INSTRUMENTALIA PUASA
Kutahan diri dari segala hal
yang dapat membuat puasaku jadi batal.
Hari ini,
aku hidup di dua dunia,
di mana jari dan akalku
harus dididik dengan bijaksana.
Tapi puasa yang Kau perintahkan
bukan sekadar menahan haus dan lapar,
melainkan suatu rukun paling puisi,
yang setiap kebaikan, pahalanya dilipat gandakan.
- Iklan -
Maka, Tuhan, puasakan juga hatiku
sepuisi mungkin.
Amin.
Yogyakarta, 2025
PENGAKUAN
Mataku yang terbatas ini,
nyaris tak sampai menatap-Nya.
Tanganku yang terbatas ini,
nyaris tak dapat memeluk-Nya.
Akalku yang terbatas ini,
nyaris tak dapat menyangkal-Nya.
Sebagaimana Al-Ghazali dalam kitabnya,
yang menghendaki teologi cukup sebagai apologi.
Mak, Tuhan, teguhkan hatiku
dari bermacam gangguan,
pun juga dari bermacam keraguan.
Yogyakarta, 2025
DI LAUT ITU
Telah kau bentang pagar keangkuhan
untuk membatasi harapan sederhana,
yang menyala di mata para nelayan;
tak lain demi sejumlah kepentingan
agar nasib yang asin makin asing.
Perlahan, sampan-sampan menepi
karena kehabisan nyali.
camar-camar pun hanya sanggup
meratapinya dengan gugup.
Di sini,
karang hancur
cinta lebur
di antara deru rindu
yang disibak desir masa lalu.
Sedang ikan-ikan ketakutan,
memandang keruh masa depan
yang makin sepi dari jaring nelayan.
Yogyakarta, 2025
CINTA PEREMPUAN LAMPADANG
– Cut Nyak Dhien
Cinta kita terbuat
dari cita-cita yang sama, Teuku
menyalakan nyali
di antara gesekan pedang.
Di Montasik
hati kita menyatu, Teuku
dengan sederhana
tanpa pesta-dansa
sebab di sekeliling kita
aroma darah masih terhidu.
Di Krueng Raba
maut yang tak dapat kita tafsir,
membuat matamu nyaris berakhir
tapi cinta ini tak pernah padam
membuat dadaku menyimpan dendam
terhadap orang-orang Marsose itu.
Maka sempurnalah cinta kita, Teuku
di antara cita-cita dan pilu kesunyianku.
Yogyakarta, 2025
MENYAMBUT KEKASIH
Akan kami sambut kehadiran kekasih
dengan buah cinta dan baris berzanji.
Segalanya akan memuja
Mereka yang menabuh rebana, percayalah, dan berbahagialah. karena kekasih pasti membalasnya, dengan menabuh jiwa, hingga bibir ikut bergetar, menghantarkan rindu ke altar Arsy-Nya yang tenang.
Akan kami sambut kehadiran kekasih
dengan bahasa yang kami miliki.
Maka hadirlah kekasih
di zaman yang mulai redup ini,
karena kami ingin semesta menyala kembali
seperti emanasi yang melimpahkan cahaya;
dan kami menyebutnya sebagai asal mula.
Yogyakarta, 2024
Agus Widiey, Lahir di Sumenep 17 Mei. Mahasiswa Aqidah Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tulisannya tersebar diberbagai media, baik lokal maupun nasional. Seperti Kompas, Tempo, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Rakyat Sultra, Majalah Pakubasa, Majalah Karas dll. Pernah menjuarai lomba cipta puisi yang diselenggarakan Majelis Sastra Bandung (2021). Anggota Komunitas Damar Korong. Berdomisili di Yogyakarta.