Oleh Masfufatun Nisak
Ketika menjelang momen penting, warga nahdliyin biasanya akan melaksanakan serangkaian ritual pembukaan untuk mensukseskan acara tersebut. Bukan hanya untuk mensukseskan saja, namun juga untuk meminta barokah dan keselamatan dari allah swt. Ritual tersebut biasanya berupa kegiatan istighotsah atau mujahadah yang dilaksanakan di tempat masing-masing. Seperti beberapa waktu lalu menjelang event peringatan hari santri nasional, pesantren kami dikirimi surat edaran dari Kementrian Agama Kabupaten Temanggung agar melaksanakan mujahadah pembacaan sholawat nariyah sebanyak 4444 kali.
Selain dilaksanakan ketika menjelang momen penting, istighotsah juga dilaksanakan untuk memperingati hari besar islam seperti tahun baru hijriyah dan lain sebagainya. Di pesantren kami misalnya, setiap tanggal 10 muharram dilaksanakan istighotsah dan santunan anak yatim. Diluar acara penting atau peringatan hari besar islam, istighotsah juga diamalkan pada waktu tertentu secara istiqomah setiap hari. Misalnya, setiap ba’da magrhrib. Atau biasanya ketika tengah malam bagi mereka yang memiliki ijazah dari guru tarekat (mursyid) mereka.
Pengertian istighotsah
- Iklan -
Kata istighotsah berasal dari bahasa arab, yang memiliki arti meminta pertolongan. Di lingkungan pesantren, istighotsah diartikan sebagai dzikir yang dilakukan secara bersama sama dan biasanya di tempat tertentu (seperti mushola, tanah lapang, dan lain sebagainya) untuk mendapat ampunan dan pertolongan dari Allah SWT. Doa-doa atau bacaan yang diucapkan pada saat istighotsah adalah bacaan yang khas dan biasanya diamalkan dalam jamaah tarekat, meskipun kadang-kadang ada beberapa penambahan bacaan dan doa.
Istilah ini populer di Indonesia sejak tahun 1990-an. Pada waktu itu, para kyai NU mengajak umat islam dan bangsa Indonesia untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT secara bersama sama di tempat terbuka. Menurut para kyai, Indonesia telah dan akan memasuki bencana besar sehingga semua elemen bangsa harus berdoa bersama-sama demi keselamatan bangsa.
Di lingkungan masyarakat dan pesantren Istighosah mempunyai nilai-nilai penting, karena dalam Istighosah terdapat doa, pertolongan dan dzikir sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nilai-nilai penting tersebutlah yang menjadikan masyarakat atau lingkungan pesantren seringkali melakukan Istighosah dengan berbagai macam doa, dzikir, asmaul husna dan surah-surah yang ada dalam Al-Qur’an sesuai dengan hajat dan permohonan seorang hamba kepada Allah SWT.
Istighotsah mungkin terlihat sebagai serangkaian doa dan upaya spiritual belaka, namun, pada hakikatnya, praktik ini memainkan peran penting dalam memberikan ketenangan pikiran dan keteguhan hati bagi individu Muslim. Ini menjadi ajang pengumpulan komunitas dalam pencarian bersama keberkahan dan bantuan dari Allah SWT. Dengan demikian, istighosah menjadi jembatan spiritual yang menghubungkan kehidupan sehari-hari dengan keimanan yang kokoh. Melalui istighotsah, umat muslim dapat memperoleh kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi tantangan zaman modern ini.
Runtutan pelaksanaan dan bacaan istighotsah
Sebelum melaksanakan istighotsah, alangkah lebih baiknya jika orang yang akan beristighotsah membersihkan diri dari hadas terlebih dahulu atau berwudhu. Bukan tanpa alasan, hal tersebut dilakukan agar mendapatkan kekhusyukan ketika melafalkan bacaan dan doa doa dalam istighotsah. Dan ketika akan beribadah kepada allah SWT hendaknya dalam keadaan suci, bukan?
Setelah menyucikan diri, jamaah istighotsah duduk menghadap kearah kiblat. Kemudian bertawasul kepada Nabi Muhammad kemudian kekasih Allah SWT dan orang-orang shalih lalu membaca surat alfatihah sebagai pembuka segala kegiatan yang baik. Setelah membaca alfatihah, urutan bacaan istighotsah yang pertama yaitu membaca istighfar (astaghfirullahal ‘adzim). Yaitu meminta ampunan kepada Allah dan sebagai pengakuan bahwa kita adalah makhluk yang sering berbuat khilaf dan penuh dengan dosa.
