Oleh: Salman Akif Faylasuf *
“Jika bukan karena guruku, mana mungkin aku dapat mengenal akan Tuhanku.”
Tak bisa dipungkiri, bahwa guru adalah sosok yang harus digugu dan ditiru oleh para muridnya. Maka dari itu, guru harus dapat memberikan contoh dan suri tauladan yang baik kepada para peserta didik.
Dalam undang-undang dan peraturan Pemerintahan RI di tuliskan Tentang Pendidikan bahwa “Guru adalah Pendidik profesi dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. (Baca: Departemen Pendidikan, Undang-undang SISDIKNAS dan Undang-Undang Guru Dan Dosen).
- Iklan -
Dari sini sudah jelas, bahwa guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Itu sebabnya, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Tak hanya itu, guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, harus memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Sederhananya, kepribadian sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatan yang membedakan dirinya dari yang lain.
Guru penentu pendidikan
Penting dicatat, salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Kenapa demikian? Karena gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan peserta didik di kelas proses belajar mengajar.
Dengan demikian, di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral spiritual. Pun, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya. Karenanya, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualitas, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesinya.
Maka peran guru tidak boleh dipandang sebelah mata sejak dari mempersiapkan calon guru, proses seleksi, penempatan, pembinaan, dan pengembangan guru harus terus dipantau dalam perkembangan masyarakat yang sangat cepat.
Syahdan. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh seseorang yang dewasa (pendidik) agar menjadi anak yang dewasa baik jasmani maupun rohaninya melalu pendidikan formal, non formal, maupun informal.
Para guru berperan besar dalam mencetak kehidupan setiap orang yang pernah mengecap bangku sekolah. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta mengemban tugas untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional guna meningkatkan sumber daya manusia yang telah dipikirkan dan dirumuskan secara bijaksana.
Melalui pendidikan inilah, masyarakat Indonesia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan al-Sunnah. Sehubungan dengan hal itu, tingkat kedalaman pemahaman, penghayatan dan pengalaman masyarakat terhadap ajaran Islam sangat tergantung pada tingkat kualitas pendidikan Islam yang diterimanya.
Yang tidak kalah pentingnya untuk dicatat adalah, bahwa pelaksanaan pendidikan yang baik meliputi berbagai komponen pendidikan yang harus dipenuhi. Komponen itu antara lain meliputi landasan, tujuan, kurikulum, dan kompetensi profesionalitas guru, pola hubungan guru murid, metodologi pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi, pembiayaan dan lain sebagainya.
Bukanlah dalam surat Al-Maidah ayat 105 sudah jelas bahwa, peranan guru sebagai seorang pendidik yang telah dibebankan tanggung jawab di pundak mereka untuk memberikan petunjuk pada kebenaran dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Allah Swt. berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلَيْكُمْ اَنْفُسَكُمْ ۚ لَا يَضُرُّكُمْ مَّنْ ضَلَّ اِذَااهْتَدَيْتُمْ ۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُـنَـبِّـئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu; (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu semua akan kembali, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Ma’idah [5]: 105).
Mengagungkan dan mendoakan
Dalam kitab Ta’lim Al-Muta’allim, pada bab “Mengagungkan Ilmu Dan Ahli Ilmu” dikatakan:
اعلم أن طالب العلم لا ينال العلم ولا ينتفع به إلا بتعظيم العلم وأهله، وتعظيم الأستاذ وتوقيره.
Artinya: “Ketahuilah bahwa seorang pelajar tidak akan mendapatkan ilmu, kalau pun mendapatkan ia tidak akan dapat mengambil manfaatnya kecuali dengan mengagungkan ilmu dan ahli ilmu (ulama), memuliakan guru dan menghormatinya.”
Kiranya tak keliru digaji katakan bahwa guru adalah pendidik rohani, sedangkan orang tua lebih banyak berperan sebagai pendidik jasmani. Ini juga sebagaimana disebutkan dalam syair yang dikutip Ta’lim Muta’allim:
أُقَدِّمُ أُسْتَاذِي عَلَى نَفْسِ وَالِدِي # وَإِنْ نَالَنِي مِنْ وَالِدِي الْفضْلَ وَالشَرَف
Artinya: “Aku lebih mengutamakan guruku dari orang tuaku, meskipun aku mendapat dari orang tuaku keutamaan dan kemuliaan.”
Alkisah, suatu waktu, anak Imam Ahmad bin Hanbal, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal menanyakan kepada beliau: “Wahai ayahku, bagaimana sosok Imam asy-Syafi’i itu? Aku mendengar bahwa engkau banyak mendoakannya.” Imam Ahmad bin Hanbal menjawab: “Wahai anakku, Imam Syafi’i itu diperumpamakan seperti matahari bagi dunia, dan kesehatan bagi manusia. Lihatlah, apakah kedua benda itu memiliki pengganti?” jawabnya.
Selain menghormatinya (mengagungkan), dari dialog di atas kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa betapa pentingnya mendoakan guru-guru kita, yang masih hidup maupun yang telah wafat. Berharap agar ilmu yang kita peroleh menjadi ilmu barakah, bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
Ala kulli hal, selamat Hari Guru. Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku. Semua baktimu akan ku ukir di dalam hatiku. Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa Wallahu a’lam bisshawaab.
*) Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Sekarang Nyantri di PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.