Oleh: M Naufal Hilmi
Berbicara tentang anak-anak sekolah dasar saat ini, penulis merasakan betul bahwa ada ketidakselarasan antara jiwa dan karakter generasi penerus bangsa saat ini. Saat kita tengok beragam kasus dekadensi moral banya terjadi dilingkungan pelajar, terutama sekolah dasar, harusnya kita sebagai insan yang sadar harus ikut memikirkan solusi untuk problematika ini.
- Iklan -
Beragam tontonan yang kini telah menjadi tuntunan menjadi sebuah hal yang menghinggapi terhadap tumbuh kembang anak Indonesia. Televisi yang dulu banyak berisi hal-hal edukasi kini berubah “kebanyakan” menjadi hal yang sensasi.
Si Unyil adalah sebuah tontonan yang berisikan hal-hal edukasi untuk anak, misal dalam acara televisi yang sering tayang di Trans 7 berisikan edukasi tentang proses pembuatan makanan, barang dan lain-lain. Ini satu contoh untuk hal umum belaka, beda dengan tontonan Nusa dan Rara yang penuh dengan nilai pesan moral agama.
Nusa Rara menjadi terobosan penting bahwa pentingnya membangun nilai moral agama menjadi hal yang penting untuk didoktrinkan pada anak-anak. Masjid sewaktu kecil saya menjadi sebuah tempat untuk anak-anak bermain sambil mengenal agama dengan cara melihat ayah ataupun ibunya beribadah.
Namun sebaliknya kini masjid sangat jarang sekali kini dijadikan wahana berkumpul anak-anak karena beragam hal. Beberapa penyebabnya adalah dilarangnya untuk bermain di masjid atau mushola, terpengaruhnya anak dengan gadget, hingga kurangnya keteladanan diri dari pihak orang tua sendiri.
Sekolah dan ibadah
Praktek-praktik ibadah selain di tempat pembelajaran al-qur’an (TPQ), pastinya di sekolah oleh guru-guru terutama agama diajarkan didalam kelas. Namun sepengalaman penulis itu hanya berisi teori tanpa diimbagi dengan praktik yang masif dari guru.
Mudahnya seperti penerapan kegiatan berjamaah shola dzuhur di madrasah. Dimana praktik seringkali hanya diikuti oleh anak-anak dan bukan “jarang sekali” oleh dewan guru.
Hal ini sebenarnya sebuah problematika yang harus mendapat kesadaran dari semua pihak. Agar apa yang telah diajarkan di sekolah tak hanya sebatas teori namun juga praktik secara berkesinambungan.
Pengamalan Ibadah
Perilaku beragama siswa sebagai hasil pembelajaran pendidikan agama di sekolah ditunjukkan dengan segala tindakan, perbuatan, dan ucapan yang sesuai dengan norma-norma agama, baik berupa perintah ataupun larangan. Perilaku beragama yang dilakukan tersebut dilaksanakan karena adanya kepercayaan kepada Allah Swt. atas ajaran dan kewajiban-kewajiban sebagai hamba-Nya (Ayu, 2017)
Praktik Ibadah selain bermakna bagian dari proses penyadaran yang suci tentang hakikat kemanusiaan sebagai hamba Allah, yang berkewajiban untuk komitmen terhadap ajaran Islam melalui ibadah mahdah (hablum minallah), juga sebagai proses pembentukan sikap dari perilaku.
Generasi bangsa yang lebih rentan terpapar dengan pengaruh-pengaruh negatif dari luar ataupun dalam. Salah satu pencegahannya dengan pengamalan ibadah sehari-hari, bukankah praktik ibadah sehari-hari menjadi cerminan amar ma’ruf nahi mungkar.
Artinya memberikan hikmah bahwa sebagai manusia dengan mendekatkan diri dengan sang maha pencipta haruslah benar-benar terjadi. Siapapun itu darimanapun berasal pastilah jika telah memiliki konektivitas yang tinggi dengan Tuhan maka akan terjalin kesinambungan dalam pembentukan karakter dan budi pekerti yang baik.
– Mahasiswa Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung