Oleh Dian Marta Wijayanti
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada 2 Mei 2025 ini menjadi momentum penting bagi perjalanan pendidikan bangsa Indonesia. Hardiknas menjadi salah satu hari penting di mana merupakan hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional setiap tahunnya untuk menghormati jasa tokoh pendidikan nasional Indonesia, Ki Hadjar Dewantara.
Pada tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menetapkan tema khusus untuk memperingati Hardiknas setiap tahunnya. Tema Hardiknas 2025 yaitu “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”.
Melalui tema ini, pemerintah mengajak semua pihak untuk berkontribusi dalam menciptakan sistem pendidikan yang inklusif, merata, dan berkualitas, demi masa depan yang lebih maju dan inklusif. Informasi ini termuat dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor: 7441/MDM.A/TU.02.03/2025 Perihal Pedoman Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2025.
- Iklan -
Mewujudkan Pendidikan Bermutu
Pendidikan bermutu bukan lagi sekadar impian, melainkan fondasi utama kemajuan bangsa. Namun, mewujudkan pendidikan yang merata dan berkualitas tinggi untuk seluruh anak negeri bukanlah tugas yang bisa dipikul oleh pemerintah dan institusi pendidikan semata. Dibutuhkan partisipasi semesta, sebuah gerakan kolaboratif yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, untuk menggapai cita-cita luhur ini. Frasa “partisipasi semesta” mengandung makna yang dalam. Ia menyerukan keterlibatan aktif dari setiap individu, keluarga, komunitas, organisasi masyarakat sipil, dunia usaha, hingga media massa. Setiap pihak memiliki peran unik dan kontribusi berharga yang dapat disinergikan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif dan memberdayakan.
Mengapa partisipasi semesta begitu krusial? Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang hasilnya akan dinikmati oleh generasi mendatang. Ketika semua pihak merasa memiliki tanggung jawab terhadap kualitas pendidikan, maka perhatian dan dukungan akan mengalir secara berkelanjutan. Terdapat alasan mengapa partisipasi semesta menjadi kunci utama. Pertama, sumber daya yang lebih luas. Pemerintah memiliki keterbatasan anggaran dan jangkauan. Keterlibatan sektor swasta dan masyarakat dapat memperluas sumber daya finansial, infrastruktur, dan keahlian yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Kedua, relevansi dengan kebutuhan lokal. Masyarakat di tingkat akar rumput memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan tantangan pendidikan di lingkungan mereka. Partisipasi mereka memastikan bahwa program dan kebijakan pendidikan lebih relevan dan tepat sasaran. Ketiga, membangun budaya peduli pendidikan. Ketika semua pihak terlibat, akan terbangun budaya di mana pendidikan dihargai dan didukung sebagai prioritas bersama. Hal ini akan memotivasi siswa, guru, dan seluruh stakeholder pendidikan untuk memberikan yang terbaik.
Keempat, inovasi dan kreativitas. Kolaborasi lintas sektor dapat memicu munculnya ide-ide inovatif dan solusi kreatif untuk mengatasi berbagai permasalahan pendidikan. Kelima, akuntabilitas dan transparansi. Keterlibatan aktif masyarakat dalam mengawasi dan memberikan masukan terhadap penyelenggaraan pendidikan akan mendorong akuntabilitas dan transparansi, sehingga potensi penyelewengan dapat diminimalisir.
Lantas, bagaimana wujud nyata dari partisipasi semesta ini? Bentuknya bisa beragam, mulai dari hal-hal sederhana hingga inisiatif yang lebih terstruktur. Pertama, orang tua wajib mendampingi anak belajar di rumah, terlibat dalam kegiatan sekolah, memberikan dukungan moral, dan menjadi teladan yang baik. Kedua, komunitas wajib mendirikan taman baca, mengadakan kegiatan belajar kelompok, memberikan pelatihan keterampilan, dan mengawasi kualitas pendidikan di lingkungan sekitar.
Ketiga, dunia usaha perlu nemberikan beasiswa, magang, dukungan fasilitas pendidikan, dan menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan industri. Keempat, media massa termasuk Maarifnujateng.or.id ini wajib mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pendidikan, memberitakan kisah-kisah inspiratif dari dunia pendidikan, dan mengkritisi kebijakan yang tidak efektif secara konstruktif.
