Oleh: Muhammad Nur Faizi
Workshop bertajuk “Waktunya Inovasi Pendidik” yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) Jawa Tengah pada Selasa (12/11/2024) di BBPMP Jateng, Srondol, Semarang mengingatkan saya akan pentingnya pendidikan inovatif berbasis AI di masa sekarang.
Dalam acara tersebut, secara tegas HM. Miftahul Arief menyampaikan jika “LP Ma’arif Jateng senantiasa mendukung inovasi guru-guru di bawah LP Ma’arif, terutama dalam menghadapi disrupsi teknologi, maka stakeholder manapun yang terlibat dalam program tersebut, kita siap berkolaborasi.”
Pernyataan tersebut menggambarkan komitmen LP Ma’arif NU untuk mendukung perubahan positif dalam pendidikan, termasuk penerapan teknologi terkini seperti kecerdasan buatan (AI). Pendidikan inovatif berbasis AI tidak hanya menjadi solusi untuk tantangan modern tetapi juga membuka peluang besar dalam mencetak generasi yang lebih adaptif dan siap menghadapi disrupsi teknologi.
- Iklan -
Mengapa Pendidikan Inovatif Berbasis AI Penting?
Dunia pendidikan telah berkembang pesat melampaui metode pengajaran tradisional yang bersifat satu arah. Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini memainkan peran transformasional, mengubah cara belajar dan mengajar menjadi lebih interaktif dan adaptif. Data dari World Economic Forum menyebutkan bahwa hingga tahun 2023, lebih dari 47% sekolah di negara maju telah mengintegrasikan teknologi AI untuk personalisasi pembelajaran, meningkatkan keterlibatan siswa, dan mendukung guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih produktif.
AI memungkinkan siswa untuk mengakses materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. Algoritma pembelajaran adaptif seperti yang digunakan oleh platform Khan Academy atau Duolingo mampu menganalisis performa siswa secara real-time, memberikan umpan balik spesifik, dan merekomendasikan topik berdasarkan tingkat pemahaman mereka. Sementara itu, bagi guru, AI menjadi alat untuk menghemat waktu dalam mengelola tugas administratif, seperti penilaian otomatis, sehingga mereka dapat lebih fokus pada interaksi langsung dengan siswa.
Dalam konteks Indonesia, urgensi adopsi AI semakin tinggi. Berdasarkan laporan Digital 2023 Indonesia oleh Hootsuite dan We Are Social, penetrasi internet di Indonesia mencapai 77% dari total populasi, dengan sebagian besar pengguna adalah generasi muda. Anak-anak Indonesia saat ini tumbuh dalam lingkungan yang terpapar budaya digital, menghabiskan rata-rata 3-4 jam per hari untuk mengakses konten daring, termasuk konten edukasi. Namun, kesenjangan akses dan kualitas pendidikan tetap menjadi masalah.
Pendidikan berbasis AI menjadi solusi untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Platform seperti Ruangguru dan Zenius di Indonesia telah memanfaatkan AI untuk memberikan pengalaman belajar yang personal, meskipun infrastruktur di beberapa daerah masih minim. Selain itu, AI juga mampu mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa melalui simulasi berbasis teknologi, seperti model pembelajaran berbasis permainan (game-based learning) dan alat pembelajaran interaktif.
Data menunjukkan bahwa hingga 2030, keterampilan teknologi seperti penguasaan AI dan analisis data akan menjadi salah satu kompetensi paling dicari di pasar kerja global. Dan tentunya hal ini bisa memajukan pendidikan di Indonesia, yang tidak hanya dapat meningkatkan aksesibilitas dan kualitas, tetapi juga mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan global, termasuk era otomatisasi dan ekonomi berbasis pengetahuan. Oleh karena itu, adopsi AI dalam pendidikan bukan hanya pilihan, tetapi kebutuhan mendesak.
Mewujudkan Inovasi Pendidikan Berbasis AI
Implementasi kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan tidak dapat dilakukan secara instan. Ia memerlukan perencanaan strategis yang matang untuk memastikan bahwa teknologi ini benar-benar memberikan dampak positif yang berkelanjutan. Salah satu langkah utama yang harus menjadi prioritas adalah membangun infrastruktur teknologi yang memadai di sekolah-sekolah.
Ketersediaan akses internet yang stabil, perangkat keras seperti komputer atau tablet, serta perangkat lunak berbasis AI menjadi elemen mendasar untuk mendukung transformasi pendidikan berbasis teknologi. Namun, berdasarkan laporan dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), pada tahun 2023, hanya sekitar 50% wilayah di Indonesia yang memiliki akses internet cepat dan stabil. Tantangan ini menjadi pengingat bahwa pembangunan infrastruktur teknologi adalah fondasi untuk menjembatani kesenjangan digital yang masih lebar, khususnya di daerah terpencil.
Tidak hanya soal infrastruktur, pelatihan bagi tenaga pendidik juga menjadi faktor krusial. Data dari UNESCO Global Education Monitoring Report 2022 menyebutkan bahwa 48% guru di negara berkembang, termasuk Indonesia, merasa kurang percaya diri dalam menggunakan teknologi digital untuk mendukung proses pembelajaran. Ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk program pelatihan berkelanjutan yang dapat membantu guru memahami potensi AI dan bagaimana memanfaatkannya secara optimal di ruang kelas.
Pelatihan ini tidak hanya sebatas pelatihan teknis, tetapi juga mencakup pengembangan strategi pengajaran yang relevan dengan era digital. Guru harus mampu beradaptasi dengan perubahan peran dari sekadar penyampai materi menjadi fasilitator yang mendukung siswa dalam mengeksplorasi pengetahuan melalui teknologi. Misalnya, guru dapat dilatih untuk menggunakan platform pembelajaran berbasis AI seperti Edmodo atau Google for Education, yang memungkinkan mereka untuk menganalisis perkembangan siswa secara mendalam dan memberikan pendekatan yang lebih personal.
Namun, upaya untuk menerapkan pendidikan berbasis AI tidak dapat dibebankan hanya kepada sekolah atau tenaga pendidik. Kolaborasi antara berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga pendidikan, sektor swasta, dan komunitas, adalah kunci keberhasilan program ini. Sebagaimana disampaikan oleh HM. Miftahul Arief dalam workshop “Waktunya Inovasi Pendidik,” dukungan dari stakeholder menjadi landasan penting untuk mendorong inovasi pendidikan yang berkelanjutan.