Oleh Siti Chalimatus Sakdiyyah
Bicara Indonesia bicara juga manusianya. Bicara manusia pasti berproses dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan sampai tua renta. Semuanya berkesempatan dalam unjuk rasa untuk Indonesia, terutama para pemuda. Masa muda masa yang berapi-api, sebuah kutipan syair dari H. Rhoma Irama. Sebagaimana pernyataan bung Karno: “Berilah aku sepuluh pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia, dan berikan aku satu pemuda niscaya aku cabut semeru dari akarnya.”
Pemuda yang baik adalah pemuda yang selalu dan mau untuk berproses dalam setiap kehidupannya, melangkah dan terus melangkah meski dengan tertatih-tatih dan dengan berbagai cara yang dianggap sepele. Tidak terkecuali, para pemuda di Desa Kacepit yang terkumpul dalam suatu wadah organisasi kemasyarakatan Islam yakni Nahdlatul Ulama melalui salah satu badan otonomnya atau anak ragilnya Nahdlatul Ulama yakni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) Ranting Kacepit.
Setelah dilantik pada tanggal 14 Februari 2021, meskipun pada sekarang ini merupakan generasi kepengurusan ketiga setelah kurang lebih sepuluh tahun mengalamai masa kevakuman, Hal itu tidak menyurutkan semangat para kader IPNU IPPNU Ranting Kacepit untuk menghidupkan kembali semangat berorganisasi. Hal tersebut dibuktikan sebelum pelantikan, IPNU IPPNU Ranting Kacepit sudah bersiap diri membuat program kerja.
Dalam program kerjanya diputuskanlah kurang lebih 10 program kerja diantaranya selapanan, PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) dan PHBN (Peringatan Hari Besar Nasional), BBM (Bersih-bersih Masjid Mushola), Ziarah kubur, pembuatan seragam, perlengkapan administrasi organisasi, sowan sesepuh NU, dan pengadaan sosial media, tidak lain dan tidak bukan program-program kerja tersebut direncanakan dalam rangka meningkatkan kekompakan dan kualitas kader yang diharapkan dapat menjadi kader yang loyal dan militan untuk organisasi. Bukan hanya itu, juga untuk meningkatkan iman, imun, dan amal. Karena dalam pelaksanaannya, jika ditarik benang merahnya kesemua program kerja tersebut mengedepankan yang pertama iman atau keyakinan sebagai muslim yang sebenarnya yaitu seorang Islam yang rahmatan lil ‘alamin, kedua imun atau kesehatan jiwa dan raga, dan yang ketiga amal atau adanya kemanfaatan untuk sesama.
- Iklan -
KH. Hasyim Asy’ari dawuh bahwasanya: “Siapa yang mau mengurus NU aku anggap santriku. Dan siapa yang menjadi santriku aku doakan Khusnul Khotimah beserta anak cucunya.” Dawuh mbah Hasyim itulah diantara beberapa dawuh mbah Hasyim Asy’ari yang menjadi batu pijakan para kader IPNU IPPNU Ranting Kacepit khususnya para pengurusnya dalam mengelola organisasi ini.
Dalam musim pandemi kali ini, IPNU IPPNU Ranting Kacepit dalam berkegiatan selain ingin menumbuhkan jiwa-jiwa manusia yang senantiasa bertaqarrub kepada Allah juga tidak mengesampingkan protokol kesehatan yakni minimal memakai masker. Seperti halnya dalam kegiatan BBM atau Bersih-bersih Masjid Mushola dan ziarah kubur. Di dua kegiatan itupun sebenarnya jika ditelisik lebih dalam mengandung dua intisari yang keduanya itu saling bertaut satu sama lain yaitu tentang kesehatan rohani dan jasmani. Rohani ialah hati yang selalu menyatu dengan Illahi dengan bersilaturrahim kepada para pepunden dusun dan jasmaninya dengan membersihkan masjid dan mushola.
Selain itu, lewat program BBM tersebut diharapkan dapat menyatukan pemikiran bahwa pada sekarang ini ternyata banyak masjid maupun mushola yang kokoh tapi jamaahnya semakin sedikit dan mayoritas mbah-mbah pula, juga untuk menambah sensitivitas para kader akan pentingnya kebersihan lingkungan sekitar khususnya kebersihan tempat ibadah yang akan menambah kenyamanan, yang dari rasa nyaman itu bisa mendatangkan kekhusyukan dalam beribadah. Tentang kebersihan pun diperkuat dalam sebuah hadis yang berbunyi bahwa kebersihan itu sebagian daripada iman.
