Sajak Harlah Nahdatul Ulama
ya qahhar ya jabbar, meramu kata-kata
hingga 96 tahun, ia bersayap kedamaian
menyeruak bunga-bunga seharum asmara
sepanjang ingatan sejarah musim puisi
aku hujan membujuk ambigu tanah kota
tertulis : seakan canda habis dosa sebab doa
ya qahhar ya jabbar, menyelinap di dadaku
irama musik berlagu, terucap tancapan doa
tertulis merah selamat harlah NU di daun-daun
tubuh musim masih menyampaikan gejolak
kisah, pada kata yang masih tabah akan gelisah
tapi zikir para kiai, diam puisi yang tetap abadi
- Iklan -
ya qahhar ya jabbar, menaungi makna jumpa
dari sengatan riuh sengatan matahari, terang,
tabah, girang, tegak dalam juang para pahlawan
pintu tabah mulai terbuka, nyanyian hujan
dan pasukan banser merumuskan kaidah makna
tertuju rima rebana selawat cinta jauh berlalu
langit tertulis selamat harlah NU yang ke – 96,
burung elang menyanyikan sejarah perjuangan
kupu-kupu merangkum nada irama dan nafas doa
di hari yang penuh canda-canda Nahdatul Ulama
ini, aku meniup seruling kisah, langit sampaikan
gerimis yang tabah ke jubah para kiai-kiai
ya qahhar ya jabbar, arah mata angin meniup
pundi kisah di ranting waktu, sesekali tubuh
berpuisi hingga kiai Hasyim Asy’ari, abadi.
Jejak kiai Wahab Hasbullah, mengabdi dan
mengobati tarian sufistik asmara, dalam doanya
terbaca lantang : Kiai Syekh Khalil Bangkalan ada.
di hari yang penuh dengan labuhan jejak kaki
angin-daun membayangkan jiwa-jiwa raga puisi
hanya demi cintanya ia, pada bendera Indonesia
asma kemerdekaan masih tersimpan rapat di dada
walau detak waktu berlalu sangat jauh, tapi rindu,
tapi laju, tak pernah menuduh aku sesat untuk-Mu
Minggu, 30 Januari 2022
Semesta Nahdatul Ulama
kita semua adalah santri yang mengabdikan diri kepada tubuh-tubuh waktu dalam gemerlap canda-canda mengisyaratkan hujan yang jatuh sebelum petir menyambar doa. ia adalah segalanya bagi mimpi-mimpi tabah seperti selawat yang diiringi rebana bundar melantunkan musik irama nabi dalam tubuh yang berliku seusai subuh yang berlagu. kau adalah puisi nahdatul ulama yang dikirimkan malaikat kepada baginda nabi hingga sampai pada sahabat pada kiai pada guru dan pada ladang-ladang doa pak tani
Sumenep, 30 Januari 2022
Selamat Harlah NU
: Aktivis NU
riuh kisah dan tabah ini mulai reda, setelah
kudengar melodi hati berjarak sapa-sepi yang jauh
terucap selamat harlah NU yang diaminkan angin
di musim hujan januari (setabah puisi dalam diksi)
ia hanya bisa menyanyikan doa-doa yang duduk
membaca tarian sepi terbawa kiai yang mengaji
selamat harlah NU teriring doa semesta untukmu . . .
selamat harlah NU yang tercipta irama nada bagimu . . .
dan selamat harlah NU sedalam doa-doaku menyatu . . .
Sumenep, 30 Januari 2022
Sajak Kiai
kami yang kini terdiam di lautan
menyusun arus gelombang biru tua
dalam senandung kelam azan malam
jejak langkah menyalip kata-kata
bersulam serban putih yang melingkar
hanya asma dan namanya, ia terpatri
sejuta zaman mengaji ketabahan
seluas tanah membagi debu waktu,
kiai, kau sandaran puisi dalam imaji
SUMENEP, 29 NOVEMBER 2021
Asma Nahdatul Ulama
Bung Karno, merah jejak tersulam kabut waktu
Jejak-jejak melambai di teras puisi-puisi Tuhan
Kau suguhi bumi merah berselendang putih merdeka.
Bung Hatta, selepas hujan yang rintik basahi kepala
Riung sukma riang merasuk musikus asmaragama
Pahlawan bagi alam kau alunkan di pelataran.
Sutan Sjahrir, silau mata isap mengukir mata waktu
Jalan setapak meraut jejak-jejak perjuangan sukma doa
Ideologis menjadi saksi bagi sejarah pertahanan nagari.
