Labirin Perempuan
Seutas lambai tangan menyerbu bibir rindu
Kirmizi tubuh berkoar meramal tafakur
Kerlap-kerlip bibir merona merah muda.
Tabir jejak urung meleburkan kesetiaan
Tangan-tangan terkepal musikus tari kata
Susut serima diksi ambang ketenteraman.
Emansipasi teguh merongrong suasana
Detik kisah jarum melebur di ranting moksa
Gelap terang berlalu-lalang setulus bayang.
Ranum senyum mata menukar tatap ratap
Membaca sulam waktu di tanah moyang kita
Menyusun kedip labirin seiring canda meronta.
- Iklan -
Hitam benang terkebat angin musim kemarau
Parau suara riang menyerang lilitan bayang
Bertasbih zikir asmara berkabut doa di dadanya.
Sumenep, 19 Juli 2021
Perempuan Bermata Awan
Jilbab putih bersetubuh sengit di kaki langit
Didinginkannya kabut tersulam aba-aba
Cuaca gigil menyibak tangisan deru suara waktu.
Hiruk pikuk kapal melintas di kening awan
Layang-layang menuntun kabut yang cemberut
Disaksikan alunan musik-musik semilir angin zikir.
Lambai mata daun bersetubuh dengan dawuh
Langit bisu awan merayu perjalanan pelangi
Hingga tiada musim rona : seiman agama awan.
Tak ada harakiri perempuan bermata hujan
Tak ada hierarki gadis-gadis desa moyang kita
Yang ada hirap gembira diburu sinar mata nanar.
Sumenep, 19 Juli 2021
Perempuan Madura
Pingit sakral masih terkoyak di Madura
Adat norma linggis terpingit nyanyian doa
Melewati kultural senja hingga kejora
Gempita musim seperti tangkai berbunga
Diterpa angin mustahil daun terjatuh
Berias leksikon tembang di bibir ronanya.
Gadis Madura menyimpan tari sejuta puisi
Berselendang sutra tawa sekawan canda
Berkalung emas permata batin cahaya.
Jingkat sekuntum mekar melambai jiwa rona
Detik berdetak dentum melodius cakra makna
Suara lirih menjadi hiasan tubuh-tubuh Madura.
Gadis Madura sesingkat cahaya pagi hari
Bersejuk di bulir embun-embun bergelantung
Bersandiwara sepagi mentari menggigit pipi.
Sumenep, 2021
Wanita Bermata Sukma
Silih berganti musik hujan jatuh berlabuh
Disaksikannya batu-batu sebongkah bisu
Duduk merasuk nyala sepadan iga nirmala.
Wanita bermata sukma. Putih jilbab
menghias gigil yang terpanggil puri bayang
Menyampaikan suci waktu riadat berlalu.
Mustahil puisi lebam di leher pujangga
Menyeruak alif sukma meronta-ronta
Seolah cahaya menjadi hingga tanpa hanya.
Ingatan teringat asmaragama mengingatnya
Siul rumput bergoyang ronggeng aba-aba
Nun jauh berpuisi, bersaksi hiasan ekspresi.
Masihkah angin menyusun hujan kelabu?
Atau malam-malam mengirim kabut halimun
Sementara doa : diam mengangkat tangan dosa.
Sumenep, 19 Juli 2021
Hikayat Perempuan
Sembilan bibir menyihir sejarah luka
Tubuh hening diam sepi merajalela
Hunus terjungkal lamun api-api kemarau
Pada siapa daun mengadu guguran rindu
Pada siapa tubuh memilih hikayat canda
Terik silau pandangan sepanas iga terbelah
Kadang sesekali kayu-kayu menukar akarnya
Tertebang himpunan labirin di lorong sukma
Tumbuh berkembang berbunga aib mata dosa.
