FRAGMEN SEBUAH DUSUN
Jauh,
- Iklan -
Sebelum modernisasi menyentuh
bantaran kali pernah mengajari unggah-ungguh
Arti srawung tanpa adigang adigung
Memesan damai setiap pagi, lewat kokok ayam dan burung dekukur
Saling mengeja – menjaga
Gemah ripah loh jinawi
Dulu, sebelum pembangunan menghinggapi
Tapi kini, jaman merambah
Dusun menyimpan arogansi
Gedumbrang tehnologi dan polusi memoksa tanpa permisi
Bahkan, kami tak saling mengenali
Siapa tetangga kanan kiri …. .
Solo, 2023
PERTEMUAN
: Evi Idawati
Tiba-tiba aku menemukan sajakku tergeletak di kaki meja, sendiri. dengan kalimat sepi.
Sementara diskusi makin menjadi, tentang kegilaan penyair juga takdir yang tak mahir.
Sesekali gaduh, di sela jus jambu – kopi tanpa gula dan gerimis
Tapi sajakku tetap sendiri, seperti kisah cinta yang kandas melulu . Menimang wajah ibu yang
menanti kuyu. Ach, bagaimana mesti dijelaskan, bahwa aku diamdiam sedang mengeja
kecantikan jiwa-mu. Sebagai bekal saat ku pulang, tersebab di jalan,, terjal kerap menemui. Dan
mungkin membuatku patah kembali
Januari 2014-2023
DINNER
Sebuah nocturno, lagi-lagi kau sisipkan, di tengah perbincangan tanpa kata. Pada cangkir yang
menyimpan getir, diamku mencari arah takdir. Sementara kecupmu, mlipir di balik garpu,
memaparkan rasa entah. Hening kaffah
Ach, betapa ingin ku minta, hangat bulan dari bibirmu, jatuh di kening. Menumbuhkan musim
semi. Agar ketika senyap menghadang, aku punya nyali. Mengingatmu wajahmu dalam sepoi.
Sebelum waktu pecah diatas pagi. Menyuguh kegilaan diri
Solo, 2023
RUTE ASMARA
Dari KUA
Ke penagadilan agama
Ada dendang nyeri
Dalam nada tinggi
Pertanda cinta telah basi
Solo, 2023
Seruni Unie, penikmat puisi asal Solo