Oleh Hamidulloh Ibda
Kali ini terpaksa saya menulis tentang ChatGPT. Platform yang kini digandrungi para guru, dosen, pelajar, mahapeserta didik, dan beberapa pegiat literasi. Beberapa kali saya menonton Podcast yang mengkaji manfaat ChatGPT dalam dunia tulis-menulis. Ada yang japri saya tanya, “Mas, kalau nulis artikel ilmiah pakai ChatGPT piye?” Saya jawab “Ya bisa si, tapi itu bukan dirimu, dan bagi saya semakin membuatmu tidak cerdas” ledek saya.
- Iklan -
Ya, dunia berputar cepat sekali. Saya yang aslinya malas berhubungan dengan ChatGPT, harus juga turut register, login, dan langganan. Sekadar tahu isi, menu, fitur, dan kayak apa sih. Begitu.
Artificial Intelligence (AI) memiliki potensi besar dalam membantu transformasi pendidikan. Beberapa contoh penggunaan AI dalam pendidikan harus diarahkan ke jalan yang benar termasuk salah satunya yang populis adalah ChatGPT. Jangan disalahgunakan. Setelah saya kaji, perlu sejumlah formula agar ChatGPT bermanfaat.
Apakah ChatGPT Bermanfaat?
Jika ditanya bermanfaat ya pasti bermanfaat, meski juga ada ketidakbermanfaataannya. Minimal saya sudah merangkumnya. Pertama, membantu pendidikan dan pembelajaran di masa digital seperti ini. Ya, personalisasi pembelajaran menjadi penting karena peserta didik dari SD-SMA kini sudah pintar-pintar mengelola, memanajemen, dan menggunakan teknologi. Dalam konteks ini, ChatGPT sebagai platform AI bisa mengumpulkan data tentang peserta didik, seperti gaya belajar, tingkat pemahaman, dan minat pribadi. Dengan informasi ini, ChatGPT dapat menyediakan pengalaman pembelajaran yang dipersonalisasi, seperti rekomendasi materi yang sesuai, pengaturan kesulitan yang tepat, atau penggunaan metode pembelajaran yang efektif bagi masing-masing peserta didik.
Kedua, ChatGPT bisa digunakan untuk analisis data pendidikan bahkan riset. Dalam hal ini, ChatGPT digunakan untuk menganalisis data pendidikan, seperti data kinerja peserta didik, kehadiran, atau tingkat kelulusan. Dengan memanfaatkan teknik pembelajaran mesin, AI yang salah satunya ChatGPT dapat mengidentifikasi pola, tren, dan masalah yang relevan. Informasi ini dapat membantu guru dan administrator sekolah/madrasah dalam membuat keputusan yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Ketiga, platform ChatGPT sebagai salah satu AI dapat dijadikan chatbot pendidikan. Dalam konteks ini, pendidik dapat menerapkan AI sebagai chatbot pendidikan yang dapat memberikan informasi dan menjawab pertanyaan peserta didik secara cepat. Chatbot ini dapat membantu peserta didik dalam menemukan sumber belajar, memberikan nasihat akademik, atau memberikan bantuan seputar administrasi sekolah.
Keempat, guru bisa menggunakan ChatGPT untuk membantu pengoreksian berbasis digital. Dalam konteks ini, ChatGPT maupun jenis AI lainnya dapat digunakan untuk mengoreksi tugas dan ujian secara otomatis. Dengan menggunakan algoritma pemrosesan bahasa alami, AI atau ChatGPT dapat mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan peserta didik dalam menulis, menghitung jawaban matematika, atau mengevaluasi pemahaman dalam bentuk pilihan ganda. Hal ini memungkinkan guru untuk menghemat waktu dalam mengoreksi pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan balik yang cepat.
Kelima, tutor virtual atau digital. ChatGPT atau AI dapat berperan sebagai tutor virtual yang membantu peserta didik dalam belajar. Sistem tutor virtual menggunakan teknologi AI untuk memberikan penjelasan, menjawab pertanyaan, dan memberikan umpan balik seiring dengan kemajuan peserta didik. Tutor virtual dapat beradaptasi dengan kebutuhan individual peserta didik dan memberikan bantuan tambahan ketika diperlukan.
