HUJAN ABU GUNUNG KELUD DI YOGYA
di pagi ini seperti malam
meleleh abu di daundaun
di rerumputan, di jalanjalan
tidak ada sumbu yang
bisa dinyalakan menjadi terang
memutih semua dan segala
menutup pandang mata
menutup pintu dan jendela
tetapi di dalam rumah hati
justru semua pintu jendela membuka
menjadilah panorama
dibaca oleh mata cinta :
di pagi ini di setiap butiran debu
di setiap butiran hujan
menjadi kendaraan malaikat
untuk mendekatkan kembali
- Iklan -
antara langit dan bumi
memberi salam kepada para nabi
membagi salam kepada para kekasih
lalu turunlah hujan yang membawa kebaikan
kau aku bersaksi dalam syahadat
kau aku merayakan shalawat
di pagi ini memang tidak ada burungburung
tetapi hati kau aku yang
menerbangkan doadoa dhuha
ke tahta yang
maha
hyang
PUASA PUISI
puasa puisi yang
menahan diri dari berporipori rasa ingin
hutan jati di musim kemarau mengugurkan daunnya
semaksemak terbakar terlihatlah ularular
lemaklemak terbakar hingga kau aku akan saksikan
betapa ketika tubuh lemas
ruhlah yang akan berjaga bebas
puasa puisi yang
menjadikan indera kau aku bermata awas
tersebab badan patiraga bersemedi
jantung memancar alir darah
semua bagian tubuh menjadi bertenaga ruh
jiwa setia berjaga
segala yang tak teraba oleh mata
puasa puisi yang
setiap mata kau aku memandang
takjub heran betapa megahnya
manusia
kita
KUEJAEJA IQRA’KU
seorang bocah begitu mudah
lancar benar dan indah
membaca kalammu
padahal ibunya baru saja bersyahadat
menyaksikan putranya ia tercekat
ibu itu membaca kalammu
seorang bocah begitu mudah
lancar benar dan indah
membaca kalammu
ibu itu takjub heran
bagaimana mungkin
setiap bacaan bisa ditirukan
seorang bocah begitu mudah
lancar benar dan indah
membaca kalammu
“bunda
membaca kalamnya itu mudah
lancar benar dan indah
tersebab kalamnya ada
dan tinggal membacanya
di pikiranku di hatiku”
sementara itu terkagumkagum
aku gagu lidah batu
kuejaeja iqra’ku
masya
Allah …
DENGAN HATI
ketika kau berkatakata
dengan dirimu sendiri
apakah ada dua dirimu yang
saling bertanya?
apakah dirimu yang
satu terlahir dari dirimu yang
lain? tetapi siapakah yang
kau sebut diri itu?
ketika kau berkatakata
dengan pikiranmu sendiri
sungguh dirimu tidak ada
seperti ruang tak ada penghuninya
pikiran hanyalah bayangbayang yang
ada karena sinar lampu nyala
tetapi ketika minyaknya habis
apakah bayangbayang masih ada?
tetapi ketika kau menyaksikan
kehancuran tubuhmu
dirimu tetap berjaga
dari musim ke lain musim
dari ruang ke waktu
hingga malaikat peniup sangkakala
meniupkan ruh
kembalilah tubuh
dirimu tetap berjaga yang
kau kenali tidak lagi pikiran
tersebab otakmu telah terbanting
kembali menjadi tanah
ketika hatimu berkatakata
tidak ada lagi siasat kebohongan
tersebab tubuhmu pada penciptaan yang
kemudian berkatakata dengan hatimu
dengan hatimulah
jembatan itu terus berjaga
kau aku melaluinya
dengan hatihati
Abdul Wachid B.S., dilahirkan di dusun terpencil Bluluk, Lamongan, Jawa Timur, 7 Oktober 1966. “Wachid BS” adalah putra pertama dari empat bersaudara. Ibunya (Siti Herawati, binti Muhammad Usmuni, bin Muhammad Dahlan), dan ayahnya (Muhammad Abdul Basyir, bin Masyhuri Wiryosumarto, bin Kromodimejo, bin Kartodimejo, bin Muhammad Muso Suromangunjoyo) seorang pedagang kecil, guru dan ketua yayasan di sebuah Madrasah kecil (Miftahul Amal).
Wachid lulus Sarjana Sastra dan Magister Humaniora di UGM, kemudian lulus Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (15/1/2019). Abdul Wachid B.S. menjadi Guru Besar/Profesor Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Islam Negeri (UIN) Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto, dan sempat jadi Ketua Senat (periode 2019-2023).
Buku terbaru karyanya : Kumpulan Sajak Nun (terbit 2018; menjadi Nominator Hari Puisi Indonesia 2020), Bunga Rampai Esai Sastra Pencerahan (terbit 2019; mendapatkan Penghargaan Tertinggi Majelis Sastra Asia Tenggara/ Mastera 2020, diberikan pada 7 Oktober 2021), Dimensi Profetik dalam Puisi Gus Mus: Keindahan Islam dan Keindonesiaan (2020), Kumpulan Sajak Biyanglala (terbit 2020; menjadi Nominator Hari Puisi Indonesia 2022), Kumpulan Sajak Jalan Malam (terbit 2021; menjadi Nominator Khatulistiwa Literary Award 2022), Kumpulan Sajak Wasilah Sejoli (2022), dan Kumpulan Sajak Penyair Cinta (terbit 2022; mendapatkan Penghargaan sebagai Lima Buku Puisi Pilihan Hari Puisi Indonesia 26 Juli 2023).