Oleh Hamidulloh Ibda
Apa-apa saat ini memang harus serba cyber (siber), termasuk cyberpedagogy (pedagogi siber) yang menjadi sebuah paradigma di dalam pendidikan. Ya, mau tidak mau guru harus mempraktikkan cara-cara siber, pendekatan berbasis siber, model pembelajaran berbasis siber dan apa saja harus berbasis siber, meskipun tidak semuanya. Akan tetapi, paradigma siber ini menjadi urgen diketahui guru karena kita bisa membayangkan ketika siswa sudah bisa menggunakan kecerdasan buatan (AI), namun gurunya memegang laptop saja kaku dan tidak bisa menghapus file, misalnya, ini menjadi indikator bahwa pedagogi siber perlu dikaji dan diintegrasikan ke dalam pendidikan-pembelajaran.
Pembelajaran kuno menuju modern adalah perjalanan evolusi pendidikan dari metode tradisional ke metode yang lebih canggih dan berbasis teknologi. Perubahan ini mencakup penggunaan teknologi, seperti komputer, internet, dan perangkat mobile untuk meningkatkan proses belajar-mengajar. Selain itu, pendekatan modern juga menekankan pada pembelajaran interaktif, kolaboratif, dan berpusat pada siswa untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran.
- Iklan -
Mau tidak mau, suka tidak suka, nyaman tidak nyaman, semua guru yang hidup di era siber atau digital wajib mengetahui, menguasasi, dan menerapkan pedagogi siber. Meski di dalam Undang-undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen belum disebutkan secara rinci keterampilan pedagogi siber, namun ini dasarnya adalah fakta sosial, empiris, yang mengharuskan guru menguasai pedagogi siber. Sebuah keniscayaan itu lahir dengan realitas bahwa siswa juga hidup di era digital, siber, dan berbasis internet.
Ketika guru tidak bisa memainkan ponsel, siswa SD sebut saja, saat ini sudah mahir bahkan lebih mahir daripada gurunya. Oleh karena itu, tuntutan ini mengharuskan semua guru tidak bisa berkompromi lagi dengan kenyataan, namun harus satset dan lasles untuk meresponnya. Bahkan, guru harusnya lebih melek IT daripada siswanya. Namun, kapan ini bisa merata di seluruh Nusantara?
Apa itu Cyberpedagogy?
Cyberpedagogy, cyber pedagogy, atau ada yang menyebut cyber learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menggabungkan teknologi digital dan pendidikan (Manen, 2016). Dalam tulisan ini, penulis akan mengulas pentingnya cyberpedagogy dalam era teknologi modern. Pendekatan ini memanfaatkan beragam alat seperti perangkat mobile, komputer, dan internet untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa. Dengan adanya akses ke sumber daya global, cyberpedagogy memungkinkan siswa untuk belajar dari berbagai sumber informasi dan mengembangkan keterampilan kritis serta analitis.
Salah satu manfaat utama cyberpedagogy adalah fleksibilitasnya dalam mengakomodasi gaya belajar individu. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan mereka sendiri dan menyesuaikan lingkungan belajar yang nyaman. Ini juga dapat meningkatkan partisipasi siswa dan memfasilitasi kolaborasi antara mereka, memungkinkan pembelajaran yang lebih interaktif.
Namun, ada beberapa tantangan dalam penerapan cyberpedagogy. Diperlukan ketersediaan infrastruktur teknologi yang memadai dan pendekatan yang tepat dalam mengintegrasikan teknologi dengan kurikulum. Selain itu, penting bagi para pendidik untuk tetap berperan aktif dalam membimbing dan memfasilitasi siswa dalam proses belajar, bukan hanya mengandalkan teknologi semata.