Penggunaan ChatGPT atau AI dalam pendidikan ini memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi, meningkatkan pengalaman pembelajaran, dan membantu peserta didik dalam mencapai potensi mereka. Namun, penting untuk diingat bahwa peran guru tetap penting dalam membimbing dan memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pemanfaatan ChatGPT
Selain AI yang secara umum di atas, ChatGPT juga menjadi salah satu platform yang harus dimaksimalkan. Mau tidak mau. Guru Lembaga Pendidikan Ma’arif NU harus tahu dan mau. Pemanfaatan ChatGPT dalam pendidikan dapat mencakup berbagai unsur. Pertama, platform yang mudah dan murah. Guru bisa melakukan register dan login tiap saat. Namun jika ingin yang lebih lengkap bisa yang langganan berbayar.
Kedua, ChatGPT bisa digunakan sebagai sumber rujukan, literatur, atau referensi setelah referensi pokok berupa buku, artikel jurnal, prosiding, turats dan lainnya. Alasannya, karena ChatGPT dapat menyediakan sumber referensi yang kaya dan terpercaya. Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan tentang topik tertentu atau meminta rekomendasi bahan bacaan yang relevan. ChatGPT dapat menyediakan informasi dan merujuk peserta didik ke sumber-sumber tepercaya seperti buku, artikel, atau jurnal ilmiah.
Ketiga, ChatGPT sebagai pembanding referensi. Banyak cara yang bisa dilakukan guru melalui ChatGPT untuk membandingkan bahkan mendialogkan sejumlah referensi yang isinya berbeda. Misal, ketika saya mencari teori tentang digital pedagogy, maka banyak sumber yang saya dapatkan dari databased seperti Scopus, Google Scholar, WoS, dan lainnya yang menyajikan beragam artikel. Nah, dengan ChatGPT, maka kita mendialogkan temuan dari sumber ilmiah itu dengan temuan atau informasi dari ChatGPT.
Keempat, alat untuk pengembangan keterampilan berpikir. Dalam konteks ini, ChatGPT dapat membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Peserta didik dapat diajak berdiskusi oleh ChatGPT mengenai topik yang kompleks, berdebat, atau melakukan eksplorasi pemikiran. Model ini dapat menantang peserta didik untuk berpikir lebih dalam dan mengajukan pertanyaan yang memicu pemikiran kritis.
Kelima, pembelajaran multibahasa. Di sini, guru harus tahu bahwa ChatGPT bisa membantu peserta didik dalam memperbaiki kemampuan berbahasa, baik dalam hal tata bahasa, kosa kata, maupun pemahaman bacaan. Peserta didik dapat berlatih berkomunikasi dengan ChatGPT secara tertulis, dan model dapat memberikan umpan balik serta saran untuk memperbaiki kemampuan bahasa peserta didik.
Keenam, aplikasi ChatGPT bisa dijadikan sebagai tutor virtual yang tersedia sepanjang waktu. Peserta didik dapat berinteraksi dengan ChatGPT untuk mendapatkan penjelasan, tips, dan petunjuk dalam menyelesaikan tugas atau masalah yang sulit. Tutor virtual seperti ChatGPT dapat membantu peserta didik yang membutuhkan bimbingan tambahan di luar jam belajar reguler.
Ketujuh, aplikasi yang membantu dalam teknis pembelajaran. Guru Lembaga Pendidikan Ma’arif NU perlu menggunakan ChatGPT sebagai “asisten” belajar yang membantu peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan kepada ChatGPT terkait topik yang sedang dipelajari, dan model dapat memberikan penjelasan yang lebih jelas dan mendalam untuk memperkuat pemahaman peserta didik.
Perlu digarisbawahi, bahwa meskipun ChatGPT dapat menjadi alat yang berguna dalam pendidikan, ia tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran guru, dosen, mahapeserta didik, pelajar atau interaksi manusia yang sebenarnya. Aplikasi ini sekadar alat. Bukan tujuan. Maka guru dan pembimbing tetap diperlukan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam, memberikan umpan balik yang personal, dan membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan sosial dan kolaboratif. ChatGPT sebaiknya digunakan sebagai alat bantu yang melengkapi pengalaman belajar peserta didik, dengan pengawasan dan arahan dari pendidik yang bertanggung jawab. Jika guru belum mahir, ya belajar. Jangan mengajarkan ChatGPT kepada peserta didik ketika guru sendiri belum paham. Begitu!
Namanya saja robot, komputer, masak manusia kalah dengan mereka. Mereka kan yang membuat manusia. Tidak ada ceritanya robot membuat manusia yang sempurna. Jadi, Anda lebih percaya dengan ChatGPT, robot, komputer, apa lebih percaya pada manusia?
-Pengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia MI/SD dan Pembelajaran Sastra Anak Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung.