MENDENGARKAN MAHER ZAIN
akhirnya kita punya sebuah kamar tenang di dalamnya karpet hijau membentang kusam, kerudung musim panas berkain toska, meja dengan setumpuk paket kurma, roti mentega, bersebelahan dipan dipenuhi buku buku kisah dan kenangan sebuah kota tua yang sedih
di depan teras ada batas balajar
berbatas susunan taman berbatu
seakan ingin menderas warna jalan
yang merunduk dingin di setiap sepi
kita telah menumbangkan malam
lampu lampu jembatan, jalur tren yang menghiasi jalan, dan merumahkan kisah asmara yang pelan pelan bungkam
revisi, 2023
- Iklan -
CERITA YANG TERTINGGAL DI LADANG KOPI
di teduh matamu
susunan daun kau simpan basah
pagi berembun, penghujung tahun dingin
apa yang mesti ku kenang, seseorang berpayung melintas hujan
dari tebing ladang, aku ingat satu kalimat
“tak ada kesetiaan tanpa suatu penglihatan “
di sejuk ladang
tak ada aroma asap kopi matang
bunyi risik daun berhamburan, seperti nafasmu
DI PESAREAN KIAI MUTAMAKIN
latar pesarean
menuju dini hari
hampir lenggang
dengan dada lapang
ia besedekuh mengucap salam
matanya padam
bersisian batu nisan
di kuburan ia sadarkan kekalahan
apa yang membuatnya kerap ragu?
berkah bahagia hanya singgah
dari hidup perih yang membekas
subuh datang
seorang penziarah pulang
“jangan susah”, katanya
“Tuhan hanya ingin berjumpa dengan perihal yang sederhana”
revisi, 2023
CHANG’E
di dekat jembatan, ada bayang sepasang kekasih
berpandang dari jarak yang jauh
mereka berjumpa beberapa menit, setiap bulan benderang
persik persik kering
lampion lampion jalan remang
tak mengatakan apa apa
selain sedih yang sepi
sedih melulu
yang barangkali beku
dalam rak buku kisah Tiongkok lama
*Puji Pistols, Penjual Kopi tinggal di Pati Buku Puisinya Tokoh Tokoh dalam Sepuluh Lompatan ( Basa Basi)