Dalam meningkatkan efektivitas cyberpedagogy, penting untuk selalu memperhatikan keamanan dan privasi data siswa. Diperlukan langkah-langkah yang cermat untuk melindungi informasi pribadi mereka dan mencegah penyalahgunaan data. Secara keseluruhan, cyberpedagogy adalah pendekatan yang inovatif dalam dunia pendidikan. Dengan memanfaatkan teknologi secara bijaksana, kita dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan membekali generasi mendatang dengan keterampilan yang relevan dalam era digital. Tujuan dari cyberpedagogy adalah menggabungkan teknologi informasi dan komunikasi dengan pendekatan pedagogis untuk meningkatkan pembelajaran dan pengajaran secara digital. Hal ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih interaktif, kolaboratif, dan menarik bagi para peserta didik.
Ciri Pembelajaran Siber
Pembelajaran siber atau pembelajaran digital memiliki beberapa ciri khas. Pertama, mengintegrasikan pedagogi dan unsur siber atau digital. Kedua, menggunakan teknologi. Pembelajaran digital menggunakan teknologi komputer, perangkat mobile, atau internet untuk menyampaikan informasi dan materi pembelajaran.
Ketiga, fleksibilitas waktu. Peserta didik dapat mengakses materi pembelajaran sesuai dengan jadwal yang lebih fleksibel sesuai kebutuhan mereka. Keempat, kolaborasi. Mendorong kolaborasi antara peserta didik melalui platform pembelajaran online, diskusi, dan proyek bersama. Kelima, penggunaan multimedia. Menggabungkan berbagai jenis media seperti teks, gambar, audio, dan video untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Keenam, aksesibilitas. Memungkinkan akses ke berbagai sumber pembelajaran secara fleksibel dan mudah dari berbagai lokasi. Ketujuh, interaktif. Menawarkan fitur interaktif seperti video pembelajaran, latihan interaktif, dan diskusi online untuk melibatkan peserta didik secara aktif. Kedelapan, personalisasi. Memungkinkan pengaturan dan penyesuaian materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu.
Kesembilan, penggunaan aplikasi pembelajaran. Mungkin melibatkan penggunaan aplikasi pembelajaran khusus yang dirancang untuk mengoptimalkan pengalaman belajar. Kesepuluh, pemantauan kemajuan. Mungkin menyediakan alat untuk memantau dan mengukur kemajuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Kesebelas, pembelajaran mandiri. Memungkinkan peserta didik untuk belajar secara mandiri dan mengatur ritme pembelajaran mereka sendiri. Keduabelas, pembaruan materi. Dapat dengan mudah diperbarui dan disesuaikan dengan perkembangan terbaru dalam bidang pembelajaran.
Pembelajaran siber memanfaatkan teknologi untuk memperkaya dan memperluas pengalaman pembelajaran tradisional. Semua itu hakikatnya sekadar alat, bukan tujuan. Mau pakai siber, digital, atau ICT intinya ada pada guru itu sendiri. Mereka adalah robot, mesin, kecerdasan buatan, yang inti dan menggerakkan semuanya adalah guru itu sendiri. Bukankah demikian?
-Penulis adalah reviewer di Pegem Egitim ve Ogretim Dergisi (Pegem Akademi Yayıncılık Turki, terindeks Scopus Q4) (2023-sekarang), reviewer Cogent Education (Taylor & Francis, Britania Raya, terindeks Scopus Q2) (2023-sekarang), reviewer Journal of Ethnic and Cultural Studies (Florida Gulf Coast University Amerika Serikat, terindeks Scopus Q1) (2023-sekarang), reviewer Journal of Learning for Development (JL4D) terindeks Scopus Q3 yang dikelola Commonwealth of Learning Canada (2023-sekarang), reviewer International Journal of Information and Education Technology (IJIET) Scopus Q3 (2023-present), reviewer Millah: Journal of Religious Studies terindeks Scopus (2023-sekarang), reviewer International Journal Ihya’ ‘Ulum al-Din (2023-sekarang), reviewer IJSL: International Journal of Social Learning (2023-sekarang), Editorial Board Members in Global Synthesis in Education (GSE) (2023-sekarang), Reviewer Qeios Journal (2023-sekarang), dan reviewer 19 jurnal nasional.