan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh. Mereka, antara lain, Ruhana Kudus, (Pelopor Pers Dari Kalangan Wanita). Sutan Himayatuddin, ( Sultan Kerajaan Buton Ke-20-23, /berjuang melawan belanda ). Sardjito, ( Tokoh Pergerakan Nasional, dan Kemerdekaan Indonnesia). Abul Kahar Mudzakir, AA Maramis, dan KH Masykur ( pejuang kemerdekaan, Anggota Perumus UUD 1945 dan Piagam Jakarta Dalam BPUPKI) (CNN Indonesia, 08/11/2019). Jika diandingkan dengan jasa mereka, sosok KH Subkhi, juga sudah selayakya mendapat gelar pahlawan nasional.
- Iklan -
Disowani Tokoh Naional
Senjata sederhana yang berasal bambu tersebut diyakini cukup ampuh, setelah disuwuk oleh kiai Subkhi. Sehingga, banyak para pejuang waktu itu yang datang berbondong-bondong sowan kepada kiai Subkhi di kauman parakan, untuk meminta senjata tersebut sebagai bekal perang melawan penjajah. Bahkan tidak hanya masyarakat lokal Temanggung saja. Kesaktian yang dimiliki Kiai Subkhi dengan Bambu Runcingnya sangat terkenal kesuluruh pelosok nusantara.
Sehingga tidak heran, jika selain dari temanggung sendiri, banyak para pejuang dari berbagai daerah baik yang tergabung dalam Laskar maupun TKR saat itu sowan. Diantaranya ada Laskar Hizbulah dibawah pimpinan Zainul Arifin, KH Masykur dengan barisan Sabililahnya, barisan Banteng pimpinan dr. Muwardi, Laskar Rakyat dibawah komando Ir. Sakirman, ada juga Laskar Pesindo dibawah Krissubbanu, dan tidak ketinggalan dari Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia yang dipimpin oleh Bung Tomo.
Selain para pejuang yang akan tempur di medan perang, beberapa tokoh nasionalpun banyak yang sowan kepada kiai Subkhi. KH Saefudin Zuhri (mantan Menteri agama). Menceritakan, bahwa dirinya pernah mendampingi KH Wahid Hasyim secara langsung sowan kepada kiai Subkhi di Parakan. Dalam pertemuan itu kiai Subkhi, kata KH Saefudin Zuhri terlihat menangis, beliau merasa bahwa dirinya tidak pantas untuk dimintai do’a restu bagi para pejuang.(KH Saefudin Zuhri Guruku Orang-Orang Dari Pesantren).
Tokoh nasional lain yang pernah sowan kepada kiai Subkhi yaitu Jendral Soedirman. Sebelum berangkat perang di Ambarawa pada Desember 1945. Soedirman yang waktu itu belum menjadi Jendral, ia bersama rombongan berangkat dari markasnya di Purwokerto menyempatkan diri untuk sowan kepada kiai Subkhi di Parakan. Tidak hanya meminta barakah dengan Bambu Runcing yang telah disuwuk oleh kiai Subkhi, bahkan ia menganggap kiai sebagai Guru spiritualnya.
Megusulkan Sebagai Palawan Nasional
Tapi, sangat disayangkan, kiai khos sekaliber beliau, tokoh penggagas senjata ampuh yang begitu melegenda, namanya tidak setinggi jangkauan Bambu Runcingnya yang mampu menggapai pesawat di udara. Sampai saat ini Nama kiai Subkhi belum masuk dalam jajaran pahlawan nasional. Hal ini tentu menjadi sebuah keprihatianan, di mana Bung Karno berkata, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa para pahlawanya. Aka tetapi kita telah melupakan tokoh besar yang begitu berjasa, bagi bangsa dan negara.
Berangkat dari situ, saat ini, banyak kalangan yang tengah berupaya mengsulkannnya menjadi Pahlawan Nasinal. Baik dari kalangan masyarakat umum, Santri, ormas, para Kiai, dan tidak luput Pemerintah kabupaten Temangung, di mana KH Subkhi berada juga berusaha mengusulkan nama besar beliau bisa masuk dalam jajaran pahawan nasional. Pemerintah bekerja sama dengan ulama terus mengangkat sejarah beliau, supaya kebesran KH Subkhi dapat kembali mashur seperti jaman perang dulu.
Sejak tahun 2017. Masyarakat dan pemerintah Temanggung, sangat masif mengangkat nama KH Subkhi. Pada peringatan Hari Santri Nasional 2017. Yang berlangsung di halaman gedung pemuda kabupaten Temangung, Bambang Soekarno, yang waktu itu menjabat sebagai Bupati, dalam pidatonya menyatakan siap mengawal perjalanan pengusulan KH Subkhi sebgai Pahlawan Nasional. Selain itu, pada tahun yang sama, di Pendopo Pengayoman Temangung juga sempat diadakan worskshop yang difasilitasi pemerintah daerah.
Berbagai cara dan upaya yang ditempuh diharapkan bisa membuahkan hasil, sampai saat ini, langkah yang ditempuh sudah sangat panjang, upaya pengangkatan nama KH Subkhi secara administratif sudah sampai pada kementrian Sosial. Tapi sampai hari pahlawan 10 November kemarin, nama beliau belum juga muncul, semoga tidak lama lagi pemerintah akan segera memutuskan beliau sebagai pahlawan, karena, sangat disayangkan, jika sosok sekaliber KH Subkhi dengan nama besar Bambu Runcingnya hilang begitu saja.
– Mahasiswa Prodi PAI STAINU Temanggung, Aktivis Pena Aswaja