Oleh Hilal Mulki Putra
Melihat fenomena yang sekarang ini menggemparkan khalayak ramai, membuat kaum sarungan kini haruslah lebih mawas diri dalam menyikapinya. Tentunya panjengan belum lupa dengan berita yang menyangkut seorang pengasuh intitusi pendidikan keagamaan yang memperkosa belasan santrinya dan sebagian dari mereka telah melahirkan.
Tentunya bukan sebatas hal tersebut yang ingin saya bahas. Lebih daripada itu, kini mulai terjadi banyak kesalahpahaman yang mulai mengakar dalam benak banyak orang. Salah satunya adalah memandang bahwasannya lembaga pendidikan, wabil khusus pondok pesantren sebagai tempat yang mengerikan untuk menitipkan generasi muda masa kini.
Memandang agama islam dengan persepsi negatif dan memandang sebagian ulama’ tak bersikap tegas dan terkesan menutup-nutupi berita yang memang tengah viral hingga saat ini.
Kasus HW yang mencabuli belasan santrinya memang meninggalkan dampak yang luar biasa bagi korban-korbannya dan agama Islam sendiri. Bagaimana tidak? kini mulai bertebaran stigma-stigma yang memandang bahwasannya guru, ulama’, agama , dan lembaga pendidikan menjadi hal yang negatif.
- Iklan -
Goreng isu ala media
Tentunya melihat fenomena tersebut kini pesantren diserang dengan nada-nada kurang mengenakkan oleh sebagian pihak. Tentunya peran santri disini haruslah masif digerakkan dan tergerak untuk meluruskan apa yang sebenarnya terjadi secara benar didepan khalayak ramai ataupun media digital.
Jika ditelisik dalam berita tersebut yang memang telah terlanjur melebar dan digoreng dengan sedemikian rupa dengan judul dalam media yang ditulis mereka dengan istilah “pesantren”. Padahal dalam berita tersebut, bukanlah pesantren yang menjadi tempat pelecehan seksual melainkan Islamic Boarding School “sekolah berasrama” dengan dalih sekolah yang diperuntukkan untuk anak-anak yatim/piatu dan dibungkus dengan dalih agama di dalamnya.
Argumen ini diperkuat oleh pernyataan Wagub Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum “Yang pertama kita harus klarifikasi bahwa itu bukan pesantren, tetapi di boarding school,” kata Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum di Hotel Intercontinental, Jakarta Selatan (Detiknews,13/12/2021).
Islamic Boarding merupakan salah satu jenis pendidikan Islam di Indonesia yang bertujuan bagi santrinya untuk menjalankan pendidikan formal sesuai jenjangnya dan sekaligus dapat mendalami ilmu agama Islam dengan mengikuti kegiatan keseharian di dalam lingkungan sekolah dan bertempat tinggal di sebuah asrama.
Pondok pesantren disudutkan
Sebagai santri ataupun alumni pesantren haruslah memiliki rasa memiliki terhadap perkembangan pesantren ataupun dalam titik terendah pesantren itu sendiri.
Contoh titik rendah pesantren dimana seringkali pesantren kini dikambinghitamkan dan disudutkan saat terjadi tindakan negatif. Seperti peecehan seksual misalnya.
Padahal jika kita runtut bukanlah salah pesantrennya, melainkan oknum dalam pesantren itulah yang mencoreng nama baik lembaga pendidikan agama tersebut. Maka, gerakan masif dalam membela pesantren haruslah dogaungkan oleh para santri-santri dari penjuru negeri.
Titik rendah bukan hanya sebatas pesantren yang disudutkan. Kyai pengasuh saja seringkali disudutkan ketika dalam diri pesantren terdapat hal-hal yang tidak diharapkan. Hingga oleh para pembenci, hal semacam ini dijadikan bahan untuk menyebar fitnah dan propaganda.
Dalam waktu ini pula, seringkali para Kyai dijadikan media atau bahan hoax untuk menjatuhkan citra dan wibawa ulama. Hingga yang baru-baru ini ada oknum yang memajang foto Gus Mus dengan beragam kalimat hoax yang disematkan kepada beliau.
Melihat fenomena tersebut santri kini haruslah lebih masif dalam ruang digital untuk membela dan membersihkan nama baik para ulama negeri dan membela pondok pesantren yang disudutkan.
Maka daripada itu, gerakan masif menulis diharapkan mampu memberikan keterangan kepada orang awam agar tak serta merta salah kaprah dalam menganggap sebuah peristiwa/fenomena yang terjadi dalam diri pesantren.
-Penulis adalah mahasiswa Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung.