KAGUM
1/
Seperti kata petuah lama
“Janganlah berjanji
Bila di dada sedang berbunga.
Bunga yang merekah
Tiba menguncup jua”
2/
Malam pun tiba
Gugusan bintang sembunyi cahaya
Dibalik bergumpal-gumpal awan
Wajahmu entah di mana?
Aku rindu
Kilatan cahaya itu
Tak lagi menyusup pada malam-malamku
Wajahmu entah di mana?
Pada suatu waktu
Kita akan bertemu
Saling berbisik dalam hati
“Kejujuran hanya di ketiak
Bersarang di ruang sepi
Malu dipertontonkan
Sembunyi lebih damai”
- Iklan -
Kau bicara apa, Gadisku?
Seakan kau orang paling tahu
Bukankah kita sama menunggu
Yang tergeletak tersapu waktu?
3/
Kekagumanku kepada mereka
Yang teguh pada janji
Yang menjaga lima waktu
Yang tulus memberi
Yang ikhlas menahan nafsu
Dan yang merindu akan ruahNya
2018 – 2021
TUNAK DAN SKALA
1/
Menjelang malam
Melingkar bersama
Perut keroncongan
Suara lirih jadi buih
Dan gadisku pernah bertanya
Perihal semesta dan seisinya?
2/
Sembahyang malam
Tuntas separuh hati
Tuhan,
Parankan aku
Padamu
Tunak dan skala
3/
Aroma malam terasa senyap
Dan angin menyergap badan
Seperti biasa
Lelaki tua menyepikan kata
“Bahkan hidup ini yang kau katakan berat
Jauh lebih berat ketimbang jumpa kematian, Gadisku”
2018 – 2021
IBU DAN ANAK GADISNYA
1/
Keputusan adalah takdir yang kau pilih
Tiada kata sesal di dalamnya
Yang ada hanyalah pembelajaran
Menuju cita
Jauh sebelum kau lahir
Masa balita
Masa kanak-kanak
Masa remaja
Sudah melingkar
Pada laut dada ibu
Jangan heran
Bila air mata
Pasang surut
Menghantam kalbu
3/
Kasih sayang Tuhan
Membanjiri dada ibu selalu
Padamu rahmat dan doa mengalir
Menjadi muara keberhasilanmu
Tentang cita
Tak berarti apa-apa
Tanpa senyum dan tawa
Terpancar indah di raut wajah ibu
Ibu,
Ibu,
Ibu,
Dan anak gadismu
Kurang ajar
Mencubit kelopak indah matamu
2018 – 2021
Sebuah Pertanyaan Serta Jawabannya
1/
Gadisku menghilang
Seperti dilahap api
Hanya menyisakan bekas
Serpihan abu
2/
Ketika pagi tiba
Kokok ayam
Tak hentinya
Menyeru
Dari arah barat
Derap kaki melangkah menuju selatan.
Dari arah timur
Derap kaki melangkah menuju selatan
Dari arah utara
Langkah kaki
Berhenti
Menepi
Gundukan plastik kering dan basah
Gundukan kardus dan kertas
Seberinda bekas pakai
Tiba menggunung di tepian pantai
“Kalau banyak begini
Andai itu duit
Sudah pasti diembat sendiri”
Tapi kemana hilangnya para pemulung?
Di rumah reyot terbaring tubuhnya menua
Tapi kemana hilangnya lelaki tua yang biasa membakar sisa?
Di rumah sunyi menenggak sebotol wiski
Tapi kemana hilangnya hati yang didorong oleh rasa peduli?
Di rumah sendiri menyeruput ampas kopi
Dan menyulut sisa puntung rokok
Yang terbalik batang hidungnya
3/
Gadisku telah lenyap
Tubuh dan suaranya senyap
Hanya menyisakan bekas
Serpihan rindu
2018 – 2021
HALUSINASI HUJAN
1/
Yang buatmu berubah
Ialah keadaan, Gadisku
Biarpun zaman berputar
Menggerogoti isi dada
Antara ada dan tiada
Kita tetap adalah basyar
Basyar yang baik
Menggenggam tanganmu ke angkasa biru
Basyar yang picik
Melepas kolormu ke angkasa tiru
Ah, tak mudah
Meyakinkan isi dada
Dengan isi kepala, Gadisku
2/
Hujan tiba
Selepas tawa tenggelam pelan
Kumandang asar
Nyaris sia-sia kudapati
Tuhan,
Payung di dinding rumahku
Akhirnya terpakai jua
Telah lama menggantung dalam sunyi
“Apa kabarmu payung
Yang bersedia sebelum hujan?”
3/
Hujan dari langit
Belum reda juga, Gadisku
“Apa yang sedang kau pagut?”
Dingin benar malam ini
Tanpa selimut kasih
Dan kecupan selamat malam
Dari merah bibirmu
Yang biasa kau tunggingkan
Senyuman itu
Di antara hujan dan malam
Kuseduh hangatnya kopi hitam
Tenggelam bersama angan
Dan pejam….
2018 – 2021
*Emroni Sianturi lahir di Probolinggo, Jawa Timur, 06 Desember 1995. Bergiat di komunitas kamianakpantai.com. Sejumlah karya puisi, cerpen, dan esainya banyak dimuat di berbagai media cetak maupun online, juga pernah diterbitkan dalam buku antologi bersama. Suka nyeletuk tentang Luta dan Cinka di Fanpage dan Instagram: @lelaki_wa12na