Judul: Desain PBL Etnomatematika dalam Pembelajaran Pendidikan Dasar
Penulis: Rina Febrinasti, Dr. Rochmad, M.Si, dan Dr. Isnarto, M.Si
ISBN: 978-623-6769-71-3
Cetakan: I, April 2021
Tebal: 15,4 x 23 cm, xii + 100 Halaman
Diterbitkan: CV. Pilar Nusantara
Peresensi: Hamidulloh Ibda
Membaca buku hasil riset bertajuk “Desain PBL Etnomatematika dalam Pembelajaran Pendidikan Dasar” ini memangsedikit menguras tenaga. Apalagi, ada dua aspek yang secara konseptual dikaji dalam buku berukuran B5 ini. Pertama, aspek PBL-Etnomatematika. Kedua, pembelajaran dan pendidikan karakter pada pendidikan dasar.
Problem Based Learning (PBL) itu model pembelajaran yang mudah. Sebab, model ini pada pelaksanaannya melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap- tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan sebuah problem.
Buku ini adalah hasil riset. Penulis mencoba mengungkap keefektifan pembelajaran daring PBL-etnomatematika dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Kemudian mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran daring PBL-etnomatematika ditinjau dari karakter disiplin dan peduli lingkungan (hlm. v). Keunikan pada buku tidak sekadar pada aspek matematiknya. Namun mendesain etnomatematika berbasis karakter peduli lingkungan.
- Iklan -
Penulis menegaskan matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sangat sulit untuk dipelajari, kurang berguna bagi kehidupan sehari-hari dan salah satu mata pelajaran yang menakutkan. Pendapat tersebut muncul karena sebagian besar guru hanya menyuruh siswa untuk mengerjakan latihan-latihan soal terus tanpa diimbangi dengan kemampuan pemecahan masalah yang benar dalam menyampaikan materi pelajaran (hlm 2). Hal inilah yang melatarbelakangi penulis melakukan penelitian etnomatematika.
Dalam kajiannya, penulis menyoal keterampilan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Salah satunya melalui Problem Based Learning (PBL) dan diintegrasikan dengan etnomatematika. PBL sendiri disebut sebagai pendekatan instruksional yang menawarkan potensi untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman yang fleksibel dan keterampilan sepanjang hayat (hlm. 19).
Sedangkan etnomatematika intinya “matematika budaya”. Tidak hanya mengacu kepada budaya etnis, tetapi juga untuk pengalama umum seperti bahasa, kepercayaan, adat istiadat, atau sejarah. Etnomatematika didefinisikan sebagai cara-cara khusus yang dipakai oleh suatu kelompok budaya atau masyarakat tertentu dalam aktivitas matematika (hlm. 25).
Aktivitas matematika merupakan aktivitas yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam matematik aatau sebaliknya, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, membuat pola, membilang, menentukan lokasi, bermain, menjelaskan, dan sebagainya (hlm. 26)
Sekarang ini, dalam buku penulis disoal, bahwa bidang etnomatematika, yaitu matematika yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan sesuai dengan kebudayaan setempat, dapat digunakan sebagai pusat proses pembelajaran dan metode pengajaran, walaupun masih relatif baru dalam dunia pendidikan. Maka dari itu, penulis buku ini melakukan riset tentang etnomatematika berbasis kearifan lokal tentang tempat-tempat menarik di sekitar siswa khususnya di Kota Semarang.
Melalui pendekatan ini, penulis mengenalkan bangunan Lawang Sewu, Kantor Pos Semarang, dan Simpanglima. Tiga sampel bangunan ini dijadikan proyek etnomatematika yang mengarah pada penguatan karakter peduli lingkungan.
Dalam buku ini ditulis bahwa peduli lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (hlm. 35).
Peduli lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegak kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Sedangkan indikator siswa yang memiliki karakter peduli lingkungan yaitu membersihkan WC, membersihkan tempat sampah, membersihkan lingkungan sekolah, memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman, ikut memelihara tanaman di halaman sekolah danikut dalam kegiatan menjaga kebersihan sekolah (hlm. 37).
Berdasarkan analisis kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari karakter siswa diperoleh hasil signifikan. Siswa dengan karakter disiplin mampu melakukan 4 tahapan pemecahan masalah menurut Polya yaitu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian dan melihat (mengecek) kembali dengan baik, sedangkan karakter disiplin lingkungan hanya dapat melakukan tahapan pemecahan masalah menurut Polya sampai dengan di tahap 3 yaitu melaksanakan rencana penyelesaian masalah.
Pembelajaran daring PBL etnomatematika efektif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, sehingga pembelajaran tersebut dapat dijadikan alternatif dalam menentukan pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuaan pemecahan masalah. Temuan riset yang dituangkan dalam buku ini terlihat sekali ketertarikan siswa pada pembelajaran bernuansa etnomatematika. Untuk itu perlu dikembangkan lebih banyak lagi bahan ajar online yang bernuansa etnomatematika (hlm. 78-79). Guru-guru SD/MI harus mampu melihat karakter siswa sehingga hasil belajar dapat maksimal karena siswa memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga tingkatan dalam kemampuan pemecahan masalah juga berbeda
Dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki karakter disiplin lebih baik dalam memecahkan masalah dibandingkan dengan siswa yang memiliki karakter peduli lingkungan. Hal itulah yang ditemukan penulis melalui penerapan PBL-Etnomatematika dalam penguatan karakter peduli lingkungan pada siswa pendidikan dasar.
-Peresensi adalah dosen dan Wakil Ketua I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan STAINU Temanggung.