Saat Malam Bersholawat
cahaya lampu terapung di permukaan kolam
suara sholawat masih terdengar
dan orang-orang satu demi satu datang
menjemput rindunya di masjid
lalu kau di mana saat ini ?
apakah berhenti menjadi kesepian dan
menjelma daun jatuh di antara langkah kaki pejalan
atau kau benar-benar menepi
membuat dunia sendiri yang
menjauhkan tubuh dari realita
atau barangkali kaulah yang
berdiri di belakangku merupa doa
sehingga aku sudah sampai
di antara nyala lampu dan
nyala rindu
Karangtengah, 2021
- Iklan -
Setiap Langkah
Re, pernahkan kau kembali belajar menghitung
jumlaah langkah yang mengarah kepada ketakdiman ditambah
langkah pada pasrah dan ditambah lagi langkah menuju
ketidakberdayaanmu ?
Re, berapa jumlah langkahmu sekarang ?
Atau setiap langkah adalah angin
berhembus dari hari ini ke hati
atau setiap langkah adalah piala yang diperebutkan banyak hati
sampai kepalamu adalah susunan strategi
untuk mendapatkannya ?
Re, di lembar jawabmu akan menentukan
seperti apa rupa wajahmu dilukiskan
pada debar dan getar sejarah
Karangtengah, 2021
Air mata Mata Air
Re, biarkan air matamu jatuh
Sebab dia yang akan menjelaskan kemana lagi kelana akan kau miliki
Maka biarkan sejenak rumahmu terbuka
Sinar matahari memperjelas lukisan di dindingmu dan angin mengeluarkan kerupekan di kepalamu
Karena di titik tertentu kau akan tahu air matamu akan menggenang dan menjadi mata air yang akan membasuh lelahmu
Karangtengah, 2021
Sebelum Sholat
Re, aku belum takbir
tapi masih hafal bahwa hidup dan matiku hanya untuknya
meski sesekali nafsu dan kesadaranku masih milik uang dan harta kekayaan
aku masih punya waktu
menyusun sebuah doa yang baru
jadi maukan kita bismillah bersama
sebelum menyembah secara sempurna ?
Rajawana, 2021
Pembuat Bayang-Bayang
Re, aku tidak ingin hidup menjadi bayang-bayang
tapi pembuat bayang-bayang
saat matahari belum usai untuk terbit setiap pagi
bisakah kau membayangkan dan
menggambarkan keinginanku menjadi serangkai doa yang
bisa kuucapkan saat sujud nanti
biar sajadahku bukan hanya penampung keluh kesah
dan dinginku bukan pengingat hardikan dari gigil tubuh
sebentar lagi subuh bersama harapan akan datang
dan malam akan lusuh
menamatkan langkah kaki yang sempat kehilangan arah
Rajawana, 2021
Hujan Es Rajawana
tidak ada lagi yang bisa kubaca selain gigil
dan orang-orang yang mencari tuhan
es-es mencair di atas kasur
menunda lelapnya tidur
angin menjatuhkan genting rumah
dan ada luka lama seakan bangun
saat sungai meluap menelusup
ke kolong meja membasah buku-buku
membangunkan resah yang sebelumnya telah diam lama
kau tak perlu lagi mencariku
karena aku lah salah satu es yang telah meleleh
dan kau tinggal pergi menemui kemarau
setelah hujan berkali-kali jatuh dengan airmatamu
selamat berkawan dengan daun ranggas
dan jemuran yang selalu kering setiap
karena aku terlelap dalam pikiranku sendiri
ah malam ini, aku benar-benar membuka mata
semua terlukis tanpa ada penghalang
dan kuamati semua cahaya di sini
ternyata hanya cahayamu yang paling terang dan mungkin akan abadi
Rajawana, 2022
Sajak untuk Pelayan
aku ingin pesan makanan yang mampu menyederhanaan hidup
sebab sebelum datang, kepalaku adalah hiruk pikuk kota dan dilengkapi banyak umpatan
apakah ada makanan yang ingin kupesan di daftar?
atau pada daftar menu hanya hidangan untuk melupa sejenak
semua yang terlanjut menjadi cerita di kepala serta usia ?
Karangtengah, 2022
Perkenalan
perkenalkan namaku puisi yang dilahirkan dari kasih sayang ilahi
mataku masih berwarna kasih sayang ibu dan doa-doa para guru
jika ada kebaikan dalam hidupku berarti doa dan kasih sayang serupa musim kembang menebar aroma kebaikan
namun jika ada luka berarti lisanku sedang terbata kehilangan cahaya dalam menjelaskan diriku siapa
Karangtengah, 2022
*Irna Novia Damayanti. Lahir di Purbalingga, 14 September 1992, seorang teman bermain dan belajar anak-anak Darul Quran. Karyanya pernah termuat dalam beberapa antologi, koran dan media online. Buku kumpulan puisi yang mendokumentasikan karya pertamanya berjudul Jarum Pentul (2022).