Oleh: Fathorrozi
Judul Buku : Selalu Ada Jalan Keluar; Setiap Masalah Pasti Ada Solusinya
Penulis : Sam Edy Yuswanto
Penerbit : Gava Media
Cetakan : I, 2022
Tebal : viii + 152 halaman
ISBN : 978-623-5690-02-5
Hidup selalu dipenuhi dengan berbagai persoalan (masalah). Kadang masalah yang kita alami terasa ringan, namun tak sedikit terasa berat, seolah tak bisa diselesaikan. Sam Edy Yuswanto, penulis produktif asal Kebumen mengajak kita untuk optimis memandang persoalan, bahwa selalu ada solusi dari masalah yang kita alami.
Selalu Ada Jalan Keluar mengurai betapa pentingnya mencari jalan keluar bilamana mendapat masalah. Arti jalan keluar di sini tentu bukan asal jalan keluar. Bukan jalan keluar sembarangan tanpa pertimbangan matang. Namun, jalan keluar terbaik yang sesuai dengan petunjuk Tuhan atau yang tidak bertentangan dengan aturan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam (hlm. 7).
- Iklan -
Di samping itu, penulis memberi trik ideal atau solusi cerdas dalam menghadapi masalah. Pertama, memohon ampun kepada Tuhan. Sebagaimana petikan berikut: Hal terpenting yang harus diperhatikan saat sedang tertimpa persoalan yang tengah menghimpit hidup kita, bersegeralah memohon ampunan kepada Tuhan (hlm. 8).
Sebab bisa jadi masalah yang menimpa kita sekarang merupakan akibat dari kesalahan atau dosa kita kepada Tuhan. Atau boleh jadi karena kekeliruan kita kepada orang lain. Sengaja atau tidak. Terkadang kita bermaksud gurau, tetapi orang lain menanggapinya serius sehingga timbul rasa sakit hati. Maka, penting bagi kita untuk merenungi kesalahan, lalu meminta maaf kepada yang bersangkutan dan memohon ampun kepada Tuhan.
Kedua, jangan suka mengeluh. Ketika kita terjebak problema hidup, hal pertama yang kita lakukan biasanya adalah mengeluh. Mengeluh memang wajar dan manusiawi. Tetapi, bilamana mengeluhnya sampai kelewat batas tanpa ada upaya mencari jalan keluar, maka mengeluhnya tidaklah bermanfaat. Penulis juga mempertegas hal ini sebagaimana dalam kutipan ini: Orang yang suka mengeluh menandakan ia kurang mensyukuri karunia kenikmatan Tuhan dan enggan berusaha mencari jalan keluarnya (hlm. 9).
Untuk memperkuat keterangan tersebut, penulis mengutip perkataan Syekh Ahmad bin Muhammad Abdillah, dalam kitab Riyadhu Akhlaqis Shalihin, halaman 32, “Barang siapa suka mengadukan kesulitannya kepada sesama manusia, maka seolah-olah ia mengadukan Tuhannya (kepada manusia tersebut). Dan barang siapa merasa sedih dengan kondisi duniawinya, maka dia menjadi orang yang membenci Allah.”
Tak hanya itu, selain bertema jalan keluar dari masalah, buku ini juga membahas tema-tema lain, seperti: cara menghargai pemberian, mensyukuri nikmat Tuhan, cara menangkal hoaks dengan bijak, jangan bangga dengan gelar, juga tema-tema terkait Ramadan (puasa, keutamaan bulan Ramadan, yang dirindukan dari Ramadan, Lailatul Qadar) dan lain sebagainya. Tak jarang dalam tulisan-tulisan di buku ini, penulis mencantumkan referensi terpercaya sebagai sumber rujukan primer.
Dalam tulisan yang berjudul Kesedihan yang Sesungguhnya penulis mengingatkan kita bahwa sebenarnya ada jenis kesedihan sejati yang patut kita jadikan bahan introspeksi, yaitu kesedihan tatkala kita melalaikan perintah-Nya atau kesedihan saat kita baru saja melakukan kemaksiatan (hlm. 14). Merupakan kemuliaan bagi kita untuk bersedih dan menyesali atas perbuatan maksiat yang kita lakukan, sekaligus berjanji tidak akan mengulangi perbuatan maksiat lagi.
Dan dalam tulisan yang berjudul Filosofi Pohon Pisang penulis mengajak kita untuk menjadi orang yang bermanfaat dan setia terhadap pasangan. Pohon pisang tidak akan mati meski ditebang berkali-kali, sebelum menghasilkan buah. Ini artinya, ia tidak rela mengembuskan nafas terakhir sebelum memberi manfaat kepada manusia. Dalam berbuah, pohon pisang ini hanya satu kali seumur hidup. Berarti ia hanya setia pada satu tandan pisang yang nanti tumbuh ketika saatnya sudah tiba. Ia tidak mau mendua dan berpaling ke lain hati.
Dan masih banyak lagi tulisan-tulisan terbaik lainnya di buku ini yang tidak mungkin saya urai satu persatu dalam ulasan kali ini. Namun, intinya: I like this book, sebab kaya bahasan, sarat hikmah, bahasanya mudah dimengerti, paparan update, dan sumber rujukannya jelas.***
*) Fathorrozi, alumnus Pascasarjana Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember. Aktivitas kesehariannya mengamalkan ilmu di Pondok Pesantren Nurul Qarnain Sukowono Jember, dan mengelola YPI Qarnul Islam Ledokombo Jember.