GAMBAR PAYUDARA
pelukis itu menggambar payudara
menggambar rindu sebelum ia dapat menyusu
ini penjagalan!
berpuluh-puluh gurun dalam pencarian
masih matamu yang terjatuh di tengah banyak gaduh
bukan puting itu, kutup segala usia
bukan lingkar kecokelatan yang mengitarinya
tetapi dua gundukan
tempat kau dan aku bermula
2023
PASAR
mulut kita seperti dijajakan pada toko-toko
dibeli dengan harga diskon
ditawar pula!
- Iklan -
tidak kalah payah, payudara kita dibuka
dan dikunjungi perjam lima puluh ribu
lalu kau meminta apa?
rahimmu digadai dengan ayat-ayat perkawinan?
rumah tempat anak-anakmu tinggal
tak ubahnya tempat mengeluh
dan makan malam
ah sudah, tidurlah!
sebab daging di kepala kita
sudah ditawar pasar esok pagi
2023
TRAGEDI DANAU KENANGA
; Akseyna Ahad Dori, 2015
hari ini aku tenggelam di dasar danau Kenanga
entah siapa menaruh balok batu
di tas ranselku
atau aku?
tetapi wajahku biru, 1,7-meter air
tak sepenuhnya begitu
dua ujung sepatuku koyak
ulah siapa ini?
atau aku?
yang sengaja merusaknya, seperti ingin
kurusak nasib dan dosa-dosaku
hari ini aku memeriksa senyum di wajahku
tetapi seluruhnya danau
ia begitu tenang, memberiku jalan pulang
2023
CUCI MULUT PADA MAKAN MALAM KITA
welas asih Tuhan mengalir
dalam salim dan kecupan jiwa kita
tatapan dan doa yang menjembatani kita
tepat mengenai magribku malam ini
dan tiada lebih pedas dari bibirmu yang mengkilap
sebab makan malam kita
tidak hanya berhenti pada sambal lamongan
ia terus mengunyah, sampai retakan dadamu
tak lagi kering di kepalaku
aduh yang keluar dari napas mulutmu
menelanku sepanjang perjumpaan
2023
PASIEN
dera-diriku terpelanting menabrak sekumpulan pohon
kaki yang kuseret pada kubangan nurani
kini membelot dan melawan
ia bukan lagi jemari kecil yang berperasaan
ia pasien, tawanan pimpinan dan kekuasaan jabatan
wajah yang biasa ia tangani sendiri
mulai memalingkan muka
ia benar-benar pasien, berurusan dengan simtom-simtom
dan tanggung jawab perihal pidato umum
baginya, singkatnya (lagi)
ia kehilangan rahim
yang menanam dirinya
2023
KEMANA KITA?
di kota yang sempit
masjid penuh tindakan memeluk agama
sementara kita semua tahu
mulut-mulut sibuk mengunyah berita politik
dan urusan negeri
kelangsungan hidup menjadi situasi
yang gagal membentuk diri
lalu kemana kita?
sarapan makanan cepat saji dan lari ke hutan?
berperasaan seolah-olah seluruh kendaraan mengutuk kita?
sementara kita masih memakai sogokan
sebagai pijakan telapak kaki?
lalu kemana kita?
mojok di dapur
dan sibuk memasak manusia kita?
menyajikannya kepada birokrasi dan tipuan pejabat tinggi?
katakan!
kemana kita?
bersembunyi di balik perkawinan komoditas dan anak tiri?
kemana kita?
2023
Efen Nurfiana. Ia telah menamatkan pendidikan Magisternya di Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Karya-karyanya termuat dalam beberapa antologi, media online dan koran. Selain itu, karyanya terdokumentasi dalam kumpulan sajak Dadamu Serumpun Pohon (Wadas Kelir Publisher, 2023), Gus Mus dan Simbolisme Feminin (Wadas Kelir Publisher, 2023). Selama menjadi mahasiswa ia turut dalam kegiatan redaksi di galeri seni rupa Sksp-literary.com.