Seirama dengan hadis tersebut terdapat istilah “Bersih pangkal sehat”. Kesehatan merupakan inti dari hidup, karena ketika kita kaya tapi sakit pun tidak nyaman begitupun sebaliknya. Terlebih di pulau jawa ketika lebaran atau ketika anak meminta doa restu dari orang tuanya pasti ada istilah “mugo-mugo paringi sehat kewarasan” yang bermakna sehat yang sebenar-benarnya. Sehat jiwanya sehat raganya. Sehat batinnya sehat pikirannya. Ziarah kubur, adalah satu diantara berbagai macam rutinitas dari warga nahdlatul ulama. Yang mana rutinitas itu juga dilakukan oleh kader IPNU IPPNU Ranting Kacepit. Selain sebagai suatu rutinitas kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada para generasi muda khususnya pelajar Desa Kacepit terhadap para pepunden dusun masing-masing yakni Kacepit dengan mbah Kiai Lintang Rino, Kuweron dengan mbah Kiai Mujahiddin atau biasa disebut mbah Kiai Kereng, dan Koripan dengan mbah kiai Muqorrobin.
Menurut hemat penulis bahwa pepunden ialah sosok orang berilmu yang telah mbubak alas dalam istilah jawanya atau yang membuat dusun. Biasanya dalam mbubak alas itu pepunden melakukan dengan dua cara, ada yang dibabat dan ada yang dibakar. Selain berziarah ke makam para pepunden dusun, IPNU IPPNU Ranting Kacepit juga berziarah ke makamnya mbah Kiai Kholil Asy’ari seorang tokoh sesepuh NU di kecamatan Selopampang. Juga berziarah ke makamnya mbah Kiai Abdul Kholiq atau biasa dipanggil mbah Kiai Pahing salah satu cucu Sunan Kalijogo seorang wali penyebar agama Islam di tanah jawa, beliau seorang yang alim dan merupakan penyebar agama Islam di kecamatan Tembarak, kecamatan Tembarak terletak di sebelah utara kecamatan Selopampang. Pada pelaksanaan kegiatan ini IPNU IPPNU Ranting Kacepit bekerja sama dengan ketua Tanfidziah NU dan Ansor Ranting Kacepit.
Selain kedua program itu, IPNU IPPNU Ranting Kacepit dalam setiap kesempatannya senantiasa memberikan dukungan untuk kadernya dalam mengasah kreatifitas lewat bermedia sosial yang santun. Dengan program itu diharapkan kader bisa berpartisipasi aktif baik itu untuk menyemarakkan setiap peringatan hari besar Islam atau Nasional ataupun dalam menyemarakkan media sosial dengan hal-hal yang lebih positif.
Perjuangan tidak harus viral dan dengan uang banyak, sebisanya semampunya. Demikian ungkapan Ketua IPNU Ranting Kacepit dalam kesempatannya ketika memberikan motivasi kepada para kader IPNU IPPNU Ranting Kacepit pada hari Jumat, 24 September 2021.
Kata-kata itulah yang menjadi salah satu pemicu semangat untuk para kader IPNU IPPNU Ranting Kacepit dalam belajar, berjuang, dan bertaqwa kepada Allah dengan hal-hal yang paling sederhana dan biasa. Diharapkan dari hal yang biasa itu dapat menghantarkan para kader IPNU IPPNU Ranting Kacepit dalam berkhidmah di NU, masyarakat, negara, dan bangsa Indonesia dengan cara melestarikan budaya ke-NU-an tanpa mengesampingkan tugas utamanya yakni belajar. Karena dari hal-hal yang biasa dan sederhana juga bisa diambil pelajaran seperti bagaimana kita berhubungan dengan sesama manusia yang berbeda karakter dan latar belakangnya, bagaimana kita mengelola banyak orang dengan tugas fungsinya masing-masing. Dengan berorganisasi akan melatih kita menjadi pribadi-pribadi yang paham, yang peka, yang berani, yang bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi orang lain bahkan lingkungan sekitar.
-Penulis adalah aktivis IPPNU