Ki Hajar Dewantara, sungguh kaujadikan aku tahu
Meraup bambu dari pisau-pisau pahlawan kelaparan
Isap bibir diam mengukir menarik tangan-tangan api.
KH. Agus Salim, biar peluru Subuh mencabik jejakmu
Selamanya masih bisa tertawa pada batu-batu yang bisu
Hingar senjata terkoyak alunan nada-nadi proklamasi.
Tan Malaka, Bung Tomo, kita adalah nyawa merdeka
Kiai Hasyim Ay ’ari, ia taruh iman pada doa Indonesia
Semuanya Indonesiaku, yang masih rindu akan tawamu.
Hujan masih basahi sorban Kiai Abdul Wahab Hasbullah
Rintik masih menusuk tubuh tabah Kiai Ahmad Dahlan
Tak ada lelah pahlawan, berperang melawan jajahan puisi.
Sumenep, 23 Agustus 2021
Tentang Penulis
*Saiful Bahri, kelahiran Sumenep-Madura, O5 Februari 1995. Ia mengabdi di Madrasah Al-Huda. Selain menulis, ia juga seorang aktivis di Komunitas Literasi Semenjak. Ada pula Fok@da (Forum komunikasi alumni Al-Huda), Organisasi Pemuda Purnama. Pengasuh ceria di grup (Literasi Indonesia) dan pendidik setia di komunitas (Literasi Kamis Sore). Serta aktif di organisasi PR GP Ansor Gapura Timur dan Lesbumi PAC Gapura. Disela-sela kesibukannya ia belajar menulis Puisi, Cerpen, Cernak, Esai, Resensi, Artikel, Opini, dll. Tulisannya pernah dimuat di koran Lokal maupun koran Nasional, seperti: Jawa Pos (pro-kontra), Republika (Puisi 2018), Riau Pos (2017), Bangka Pos (2017), Palembang Ekspres (2017), Radar Madura (2017-2018), Radar Surabaya (2017), Radar Banyuwangi (2017), Radar Bojonegoro (2017), Kedaulatan Rakyat Jogjakarta (2017), Solo Pos (2017-2018), Malang Voice (2017), Majalah Simalaba (2017), Analisa Medan (2018), Radar Cirebon (2018), Kabar Madura (2018), Jurnal Asia-Medan (2018), Banjarmasin Pos (2018), Budaya Fajar-Makassar (2018-2019), Radar Pagi (2018), Dinamikanews (2018), Denpost Bali (2018), Website Redaksi Apajake (2018-2019), Catatan Pringadi (2019), Jejak Publisher (2019), Ideide.id (2019), Iqra.id (2019), Magrib.id (2020), Gokenje.id (2020), Majalah Pewara Dinamika Jogja (2019), Koran Cakra Bangsa (2019) Media Semesta Seni (2020), Website maarifnujateng.or.id (Agustus 2020-2021), Becik.id (2020), MJS Colombo Jogja (2020), Duniasantri.com (2021), Banaran Media (2020), Ruagsekolah.net (2020), Duniasantri.co (2021), Jurnaba.co (2020), pcnusumenep.or.id (2020). Puisinya juga masuk dalam antologi CTA Creation (2017). Antologi Senyuman Lembah Ijen-Banyuwangi (2018). Antologi kumpulan karya anak bangsa: Sepasang Camar-Majalah Simalaba (2018). Antologi puisi Perempuan (2018). Juara satu lomba cipta puisi bertema Hari Raya di media FAM Indonesia (2018). Antologi HPI Riau: Kunanti di Kampar Kiri (2018). Antologi Puisi Masa Lalu (2018). Antologi Puisi Festival Sastra Internasional Gunung Bintan Jejak Hang Tuah (Jazirah I 2018). Antologi Puisi Internasional FSIGB (Jazirah II 2019). Antologi Banjar Baru Rainy Day’s (2018-2019). Antologi Puisi untuk Lombok-Redaksi Apajake (2018). Antologi Puisi Puisi Tasbih Cinta (FAM 2019). Antologi Puisi Menimang Putri Dewa (Tidar Media, 2019). Antologi Puisi Sejarah Lahirmu (2019). Antologi Puisi Arti Kehidupan FAM Indonesia (2019). Antologi Puisi Kelapa Sawit Apajake (2019). Antologi Sebuku Net Nissa Sabyan (2019). Sepuluh Puisi Terbaik Media Linea (2019). Juara II Cipta Puisi Nasional di Penerbit Mandiri Jaya Tulungagung (2019). Penulis Buku Puisi Terbit Gratis: Senandung Asmara dalam Jiwa (2018).