MEMBACA GUA TSUR
: ibu
Membacamu
(: ingatanku jatuh ke mendiang ibu :
Tentang sura
Wayang kulit, kebo bule juga jenang yang setiap tahun ditasbihkan
Katanya “ Ini bulan prihatin. Harus berpuasa dan tak boleh foya-foya” )
Selanjutnya
Tiga mukjizat di pintu bicara
Sarang labalaba
Pohon akasia
Dan sepasang burung dara
Adalah penjaga, mirip pagar betis
Melindungi Nabi dari kejaran quraisy
Waktu itu awal muharram, bulan damai dimana haram berperang
Sedang hari kesepulah , ada syaum sunah
Di situlah, kuyakini pesan ibu tak pernah salah
Meski dengan cara lain, nasehatnya selalu benar arah
Membacamu,
Rinduku padanya kian lebat berdebu
- Iklan -
Solo, 2021
MELODY SEBUAH NEGERI
Ada tangis mesiu di sudut matamu, di jantung palung – menikam
Isyaratkan luka tak berkesudah
Tentang kepergian ayah, seketika
Sedang ibu, terkapar di sisi
Meninggalkan cinta paling sepi
Lalu, hendak kemana? Kau tambatkan langkah
Sementara rumah, merata tanah
Langit, membagi asap – setiap detik
Tak lagi memanjakan_mu
Tak lagi melindungi
Ada tangis mesiu di sudut matamu
Dan aku menjerit ngilu.
Menggumam sebait zikir, mendengar negerimu – perang terus mengalir
Solo, 2015
KOTA 50
: Tan Malaka
1/
Di kota ini, Tuhan menulis story. Jauh setelah jembatan ratapan ibu berdiri. Tentang seorang umar bakri yang tak lelah mengabdi. Bahkan mengalahkan cintanya sendiri
Fenny belanda, Carmen filipina juga Syarifah nawawi. Adalah jiwa yang pernah kau singgahi. Dalam degup muda dan semesta lelaki
Sultan bangsawan dengan kisah memabukkan. Menggema dari lembah harau hingga bukit manda. Mengecupkan banyak karya pada tubuh bangsa
Hingga suatu hari, skenario mengakhiri. Di bulan kedua tahun empat sembilan, divisi brawijaya mengutus Suradi. Kau di eksekusi, dan di tengah hutan jasadmu dikebumikan
2/
Sementara ribuan kilo dari kotamu, 72 tahun sepeninggalmu, aku bernarasi Menyatukan halu dan sejarah ke hati. Dimana langkahmu ada, di sana kau jatuh rasa
Kau bukan don yuan. Namun caramu kasmaran, memaksa diksi berjatuhan
Ingin menemuimu secara imaji. Mendatangimu secara pribadi
Ribuan kilo dari kotamu, aku tulis rindu. Mewakili perempuan yang menunggu
Sebab setelah memperjuangkan indonesia, kau justru lupa
Bahwa ada risau di jantung hawaSewarna ciuman pertama
Sewarna ciuman pertama
Solo, 2021
RAMADHAN
Sungguh ingin kupintal cinta ini
Dengan tawadhu
Meraba khusuq, jauh pada kedalaman sahur
Hingga maghrib menghampiri
Biarkan jiwa jatuh hati
Pada arroyan
Yang sembunyi di antara kering tenggorokan
Solo, 2022
DEAR KAMU
Mengecupmu
Lewat puisi
Dan kenangan yang terkapar
Sore ini
_ aku masih
Solo, 2021
Penulis:
Seruni Unie, penikmat puisi asal Solo.