Oleh Miftaf Pradika Putra
Beberapa waktu lalu, tepatnya pada Desember 2022 beredar berita tentang mahasiswa dari salah satu kampus ternama di Jawa Tengah yang meninggal dunia akibat dari tidak teraturnya pola makan dan sering begadang.
Kejadian tersebut sontak membuat geger dalam dunia mahasiswa hingga kesehatan. Bagaimana tidak, banyak orang awam, akademisi, hingga peneliti kesehatan yang berfatwa bahwa begadang bisa mengakibatkan kematian, makan kurang teratur juga dapat mengakibatkan hal yang sama.
Memang benar jika rutinitas mengubah jam tidur atau mengurangi jam tidur di malam hari membawa dampak buruk bagi kesehatan tubuh. Dalam buku Aplikasi Olah Nafas yang ditulis oleh Handoyo (2005) mengatakan bahwa kurangnya jam tidur dapat membuat tubuh menjadi lemah karena tenaga dalam tubuh manusia saat itu juga terkuras, dan dapat pula mengganggu fungsi otak. Bahkan selain mengganggu fungsi otak, terlalu sering begadang juga berdampak buruk bagi psikologis seseorang.
- Iklan -
Disisi lain, ketidaktepatan mengubah jam tidur juga telah diterangkan dalam Al-Qur’an yang mana menjadi pedoman hidup bagi seorang Muslim. Dalam diskursus ini, Allah berfirman dalam QS. Yunus: 67 “Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar”.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah menciptakan malam hari agar manusia senantiasa dapat menenangkan diri atau beristirahat. Kemudian Allah juga menciptakan siang hari agar manusia bisa berkehidupan sosial.
Melihat dari beberapa pendapat di atas, maka tak salah jika seorang yang gemar begadang di klaim sebagai orang yang tidak bisa mengatur waktunya. Karena umumnya kehidupan manusia adalah memanfaatkan malam hari untuk istirahat (tidur), dan memanfaatkan siang hari untuk menjalankan aktivitas kerja maupun lainnya.
Mahasiswa Begadang dan Keutamaannya
Salah satu jurus yang sering dilakukan oleh mahasiswa dalam mengerjakan tugas adalah jurus SKS atau sering disebut dengan Sistem Kebut semalam. Andalan ini sering digunakannya dalam menghadapi banyaknya tugas yang dihadapi oleh mahasiswa, sehingga dalam menggunakan jurus ini, mahasiswa sering mengubah jam tidurnya, alias begadang.
Kebiasaan yang tidak baik untuk kesehatan tubuh ini sering juga dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk menghabiskan waktu dengan teman hingga pagi, bahkan dihabiskan juga dengan gadget yang dipegangnya sampai pagi. Dengan cara meminum kopi, menyediakan camilan, mendengarkan musik, hingga memfokuskan pikiran sering dilakukannya agar mata tidak terpejam.
Dari kegiatan begadang tersebut, sebenarnya ada beberapa keutamaan yang dapat di petik dari cara mahasiswa menyikapi begadang. Pertama, dari kerja kerasnya. Mahasiswa yang melakukan begadang bukanlah seseorang yang pemalas, justru merekalah kaum-kaum pekerja keras. Bahkan kata menyerah pun tak ada di dalam kamus hidupnya.
Bagaimana tidak! Mereka sangat paham bahwa apa yang akan dicapai harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh, hingga merelakan tidurnya pun mereka lakukan. Seperti halnya ingin mendapatkan nilai yang memuaskan saat ujian, mereka berani belajar hingga larut pagi. Dan ketika keinginannya berhasil, mereka tak segan-segan merayakannya dengan cara begadang bersama teman-temannya.
Kedua, dari caranya mencari inspirasinya. Memang tak semua mahasiswa bisa betah melek untuk mengerjakan tugas, bahkan tak sedikit juga mahasiswa yang betah melek semalaman hanya untuk belajar. Karena banyak dari mereka yang justru mengubah jam tidurnya hanya karena nongkrong semalaman untuk menghabiskan waktu bersama teman.
Namun, di sinilah yang perlu dipetik dari sikap mahasiswa yang spesial ini. Mereka begadang bersama teman adalah salah satu bentuk usaha untuk mencari inspirasi, karena banyak dari mereka yang merasakan bahwa datangnya inspirasi paling deras adalah saat-saat jam malam dan bersama teman-teman. Entah inspirasi yang didapatkan untuk mengerjakan tugas, atau inspirasi untuk pengembangan organisasi yang mereka ikuti.
Dengan begitu, tidak semua mahasiswa yang begadang patut dicemooh, karena justru begadang merupakan salah satu bentuk usaha mereka untuk mencari inspirasi dan mengembangkan pola pikirnya.
Ketiga, dari pola meningkatkan intelektualitasnya. Dari sebuah studi yang diterbitkan oleh jurnal Personal and Individual Difference, mengatakan bahwa kebiasaan tidur larut malam dan bangun terlambat adalah kebiasaan yang mayoritas dilakukan oleh anak-anak cerdas. Dalam studi nya juga mengatakan bahwa kebiasaan begadang juga telah melahirkan banyak tokoh-tokoh besar, seperti Albert Einstein, Nicolas Tesla, Nelson Mandela, Bung Karno dan masih banyak lainnya.
Namun, sebenarnya begadang bukanlah solusi untuk menjadi insan yang cerdas, kebiasaan begadang menjadi solusi jitu agar pintar jika digunakan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat, seperti belajar, membaca, dan menulis, maka akan lebih pintar daripada mereka yang tidak begadang.
Tapi jangan berharap ingin seperti tokoh-tokoh di atas jika waktu begadang digunakan untuk hal-hal yang tidak produktif. Sehingga mahasiswa yang sering begadang dengan belajar adalah seorang mahasiswa yang memiliki prinsip ingin pintar dengan begadang.
Jadi, tiga hal di atas adalah poin-poin yang dapat kita ambil hikmahnya dari kebiasaan begadang yang dilakukan mahasiswa. Dan kesimpulannya, begadang itu bermanfaat bagi seseorang jika selama begadang ia melakukan aktivitas yang bermanfaat.
Lalu, agar tubuh tetap kuat dalam begadang, mahasiswa perlu perbanyak konsumsi air putih, berolahraga secara teratur, dan mengonsumsi makanan berkarbohidrat rendah. Karena tidak semua orang memiliki metabolisme tubuh yang bisa beradaptasi dengan kebiasaan begadang. Jadi bagi mahasiswa yang tidak cocok begadang, jangan memaksakan diri untuk mencobanya.
-Ketua DEMA INISNU Temanggung