Oleh Dian Marta Wijayanti
Sebagai Pengajar Praktik Guru Penggerak dan Praktisi Mengajar program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, sebenarnya membicarakan Profil Pelajar Pancasila sudah menjadi makanan sehari-hari. Apalagi saya sebagai kepala sekolah, mau tidak mau harus mengetahuinya dalam aspek manajerial. Akan tetapi, Profil Pelajar Pancasila ini sangat penting sebagai implementasi dan penguat dari Kurikulum Merdeka.
Secara konseptual, Kemdikbud (2023) mendefinisikan bahwa Profil Pelajar Pancasila adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang dirumuskan secara terpadu dalam bentuk deskripsi, terdiri dari 6 (delapan) kompetensi menjadi ciri-ciri profil pelajar Pancasila. Muatan karakternya terdiri atas beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME), dan berakhlak mulia, berbhinekaan global, mandiri, gotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.
- Iklan -
Internalisasi Profil Pelajar Pancasila
Lalu bagaimana sosok dari profil tersebut? Memang dibutuhkan internalisasi di dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Profil seorang pelajar Pancasila hakikatnya merupakan individu yang menghayati dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kegiatan belajar-mengajar. Internasliasi pelajar Pancasila harus terwujud ke dalam sejumlah aspek. Pertama, menghormati nilai-nilai kebangsaan. Pelajar Pancasila mencintai bangsa dan tanah airnya. Mereka menghormati simbol-simbol negara, seperti bendera dan lagu kebangsaan, dan berusaha menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
Kedua, disiplin. Seorang pelajar Pancasila memiliki sikap disiplin dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk dalam kegiatan belajar-mengajar. Mereka menghargai waktu, bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban, serta berkomitmen untuk mencapai prestasi akademik yang baik. Ketiga, kritis dan mandiri. Pelajar Pancasila diajarkan untuk berpikir kritis dan mandiri. Mereka mampu menganalisis informasi, menyusun argumen berdasarkan fakta dan logika, serta memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat mereka dengan sopan dan terbuka.
Keempat, menghormati perbedaan. Seorang pelajar Pancasila menghargai perbedaan dalam masyarakat, seperti perbedaan suku, agama, ras, dan budaya. Mereka tidak diskriminatif dan mampu menjalin hubungan yang baik dengan semua orang. Kelima, toleransi. Pelajar Pancasila memiliki sikap yang toleran terhadap pemikiran dan keyakinan orang lain. Mereka menghormati pluralisme dan menerima bahwa setiap individu memiliki hak untuk memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda. Keenam, mengedepankan persatuan. Seorang pelajar Pancasila selalu berusaha memupuk persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Mereka tidak memprovokasi perpecahan atau konflik, tetapi menjunjung tinggi semangat kebersamaan dan gotong royong.
Ketujuh, mengutamakan keadilan. Seorang pelajar Pancasila memiliki kesadaran akan pentingnya keadilan sosial. Mereka berusaha untuk tidak memihak atau membeda-bedakan orang berdasarkan status sosial atau latar belakang ekonomi. Mereka memperjuangkan kesetaraan hak dan kesempatan bagi semua orang. Kedelapan, menghargai demokrasi. Pelajar Pancasila memahami dan menghargai prinsip-prinsip demokrasi. Mereka aktif dalam kegiatan organisasi sekolah, menghormati hak setiap individu untuk berpartisipasi, dan berupaya mencapai konsensus dalam pengambilan keputusan.
Profil seorang pelajar Pancasila ini mencerminkan integritas dan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menginternalisasi nilai-nilai tersebut, diharapkan pelajar dapat menjadi generasi yang berintegritas, berkepribadian baik, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara.
Implementasi Pancasila Sehari-hari
Implementasi nilai Pancasila dalam konteks ini merupakan proses penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari individu dan masyarakat. Nilai-nilai Pancasila mencakup lima sila, yaitu: Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Implementasi nilai ini dapat dilakukan dengan menjunjung tinggi kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Setiap individu memiliki kebebasan beragama dan hak untuk mempraktikkan agama dan kepercayaannya secara damai. Masyarakat harus saling menghormati dan menjaga kerukunan antarumat beragama.
Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Implementasi nilai ini terwujud melalui sikap saling menghormati, toleransi, dan menghargai hak asasi manusia. Masyarakat harus berupaya untuk menghilangkan segala bentuk diskriminasi, penindasan, dan perlakuan tidak adil terhadap sesama manusia.
Ketiga, Persatuan Indonesia. Implementasi nilai persatuan Indonesia berarti menjunjung tinggi semangat kebhinekaan dan menyatukan perbedaan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Warga negara harus memiliki kesadaran untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta menghindari tindakan yang dapat merusak persatuan, seperti separatisme dan radikalisme.
Keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Implementasi nilai ini melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Masyarakat harus memiliki kesadaran politik dan terlibat dalam proses demokrasi, seperti pemilihan umum, diskusi, dan musyawarah untuk mencapai keputusan yang bijaksana.
Kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Implementasi nilai ini berarti menciptakan kesetaraan, keadilan, dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara bertanggung jawab untuk mengatasi kesenjangan sosial, memberikan akses yang adil terhadap pendidikan, kesehatan, perumahan, dan kesempatan kerja. Masyarakat juga harus berperan aktif dalam membantu sesama dan berbagi dalam rangka mencapai keadilan sosial.
Perlu Sinergitas
Untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, diperlukan upaya dari berbagai pihak. Pertama, pendidikan. Sekolah dan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kesadaran ber-Pancasila pada generasi muda. Pendidikan nilai-nilai Pancasila harus diintegrasikan dalam kurikulum dan disampaikan melalui pembelajaran yang berkesinambungan. Dalam konteks ini, Lembaga Pendidikan Ma’arif NU perlu juga menguatkan sinergitas dalam membangun generasi Pancasila.
Kedua, pihak keluarga. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Keluarga harus menjadi tempat pembentukan karakter yang baik, memberikan contoh yang baik, dan mengajarkan nilai-nilai Pancasila kepada anggota keluarga.
Ketiga, lembaga pemerintah. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kebijakan dan program yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Hal ini termasuk dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan budaya. Lembaga pemerintah juga harus mengawasi dan menindak tegas pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila.
Keempat, masyarakat. Setiap individu dalam masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan dengan menjunjung tinggi toleransi, menghormati perbedaan, serta berperilaku adil dan beradab.
Kelima, media dan teknologi. Media massa dan teknologi informasi juga dapat berperan dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dengan menyajikan informasi yang akurat, berimbang, dan berdasarkan prinsip-prinsip Pancasila. Media sosial dapat digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan memperkuat persatuan.
Implementasi nilai-nilai Pancasila memerlukan sinergigtas, kolaborasi, dan kesadaran bersama dari semua elemen masyarakat. Dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, diharapkan masyarakat Indonesia dapat mencapai kemajuan yang berkelanjutan dalam semangat persatuan, keadilan, dan kesejahteraan bersama.
-Penulis adalah Kepala SD Negeri Gajahmungkur 03 Kota Semarang, Juara I Kepala SD Beprestasi Kota Semarang tahun 2023, Pengajar Praktik Guru Penggerak (2022), Fasilitator Tanoto Foundation (2021-sekarang), Praktisi Mengajar program Merdeka Belajar Kampus Merdeka di UST Yogyakarta (2023), Universitas Negeri Semarang (2023), Universitas Wahid Hasyim Semarang (2023), pengajar Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Negeri Semarang (2022-sekarang).