Maskumambang
ini bulan kedelapan
aku menunggumu berpura-pura ketakutan
dalam sembahyang berirama lamban
di depan gapura gunung garbawasa
telah kukenali bunyi persembunyian
seekor penyu pembawa ilmu pengetahuan
dalam punggungnya yang licin
berpendar cahaya menembang kegelapan
dan dua takir jenang merah jenang putih
menjadi lelap menjadi harap
sebagai tanda kenduri dimulai
ini bulan kedelapan
bulan panjang
usia serupa kura-kura
Mijil
dengan tubuh licin tanpa lembar kain
engkau akan datang menjenguk gunungan
kaki, tangan, dan rambutmu berbaur
warna-warni kemerahan
seperti adonan jenang procot diberkati santan kental
dan gula aren—keceriaan akan datang ke rumah
di meja makan terhampar selamatan
menghadiahimu secangkir dawet plencing,
sepiring nasi golong, semangkuk sayur menir,
dan tentu saja, pecel ayam
di bawah meja, duduk melingkar para tetangga
mengunggah doa dengan setia
sebagai pengingat batas
antara kesedihan dan sukacita
bulan kesembilan, tembang ini menggumam pelan
- Iklan -
Sinom
besok akan ada cahaya keluar dari tubuhmu
ia lebih putih dari kulit ari
berpendar menyimpan pijar tujuh warna sesaji
lalu kau basuh pangkal pahamu dengan siraman air
pada saatnya engkau akan bertemu Sri Sadana
untuk menjaga keberlangsungan
pada pohon silsilah keluarga
Asmaradana
aku ingin melngkari pinggangmu dengan sampur
bergambar kembang melati dan sekar mawar
menatah ati
menamatkan berahi
mencari pusat keseimbangan
dan di pelataran
engkau melepas sepasang burung kutilang
pada hari baik yang ditentukan
diam-diam,
“cinta”, katamu,
“seperti mencipta bebunyian dari gamelan.”
Megatruh
penghujan pun tahu, kapan ia datang
mungkin sebelum waktu makan siang
mungkin sebelum tidurmu selesai
tak sadar menghitung banyaknya jam
ada dingin diterbangkan angin
mengupas kotoran pagar menjadi licin
mencipta batas antara sisa usia
dan yang fana
“penghujan ini,” katamu,
“akan mengembalikan ijab kabul kepada pemiliknya.”
sebagai susunan kematian
seperti kaligram sedih
Tentang Penulis:
Puji Pistols, lahir dan tinggal di Pati. Menempuh pendidikan hingga jenjang SMA, walau tak selesai. Mantan gitaris band grunge tak terkenal. Sembari bekerja sebagai peracik kopi di warung sederhana miliknya, ia pun menulis puisi. Karya puisinya terangkum di pelbagai bunga rampai bersama teman-teman pegiat sastra. Puisi-puisi yang terangkum dalam buku ini ditulis dari tahun 2012-2016. Tokoh-tokoh dalam Sepuluh Lompatan (Basa Basi)