Kelima, organisasi masyarakat seperti NU dan LP. Ma’arif NU wajib mengadvokasi kebijakan pendidikan yang berpihak pada kepentingan masyarakat, memberikan bantuan pendidikan bagi kelompok rentan, dan melakukan pendampingan bagi guru dan siswa. Keenam, individu perlu menyumbangkan buku, menjadi relawan pengajar, berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta memberikan dukungan moral kepada para pejuang pendidikan.
Refleksi: Pendidikan Bermutu untuk Semua
Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), sebuah momentum reflektif untuk menengok kembali perjalanan dan cita-cita pendidikan di negeri ini. Tanggal ini bukanlah tanggal biasa. Ia bertepatan dengan hari lahir Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, sosok pelopor yang mencetuskan filosofi pendidikan sebagai alat pembebasan dan kemerdekaan berpikir.
Tema “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua” tidak hanya sarat makna, tetapi juga menjadi ajakan terbuka bagi seluruh elemen bangsa untuk turut serta dalam mewujudkan pendidikan yang inklusif, adil, dan berkualitas bagi setiap anak Indonesia, tanpa terkecuali.
Tema ini bukan sekadar slogan. Ia adalah seruan moral, sekaligus strategi pembangunan bangsa. Pendidikan tidak bisa lagi hanya menjadi urusan guru dan sekolah. Tidak cukup pula menjadi tanggung jawab pemerintah semata. Dunia pendidikan adalah rumah bersama, tempat semua pihak orang tua, komunitas, organisasi masyarakat, dunia usaha, hingga media memiliki ruang dan peran.
Bayangkan seorang anak di pelosok desa yang ingin mengenyam pendidikan, tetapi harus berjalan kaki berkilometer jauhnya setiap hari. Atau seorang siswa dengan kebutuhan khusus yang belum mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai. Atau seorang remaja yang terpaksa putus sekolah karena harus membantu ekonomi keluarga. Mereka semua adalah bagian dari cerita pendidikan Indonesia. Hanya dengan partisipasi semesta, kita dapat menghadirkan perubahan. Peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi harus menjadi ruang kontemplasi dan aksi nyata.
Pendidikan bermutu untuk semua bukanlah mimpi yang mustahil. Ia bisa diwujudkan dengan gotong royong. Ketika sekolah menjadi ruang ramah bagi semua latar belakang. Ketika kurikulum tidak hanya mengejar angka, tetapi juga membentuk karakter. Ketika guru diberdayakan, bukan dibebani. Ketika teknologi menjembatani kesenjangan, bukan memperlebar jurang. Ketika setiap warga bangsa percaya bahwa masa depan Indonesia terletak di ruang-ruang kelas hari ini.
Ki Hadjar Dewantara pernah berkata, “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan. Semangat inilah yang harus menjiwai setiap partisipasi kita. Karena pendidikan yang bermutu tidak bisa dibangun oleh satu tangan saja, melainkan oleh tangan-tangan yang bersatu.
Mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua adalah investasi peradaban. Ia membutuhkan komitmen dan aksi nyata dari seluruh elemen bangsa. Partisipasi semesta bukan hanya sekadar slogan, melainkan sebuah panggilan untuk bergerak bersama, bahu-membahu, demi masa depan Indonesia yang lebih cerah. Mari kita tinggalkan mentalitas “ini urusan pemerintah” dan mulai mengambil peran aktif dalam memajukan pendidikan di lingkungan kita masing-masing. Setiap kontribusi, sekecil apapun, akan menjadi bagian penting dari mozaik besar pendidikan Indonesia yang berkualitas dan merata. Dengan partisipasi semesta, impian tentang pendidikan bermutu untuk semua bukan lagi sekadar harapan, melainkan sebuah keniscayaan yang akan kita wujudkan bersama.
Mari jadikan peringatan Hardiknas 2025 sebagai momentum untuk memperkuat komitmen kolektif. Karena hanya dengan partisipasi semesta, kita bisa mewujudkan pendidikan bermutu, berkeadilan, dan menjangkau semua anak bangsa. Demi Indonesia yang lebih inklusif, cerdas, dan bermartabat.
-Penulis adalah Kepala SDN Gajahmungkur 03, Mahasiswa S3 Manajemen Kependidikan UNNES