Oleh Irna Maifatur Rohmah
Dunia pendidikan terluka lagi. Yang sebelumnya masih suram, kini ditambah dengan kasus yang mengundang banyak perhatian baik di dunia nyata maupun dunia maya. Belakangan ini, ramai diberitakan oleh media, baik lokal maupun nasional bahkan sampai menjadi perhatian UNESCO. Miris sekali dengan kejadian yang sangat dekat dengan kita. Rasa kemanusiaan dan empati (mungkin) sudah luntur dari anak tersebut. Aksi yang tidak seharusnya dilakukan sudah tidak bisa dicegah, sudah terjadi dan menimbulkan kerugian untuk korban baik fisik maupun psikis.
Kejadian itu sontak menjadi buruan media untuk mengetahui runtutan kejadian, bahkan riwayat pelaku. Salah satu media menyebutkan bahwa sang pelaku merupakan salah satu siswa berprestasi di sekolahnya yang beberapa waktu lalu meraih kejuaraan di bidang tilawah dan bela diri. Ketidakterdugaan kelakuan pelaku tidak bisa ditutupi dengan prestasi yang telah diukirnya. Sebab perlakuan yang sangat melukai korban dan berbagai elemen masyarakat rasanya tidak termaafkan.
Siswa yang katanya berprestasi namun secara perilaku tidak mencerminkan prestasinya. Ketimpangan ini yang akan diulas di sini. Setiap anak bagaimanapun kondisinya pasti membutuhkan bimbingan dan role model yang bisa meyakinkan diri anak. Kasih sayang kepada anak juga terus diberikan berapapun usianya. Di sinilah pentingnya peran orang tua sebagai role model seorang anak.
- Iklan -
Menyempatkan waktu untuk anak. Seberapapun usia anak, pasti membutuhkan kehadiran orang tua. Hanya kapasitas dan batasannya saja yang berbeda. Namun secara umum, sosok orang tua selalu menjadi sandaran anak ketika dunia luar sedang tidak baik-baik saja. Anak selalu membutuhkan tempat pulang. Di sinilah orang tua harus di garda paling depan supaya tempat pulang anak bukan ke yang lain. Orang tualah yang selalu anak ingin jumpai dan memberi kenyamanan. Bukan dengan keresahan ketika berada di dekat mereka.
Berperilaku yang baik. Anak cenderung lebih mudah menangkap didikan melalui sikap. Anak adalah peniru yang ulung. Sebagai orang tua, ketika menginginkan anaknya menjadi pribadi yang baik, perbaiki pula perilaku dengan anak. Otomatis anak akan mencontoh apa yang telah orang tua lakukan. Ibarat buah tak jatuh dari pohonnya, memang benar adanya. Jadilah role model untuk anak dalam hal kebaikan, Contohkan anak dengan perbuatan yang baik, bukan sebaliknya. Sebab anak akan menjadi beban masyarakat ketika memiliki perilaku yang buruk. Bukan hanya untuk diri anak sendiri dan orang tau, namun untuk masyarakat secara global juga meresahkan dan hanya menjadi beban.
Hindari bermain tangan. Kemarahan dan emosi atas perbuatan anak memang seringkali ditemui ketika menjadi orang tua. Anak masih dipenuhi oleh rasa penasaran dan anak mencari hal-hal sampai mendapatkannya sendiri. Entah itu baik atau buruk, rasa penasaran tidak bisa dibendung. Kecewa boleh, marah boleh. Tapi tangan jangan diikutcampurkan. Cukup mawas diri dan berkomunikasilah dengan baik kepada anak. Anak akan semakin terpuruk ketika berbuat salah namun setelah mendapatkan ganjaran dari lingkungan atau temannya justru ditambah lagi oleh orang tua. Di sini orang tua tidak membenarkan perbuatan anak. Namun harus bisa mengendalikan diri dan ajaklah anak untuk berkomunikasi. Sebab tidak selamanya anak yang berbuat kesalahan itu nakal. Terkadang juga menjadi sarana untuk mempertahankan apa yang dimiliki atau menjadi haknya. Jadi pastikan anak mau jujur dan mengakui apa yang telah diperbuatnya.
Ajarkan dan praktikkan rasa kasih sayang. Orang tua adalah rumah. Maka berikanlah dan bekalilah anak dengan rasa kasih sayang yang cukup sehingga anak tidak menagihnya di lingkungan dalam bentuk kerusuhan. Kasih sayang yang diberikan orang tua cukup efektif untuk menghindarkan anak dari hal-hal negatif dan dapat menjadi bekal perilaku anak terhadap apapun yang dijumpainya. Dengan kasih sayang yang penuh, anak akan percaya diri dan bisa menghargai orang lain atau apapun yang ada di sekitarnya.
Seperti itulah kiranya, perhatian yang sepantasnya diberikan orang tua pada anaknya. Tidak hanya secara materi tapi juga secara fisik dan psikis. Anak yang sering berbuat onar dan meresahkan sekitar bisa jadi menjadi cara jitu anak untuk menagih perhatian orang tuanya. Sangat disayangkan bukan? Maka dari itu, berikan perhatian kepada anak melalui hal-hal kecil terkait kehidupan dan dunia anak. Berikan kepercayaan kepada anak dan jangan lupa untuk menagih tanggung jawab dari kepercayaan tersebut.
– Irna Maifatur Rohmah, pendidikan UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto, Pondok Pesantren Nurul Iman Pasir Wetan, Karanglewas, Banyumas