Oleh Irna Maifatur Rohmah
Bersosial tidak akan ada habisnya selagi masih hidup dengan normal. Yang mana masih membutuhkan dan berinteraksi secara intens dengan manusia lain. Sebagai manusia yang hidup di tengah kerumunan masyarakat, skill bersosial sangat diperlukan untuk mempermudah hidup kita. Bagaimanapun kondisinya, orang lain pasti akan selalu dibutuhkan.
Dalam organisasi juga demikian. Kemampuan sosial seseorang dipertaruhkan di sana. Ketika memiliki kemampuan yang kurang atau bahkan lebih tidak akan menimbulkan dampak yang baik. Yang wajar-wajar saja. Hal ini berlaku bagi pemuda, santri, orang tua, relawan, dan segala lapisan masyarakat yang berkaitan dengan organisasi, sekecil RT pun perlu.
Berorganisasi artinya mengumpulkan banyak isi kepala dalam satu wadah. Isi kepala tersebut agar tidak bergolak keluar wadah, harus diredam dengan baik sehingga tidak ada cipratan keluar. Mudahnya seperti itu analoginya. Antar sesama anggota bersikap atau berperan sewajarnya saja. Tundukkan ego demi keputusan bersama yang tidak memberatkan sepihak. Nah, agar bisa mencapai tahap demikian, perlu tiap anggota memperhatikan beberapa hal berikut ini.
- Iklan -
Sesuai dengan jobdesk, tidak saling rebut jobdesk. Dalam organisasi atau kepanitiaan, pastinya di awal pembentukan ada poin-poin utama yang harus dikerjakan oleh masing-masing devisi atau bagian. Hal ini guna mempermudah suatu organisasi untuk mencapai tujuan dibentuknya organisasi tersebut. Setiap divisi cukup melakukan apa yang ada di awal beserta pemekaran atau tugas turunannya. Sekalipun memiliki ide lain yang tidak ada di bagian tugasnya, diskusikan atau berikan masukan pada divisi yang bersangkutan. Namun terkait keputusan dilaksanakan atau tidaknya masih menjadi wewenang divisi yang tadi. Semua divisi atau anggota memiliki tugas masing-masing yang saling berkaitan sehingga antar satu dengan lainnya perlu koordinasi. Bukan malah mengambil alih jobdesk yang lain. Fokus pada tugas dari divisi masing-masing.
Koordinasi dengan baik. Namanya juga berdampingan dengan sesama manusia yang merupakan makhluk sosial, pastinya sesama untuk menyelesaikan masalahnya. Kecuali situ bisa baca pikiran orang lain silakan tanpa diskusi. Tapi jika tidak alangkah baiknya diskusikan dulu agar mencapai kesepakatan dan tidak menimbulkan keributan internal. Ngga salah kok, kalo tanya-tanya mulu. Namanya belum tahu dan butuh kejelasan kan. Hal itu wajar sekali dalam organisasi. Koordinasi yang baik bisa menjadi pemicu terciptanya organisasi yang sehat. Dengan koordinasi pula bisa meminimalisir kesalahpahaman antar anggota.
Komunikasikan dengan sesama anggota. Komunikasi menjadi penentu tercapainya suatu tujuan. Jika seseorang menyampaikan sesuatu kepada yang lainnya, tidak menutup kemungkinan timbul perspektif yang berbeda. Apa yang disampaikan tidak sinkron dengan apa yang diterima. Komunikasi yang baik bisa menjadi solusi dalam hal ini. Zoon politicon sangat butuh dengan komunikasi. Masa hanya gara-gara ngga ada komunikasi organisasi menjadi hancur itu sudah sangat lumrah. Cari hal lain dong biar beda. Tapi tidak perlu menghancurkan organisasi juga kok. Komunikasi diakui secara sadar dan tidak sadar menjadi pemicu utama keberhasilan suatu organisasi. Tanpa adanya komunikasi yang baik sistem tidak ada artinya. Sistem hanya berakhir sistem yang tidak ada eksekusinya. Wacana belaka. Padahal pelaku dari sistem kan manusia. Artinya, tanpa adanya komunikasi sistem hanya sebagai apa yang direncanakan, tanpa ada hasilnya. Mau bilang apa? Sistem tidak ada artinya tanpa komunikasi. Sebab pelaku dari sistem itu sendiri merupakan makhluk sosial yang sangat dekat dengan komunikasi.
Libatkan anggota yang lain. Ngga ada organisasi yang isinya cuma satu orang. Pasti lebih dari satu orang. Apalagi organisasi besar pasti memiliki puluhan bahkan ratusan anggota. Demi tercapainya tujuan, melalukan suatu hal dengan bersama-sama miscaya lebih enteng dan tidak terasa capek. Beda dengan dilakukan sendirian. Lebih kerasa capeknya. Hal ini senada dengan pepatah, “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjang”. Suatu pekerjaan akan menjadi ringan ketika dilakukan bersama-sama. Kita bisa lihat dari cara kerja sapu lidi. Jika hanya satu potong lidi, ngga bisa digunakan untuk menyapu dedaunan yang jatuh. Yang ada malah patah. Ngga kuat kalo dilakukan oleh sepotong lidi. Namun sapu lidi terbentuk dari kumpulan lidi, ratusan bahkan. Dengan bersatunya lidi, bisa kokoh membersihkan sampah yang berserakan, tidak patah. Hal ini sama dengan organisasi. Libatkan sesama anggota untuk mewujudkan tujuan awal. Meskipun mungkin suatu hal bisa dilakukan seorang diri namun buat apa fungsinya organisasi atau teman kalo tidak diajak bareng untuk menyelesaikan misi. Meskipun dengan bersama-sama lebih memakan waktu yang tidak sedikit, namun dengan kebersamaan akan saling menguatkan satu sama lain. Diibaratkan dengan berjalan sendirian pasti bisa berjalan dengan cepat atau bahkan berlari. Namun ketika sedang lelah tidak ada yang memberi bantuan. Berbeda ketika berjalan bersama. Meskipun tidak bisa cepat sebab menyesuaikan dengan kondisi yang lain, namun ketika lelah ada yang memberi bantuan dan semangat.
Pada intinya, berorganisasi ada takarannya. Jangan kurang dan jangan lebih. Sebab organisasi merupakan tempat berkumpulnya orang-orang dan semua wajib terlibat. Sewajarnya saja dalam berorganisasi. Tidak saling sikut atau malah ambil jobdesk divisi lain. Bukan malah makin top tapi malah keliatan rendahnya kemampuan sosialnya.
– Alumni UIN Prof Dr KH Saifuddin Zuhri Purwokerto, santri Pondok Pesantren Nurul Iman Pasir Wetan Banyumas