Jalan Sepi Angin
dada gemetar
luka masih memar
seperti ada yang menampar-nampar
apakah waktu?
atau masa-masa yang paling puitis
desas-desus berita politik
apa-apa yang jadi viral
omong kosong
politik kekuasaan
dan tangan-tangan yang mengotori nurani
jalan sepi angin
dada harus tegar
dada tetap gemetar
darmakadenan, 23 november 2021
- Iklan -
Seperti Badai
tahunan
kita tak perlu menunggu lama
ia akan datang sendiri
berhari-hari
atau pun hanya sehari
luka (silam) tak perlu dendam
bicarakan saja baik-baik
dengan hati-mu sendiri
kata orangtua : “Tak baik
menimang-nimang sedih, yang ada kau
malah terkurung”
kata anak muda : “Lalu…”
kata orangtua : “Nikmati sedihmu, nikmati sedihmu, nikmati sedihmu. Lakukan apa yang kau mau dan tidak menyakiti siapapun, termasuk dirimu”
seperti badai
yang mengguncang kapanpun
dimanapun
kepada siapapun
selesai.
darmakradenan, 23 november 2021
Wajah Perempuan
(di sudut kota)
pucat pasi
tubuh kurus
hatinya seperti menyimpan luka
ia pura-pura tegar
ia menahan tangis
ia menahan kecewa (yang lalu)
wajah perempuan itu
meleleh
di jalanan
di trotoar
di taman-taman kota
barangkali
ada hal yang tak ingin ia katakan
barangkali
ada hal yang tak ingin ia jelaskan
wajah perempuan
di bibir jalan
auranya hilang
berserakan
november, 2021
Catatan Akhir November
kabel tivi tak lagi nyala
buku-buku (lama) tergeletak
usang
dibaca
dan banyak yang belum tersentuh
sama sekali
sama sekali
berita-berita corona mulai mereda
entahlah,
media memang berperan penting
barangkali,
sedang ramai berita artis
yang waktu itu kecelakaan tragis
suatu hari,
katanya corona masih ada
lantas vaksin masih dianjurkan
swab seperti jadi per-bisnisan
ah, entahlah
kemiskinan masih sama
ekonomi kerap menjadi masalah siapa saja
seperti tak ada beda
tiba-tiba ingat lagu (lama)
“yang miskin tambah miskin, yang kaya makin kaya”
lalu,
apa yang harus kita lakukan?
refleksi (diri)
november, 2021
Catatan untuk Puisi
di meja
buku-buku tertata rapi
lembaran kertas kerja menemani
di meja
kata-kata itu bersuara
menyepi
menepi
hingga ke tepi
beberapa lagu memberi irama
menambah energi
setangkai mawar merah masih terjaga
tergeletak
sampai mengering
semoga bahagia
november, 2021
*Yanwi Mudrikah, lahir di Banyumas 12 agustus 1989. Penggerak Komunitas Sastra Gubug Kecil Indonesia. Keseharian mengabdi di Universitas Amikom Purwokerto. Beberapa tulisannya pernah dimuat di media cetak (koran) dan media online.