Ligofilia sebagai hikayat yang tengah merakyat
Mengobati luka daun tertusuk luka sabit Zulhijah
Setengah suara hilang diterpa angan-angan bara
Cobaan dan pandangan kini berputar. Mengelilingi
gravitasi hati tergores sepi. Di bumi daun ketakutan
diterpa angin. Di langit ia tak kuasa melawan derita.
Sumenep, 19 Juli 2021
Tentang Penulis:
Saiful Bahri, kelahiran Sumenep-Madura, O5 Februari 1995. Ia mengabdi di Madrasah Al-Huda. Selain menulis, ia juga seorang aktivis di Komunitas Literasi Semenjak. Ada pula Fok@da (Forum komunikasi alumni Al-Huda), Organisasi Pemuda Purnama. Pengasuh ceria di grup (Literasi Indonesia) dan pendidik setia di komunitas (Literasi Kamis Sore). Serta aktif di organisasi PR GP Ansor Gapura Timur dan Lesbumi PAC Gapura. Disela-sela kesibukannya ia belajar menulis Puisi, Cerpen, Cernak, Esai, Resensi, Artikel, Opini, dll. Tulisannya pernah dimuat di koran Lokal maupun koran Nasional, seperti: Jawa Pos (pro-kontra), Republika (Puisi 2018), Riau Pos (2017), Bangka Pos (2017), Palembang Ekspres (2017), Radar Madura (2017-2018), Radar Surabaya (2017), Radar Banyuwangi (2017), Radar Bojonegoro (2017), Kedaulatan Rakyat Jogjakarta (2017), Solo Pos (2017-2018), Malang Voice (2017), Majalah Simalaba (2017), Analisa Medan (2018), Radar Cirebon (2018), Kabar Madura (2018), Jurnal Asia-Medan (2018), Banjarmasin Pos (2018), Budaya Fajar-Makassar (2018-2019), Radar Pagi (2018), Dinamikanews (2018), Denpost Bali (2018), Website Redaksi Apajake (2018-2019), Catatan Pringadi (2019), Jejak Publisher (2019), Ideide.id (2019), Iqra.id (2019), Magrib.id (2020), Gokenje.id (2020), Majalah Pewara Dinamika Jogja (2019), Koran Cakra Bangsa (2019) Media Semesta Seni (2020), Website maarifnujateng.or.id (Agustus 2020-2021), Becik.id (2020), MJS Colombo Jogja (2020), Duniasantri.com (2021), Banaran Media (2020), Ruagsekolah.net (2020), Duniasantri.co (2021), Jurnaba.co (2020), pcnusumenep.or.id (2020). Puisinya juga masuk dalam antologi CTA Creation (2017). Antologi Senyuman Lembah Ijen-Banyuwangi (2018). Antologi kumpulan karya anak bangsa: Sepasang Camar-Majalah Simalaba (2018). Antologi puisi Perempuan (2018). Juara satu lomba cipta puisi bertema Hari Raya di media FAM Indonesia (2018). Antologi HPI Riau: Kunanti di Kampar Kiri (2018). Antologi Puisi Masa Lalu (2018). Antologi Puisi Festival Sastra Internasional Gunung Bintan Jejak Hang Tuah (Jazirah I 2018). Antologi Puisi Internasional FSIGB (Jazirah II 2019). Antologi Banjar Baru Rainy Day’s (2018-2019). Antologi Puisi untuk Lombok-Redaksi Apajake (2018). Antologi Puisi Puisi Tasbih Cinta (FAM 2019). Antologi Puisi Menimang Putri Dewa (Tidar Media, 2019). Antologi Puisi Sejarah Lahirmu (2019). Antologi Puisi Arti Kehidupan FAM Indonesia (2019). Antologi Puisi Kelapa Sawit Apajake (2019). Antologi Sebuku Net Nissa Sabyan (2019). Sepuluh Puisi Terbaik Media Linea (2019). Juara II Cipta Puisi Nasional di Penerbit Mandiri Jaya Tulungagung (2019). Penulis Buku Puisi Terbit Gratis: Senandung Asmara dalam Jiwa (2018).