Oleh Dian Marta Wijayanti
Bisa jadi, peserta didik tidak maksimal belajar bukan karena kemampuan mereka. Namun, pendekatan dan model pembelajaran yang dipilih guru tidak sesuai gaya dan karakteristik belajarnya. Ya, ini salah satu pesan yang saya ingat ketika menerima materi pembelajaran berdiferensiasi saat menjadi pengajar praktik guru penggerak.
Dalam penerapannya, Kurikulum Merdeka banyak yang menolak dan menilai sebelah mata. Namun sebenarnya ada poin-poin khusus yang memang bagus konsepnya, seperti pembelajaran berdiferensiasi. Kita harus akui bahwa gaya belajar siswa tidak semuanya sama. Peserta didik di dalam kelas misalnya berjumlah 25 dipastikan memiliki gaya belajar dan karakteristik yang beragam.
Secara konseptual, Kemdikbudristek (2022) mengartikan pembelajaran berdiferensiasi sebagai pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten/materi.
- Iklan -
Pada PPG, sudah diajarkan pula materi ini dan di dalam program Merdeka Belajar secara umum. Sedikitnya, Kemdikbudristek (2022) membagi pembelajaran diferensiasi terdiri atas diferensiasi materi (konten), proses, dan produk. Namun hakikatnya, pembelajaran berdiferensiasi harus dikuatkan melalui pengetahuan guru tenteng gaya belajar atau karakteristik belajar peserta didik.
Gaya Belajar Peserta Didik
Gaya belajar berbeda pada setiap peserta didik. Ini sudah konsep lazim dan umum di dalam pendidikan maupun dalam psikologi perkembangan anak. Setiap individu memiliki keunikan dan kecenderungan belajar yang berbeda-beda. Beberapa siswa mungkin lebih memilih belajar melalui metode visual, sementara yang lain lebih nyaman dengan pendekatan auditori atau kinestetik.
Sedikitnya ada tiga gaya belajar umum yang sering diidentifikasi. Pertama, gaya belajar visual. Siswa dengan gaya belajar visual cenderung belajar lebih baik melalui gambar, diagram, grafik, dan peta konsep. Mereka membutuhkan visualisasi untuk membantu mereka memahami dan mengingat informasi. Pada umumnya, mereka akan lebih baik dalam memahami materi dengan melihat gambar atau diagram daripada hanya mendengar penjelasan lisan.
Kedua, gaya belajar auditori. Siswa dengan gaya belajar auditori lebih responsif terhadap informasi yang disampaikan secara lisan. Mereka mendapatkan manfaat yang besar dari penjelasan lisan, diskusi kelompok, dan pembacaan keras. Mendengarkan materi dan berbicara tentangnya membantu mereka memproses informasi dengan lebih baik. Siswa dengan gaya belajar auditori cenderung menyukai pembelajaran melalui ceramah, rekaman audio, atau diskusi.
Ketiga, gaya belajad kinestetik. Siswa dengan gaya belajar kinestetik belajar melalui pengalaman langsung dan kegiatan fisik. Mereka membutuhkan interaksi fisik dengan materi pembelajaran untuk mengingat dan memahaminya. Mereka cenderung belajar lebih baik melalui percobaan, simulasi, permainan peran, atau kegiatan praktik. Siswa dengan gaya belajar kinestetik seringkali ingin mencoba sendiri atau terlibat dalam aktivitas yang melibatkan gerakan tubuh.
Dalam konteks ini, penting bagi pendidik untuk mengakomodasi gaya belajar berbeda ini dalam proses pembelajaran. Dengan memahami preferensi belajar siswa, guru dapat menyajikan materi pembelajaran dengan berbagai cara yang memungkinkan semua siswa merasa terlibat dan memperoleh pemahaman yang baik.
Model Pembelajaran Berdiferensiasi
Model pembelajaran diferensiasi merujuk pada pendekatan pengajaran yang dirancang untuk mengakomodasi perbedaan individual dalam kelas. Tujuan dari model ini adalah untuk memastikan bahwa setiap siswa menerima pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.
Dalam model pembelajaran diferensiasi, guru mengakui bahwa setiap siswa memiliki keunikan dan kebutuhan belajar yang berbeda. Mereka menggunakan berbagai strategi dan pendekatan pengajaran yang disesuaikan dengan karakteristik individu siswa. Beberapa strategi umum yang digunakan dalam model pembelajaran diferensiasi dapat dilakukan guru. Pertama, fleksibilitas dalam tujuan pembelajaran. Guru menetapkan tujuan yang dapat dicapai oleh setiap siswa berdasarkan kemampuan dan kebutuhan mereka. Siswa dengan kemampuan yang lebih tinggi mungkin diberikan tujuan yang lebih menantang, sedangkan siswa dengan kemampuan yang lebih rendah diberikan tujuan yang lebih terjangkau.
Kedua, pembelajaran berbasis kelompok. Guru mengorganisir siswa ke dalam kelompok berdasarkan kemampuan atau minat mereka. Kelompok-kelompok ini dapat bekerja pada tugas-tugas yang berbeda sesuai dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Ketiga, pendekatan pembelajaran yang berbeda. Guru menggunakan berbagai metode pengajaran seperti ceramah, diskusi kelompok, penugasan proyek, atau demonstrasi praktis. Ini memungkinkan siswa dengan gaya belajar yang berbeda untuk tetap terlibat dan memahami materi dengan lebih baik.
Keempat, materi dan sumber daya yang berbeda. Guru menyediakan berbagai materi dan sumber daya pembelajaran yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan siswa. Ini dapat mencakup bahan bacaan tambahan, video, perangkat lunak edukasi, atau aktivitas khusus.
Kelima, bimbingan individu. Guru memberikan bimbingan individu kepada siswa untuk membantu mereka mengatasi kesulitan atau memperluas pemahaman mereka. Ini bisa berupa diskusi satu lawan satu, sesi tutor, atau rekomendasi bahan bacaan tambahan.
Keenam, model pembelajaran diferensiasi memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka dan mendorong perkembangan individual. Dengan memperhatikan perbedaan siswa dan menyediakan pengalaman belajar yang disesuaikan, model ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan motivasi siswa.
Ketujuh, evaluasi atau penilaian yang berbeda. Guru menggunakan berbagai metode evaluasi yang memungkinkan siswa menunjukkan pemahaman mereka dengan cara yang sesuai dengan gaya belajar mereka. Ini dapat mencakup tugas tertulis, presentasi lisan, proyek kreatif, atau ujian lisan.
Pembelajaran berdiferensiasi menjadi penting diterapkan. Bukan soal Kurikulum Merdeka atau tidak. Namun ini berkaitan dengan kesuksesan pembelajaran di dalam kelas. Maka dari itu guru harus menerapkan model pembelajaran berdiferensiasi di mana saja dan kapan saja.
-Penulis adalah Kepala SD Negeri Gajahmungkur 03 Kota Semarang, Juara I Kepala SD Beprestasi Kota Semarang tahun 2023, Pengajar Praktik Guru Penggerak (2022), Fasilitator Tanoto Foundation (2021-sekarang), Praktisi Mengajar program Merdeka Belajar Kampus Merdeka di UST Yogyakarta (2023), Universitas Negeri Semarang (2023), Universitas Wahid Hasyim Semarang (2023), pengajar Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Negeri Semarang (2022-sekarang).