METONIMIS
kegagalanku yang kutulis ini
hingga kabut putih
menjadi term yang kusuka sekarang
(kamu) pasti pernah berpikir
itu periodik
bagi manusia dan zaman
bab-bab dalam kitab kehidupan
terbuka, terluka: menjadi hal biasa
sekarang kelihatan itu padaku
beruntun memberi pelajaran
dalam perjalanan
menggoyang bumiku
(dunia) yang tampak mencemaskan
dihantui wabah
dan banyaknya kematian
sementara aku harus membagi isi kepala
pada ketaknyamanan ini
berdamai dengan kenyataan
merangkak di atasnya
menuju seberang
melihat mirat
menata kekusutan
kini aku berterusan
tanganku kaku—berkali-kali gagal menjumput
jari-jari, buku-buku, sendi-sendi: mati
rasa
itu benar
tidak lagi diciptakan sakit
padahal ada jerit
aku telah melewatinya
itu berarti aku telah berhasil
aku telah berhasil
AZMAT
kadang keinginan itu datang: menjadi azmat,
dalam suatu hal
seperti lainnya, seperti yang kulihat
pengakuan, penyebutan, penyematan
dari banyak pihak, dari seseorang yang diinginkan
mengangkat piala-piala, kemenangan
membuat dunia tercengang
selama bertahun-tahun
yang tak tergantikan
aku terus berpikir seperti itu
memberi bentuk dan wujud
sekalipun dalam mimpi
dan aku beruntung masih dapat bermimpi
merancang sebuah bangunan
meletakkan pondasi, batu pertama
meninggikan mimpi itu
bunga matahari, kuning matahari
serupa pintu langit
yang berkali kuketuk-ketuk
tanpa ada jawaban, balasan
begitu lama menunggu
seperti kemunafikan yang harus diakhiri
aku kembali kepada kenyataan
serupa kesadaran
begitu murni
titik hidup: awal aku berasal
sang bayi kecil
ciuman pertama
lembut
yang terus tumbuh
hari-hari hidup
terus belajar, mengenggam
dan dunia tiba-tiba ada di tangan
- Iklan -
KRAYON
: Zamit
ternyata jari tangannya telah benar memegang krayon
tak lagi dipatahkan, menjadi potongan kecil
aku mengamatinya — dari permulaan menggambar
warna-warna yang dipilih dan kepercayaan diri
ia telah berhasil
menghadirkan jiwa merdeka
karangan dari imajinasi
membangun komposisi
terus bergerak ke arah matahari terbit
mobil dengan sayap-sayap
tanpa bensin
tak ada polusi, tak ada emisi
bersih seperti hati
kanak-kanak
mungkin ia sampaikan pesan
melalui ketulusan, kejujuran, dan kenyataan
dari tatapan matanya
yang adil melihat dunia
tak menyimpan rencana apa-apa
(yang tersembunyi)
kecuali mimpi
pertama
yang membangunkan
rasa ingin tahu
pada banyak hal
jalan yang menuju ke suatu masa
yang berlapis
pelangi besar, kubah cahaya —
sebuah kehidupan yang tak monoton
sketsa hitam putih
dan aku tahu
akan ada kejutan setelahnya
ARUS
setiap hari ada banyak orang turun ke jalan
irisan dari kehidupan
arus tak dapat dihindari
mendesak maju dengan kaca spion terlipat
kemacetan yang parah
mengisap udara panas
keluh dan peluh
berusaha keluar dari kerumunan
di semua sisi yang memadat
bagaimana menemukan ruang kosong
maka harus ada yang naik
melihat situasi
di mana titik masalah
lalu beri kabar
tentang jalan keluar
untuk memberi rasa nyaman
sejak pertama kali
menapak
memberi bahagia bagi jiwa
memang
setelah bertemu pintu itu
hidupkan mesin
kendalikan perjalanan
itulah hatimu
menatap lurus ke depan
memantik api
membakar lagi dunia yang murung
KANON
jam digital dengan angka-angka tertentu
berkali-kali mengingatkan
tentang tulisanku yang belum selesai
tergantung pada tiang logam
—dingin, ngilu
krisis
yang membanggakan
kehilangan fokus
distorsi, kontaminasi
hingga menghentikannya
sudut pandang ke tepi
dunia yang paling sunyi
aku telah jauh
klausaku, mengembara malam
mencari lagi
kehilangan itu, kelahiran
bayi baru, anak-anak puisi
sehingga berterusan
menyambut
kanon
sebuah fase, maju dan lebih lembut
dalam humanis
maka terus menulis
pada lembar zaman
yang melahirkan
pemuisi
dari rahim buku
membuka
cahaya
biru tua dan biru muda
samudra kata
Faris Al Faisal, penyair. Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Indramayu dan Ketua Lembaga Basa lan Sastra Dermayu.