Yang kedua, membaca hauqolah (laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim). Yaitu meminta kekuatan kepada Allah SWT dan sebagai pengakuan bahwa hanya allah SWT lah yang maha kuat dan kita adalah hamba-Nya yang lemah. Yang ketiga, membaca shalawat atau doa dikhususkan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta sahabat-sahabat beliau.
Yang keempat, membaca lafadz tahlil panjang yang berbunyi ” laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin,” sebagai pengakuan bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT dan bahwa hamba yang sedang berdoa adalah hamba yang telah melakukan perbuatan dzalim. Yang kelima, memuji asma Allah SWT dengan lafadz “Ya Allah ya Qadim,” “Ya Sami’u ya Bashir,” “Ya Mubdi’u ya Kholiq,” “Ya Hafidz ya Nashir ya Wakilu ya Allah,” dan “Ya Lathif.”
Jumlah masing-masing bacaan tersebut yaitu diantara 1, 3, 7, 33, 100 atau 1000, tergantung kepada pemimpin atau imam jamaah istighotsah. Setelah bacaan tersebut selesai, lalu membaca surah Yaasin dan dilanjutkan dengan membaca tahlil untuk mendoakan para orang tua, guru, sesepuh, anak, dan saudara yang telah mengahdap kepada sang pencipta.
Keistimewaan Istighotsah
Melihat keistimewaan Istighotsah tentu tidak lepas dari pengamatan tentang tujuan dilakukannya Istighotsah itu sendiri. Diawal sudah dijelaskan bahwa Istighotsah adalah upaya memohon pertolongan. Tidak hanya ketika di dunia namun juga ketika di akhirat. Jika dilihat dari tujuan utama Istighotsah tersebut dapat kita ketahui bahwa keistimewaan Istighotsah Yang pertama adalah proyeksi jangka panjang tidak hanya sebatas urusan dunia namun juga akhirat, sudah barang tentu manusia pasti ingin keselamatan pada dirinya baik untuk saat ini maupun nanti. Memohon keselamatan kepada Allah adalah keniscayaan, karena manusia sejatinya makhluk yang lemah dan penuh kekurangan.
Yang kedua yaitu meninggalkan sisi egos dari dalam diri, dengan istighotsah kita dituntun untuk memikirkan keselamatan dan kemanfaatn bagi orang lain, khususnya kepada saudara sesama muslim. Fenomena perilaku manusia di masa sekarang yang dapat dikatakan kelewat batas, maksiat dimana-mana, perjudian, kejahatan merajalela harus diredakan dengan memohonkan hidayah bagi mereka kepada Allah melalui Istighotsah.
Yang ketiga, memiliki hati yang tentram adalah kebahagian tiada tara bagi kita semua, doa-doa, wiridan yang dibacakan terus menerus dalam istighotsah tentu akan membuat hati kita lebih aman, lebih nyaman dan lebih tentram. Sehingga hal tersebut akan dirasakan implikasinya bagi kita dalam mengarungi kesulitan, persoalan dan permasalahan dalam kehidupan.
Yang keempat, doa adalah investasi tanpa rugi, begitu kira-kira pernyataan yang tepat untuk menggambarkan keagungan doa. Banyak dalil yang menunjukan sukanya Allah kepada hamba yang memohon dan berdoa kepada-Nya. Setiap doa yang dipanjatkan tidak ada satupun yang siasia, hanya saja proses pengabulan doa ada waktunya. Bisa saja cepat atau lambat, namun yang pasti semua doa manusia kepada Tuhannya tidak akan menjadi barang yang sia-sia.
Yang kelima, manusia pada beberapa waktu pasti membutuhkan pertolongan instan karena terhimpit keadaan, Istighotsah memberikan hasil berupa kemuliaan yang dapat menjadi lantaran pertolongan Allah kepada kita semua. Asalkan kita konsisten maka pasti akan muncul kemuliaan yang luar biasa sesuai dengan apa yang kita butuhkan.
Untuk dapat memperoleh hasil dan keistimewaan dengan istighotsah tentunya harus melaksanakan hal-hal yang menuntun kita pada hasil maksud tersebut. Karena dalam Istighotsah ada beberapa ketentuan yang harus dilakukan oleh mustaghits (orang yang meminta pertolongan). Selain itu kita juga harus memaksakan diri untuk seirama dengan ikhtiar doa yang kita lakukan. Jangan sampai kita terus berdoa namun amal lahiriah kita tetap saja tercela, pemaksaan diri untuk bertindak dengan nili-nilai akhlakul karimah mutlak harus dilakukan.
– Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Islam NU Temanggung Dan Santri Pondok PESAT Tembarak