Pendidikan diyakini dapat menjadi wahana menyemai generasi damai dan moderat. Apalagi, jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) menjadi peletak dasar karakter anak selain pengetahuan dan keterampilan. Buku ini menawarkan konsep dan desain kurikulum moderasi beragama yang sangat mudah dipahami dan implementatif. Buku ini menawarkan konsep moderasi beragama berbasis nilai-nilai Ahlussunnah Waljamaah yang dikembangkan di Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah (hal. vi).
Dalam konsep kurikulum, kita mengetahui komponen-komponen kurikulum yang meliputi tujuan kurikulum, komponen isi/bahan, komponen strategi pelaksanaan, dan komponen evaluasi. Di dalam kurikulum Aswaja Annahdliyah yang sering disebut sebagai Ke-NU-an di LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah di dalamnya memuatkan sejumlah aspek sebagai bentuk penguatannya. Mulai dari aspek fikrah (pemikiran), aqidah (keyakinan), harakah (gerakan) dan amaliyah (kegiatan tradisi) (hal. vi-vii).
Jika melihat skema penguatan ini, sebenarnya moderasi beragama sebagai jawaban atau solusi atas merebaknya radikalisme yang masuk di dalam bangku pendidikan menjadi sebuah tawaran. Peranan kurikulum Aswaja Annahdliyah sebagai pengarusutamaan moderasi beragama di dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia amat penting dan strategis. Artinya, kurikulum Aswaja Annahdliyah ini menjadi model kurikulum moderasi beragama yang dapat diterapkan di pendidikan formal (hal. vii).
Moderasi beragama yang dimaksud dalam buku ini merupakan usaha untuk menempatkan Islam sebagai agama yang seimbang, tengah-tengah, tidak ekstrim kanan dan kiri dalam dunia pendidikan. Moderasi beragama di sini tercermin dari aspek pikiran (fikrah), keyakinan (aqidah), gerakan (harakah), dan praktik ibadah (amaliyah) yang dikonsep melalui kurikulum Aswaja Annahdliyah Lembaga Pendidikan Ma’arif PWNU Jawa Tengah dalam rangka mencegah radikalisme agama (hal. 8). Sedangkan Ahlussunnah merupakan kaum, keluarga, atau golongan yang mengikuti ucapan, tingkah laku, kebiasaan, maupun persetujuan Nabi Muhammad Saw. Waljamaah memiliki arti kumpulan atau kelompok. Annahdliyah sendiri adalah yang berasal/dikembangkan NU (hal. 8).
- Iklan -
Kurikulum Aswaja Annahdliyah merupakan kurikulum yang di dalam semua prosesnya bersumber dari karakter Aswaja Annahdliyah. Kelebihannya menguatkan faham Aswaja Annahdliyah untuk mencetak lulusan nasionalis, religius, toleran, moderat. Kurikulum Aswaja Annahdliyah ini memiliki ciri dan penekanan untuk bidang teologi dari Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi. Dalam tasawuf, berpatron pada Abu Hamid al-Ghazali dan Junaid al-Baghdadi. Sementara pada fikih (hukum) pada mazhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali) dan mengacu sumber hukum dari Alquran, hadis, ilmu fikih, ijma, qiyas, dan urf. Di antara tujuannya membangun generasi Islam moderat, nasionalis, toleran, tegak lurus. Model pencapaiannya dengan membangun generasi mabadi khaira ummah (umat terbaik) (hal. 9).
Kurikulum Aswaja Annahdliyah di sini merupakan kurikulum jenjang SD/MI sampai SMA/SMK/MA yang bersumber dari Aswaja Annahdliyah yang wilayahnya tidak hanya aqidah, fikrah, harakah, dan amaliyah. Namun kurikulum Aswaja Annahdliyah di sini sudah komprehensif, karena dijadikan sebagai manhajul fikr (metode berpikir) maupun paradigma keilmuwan yang dikembangkan Lembaga Pendidikan Ma’arif PWNU Jawa Tengah. Sedangkan fokus di buku ini hanya pada jenjang SD/MI.
Di dalam buku dijelaskan ada lima Fikrah Nahdliyah. Artinya, lima pola pikir Fikrah Nahdliyah yang harus diterapkan NU dalam menyelesaikan persoalan. Pertama, Fikrah Tawassuthiyyah (pola pikir moderat). Nahdlatul Ulama senantiasa bersikap tawazun (seimbang) dan Itidal (moderat) dalam menyikapi berbagai persoalan. Nahdlatul Ulama tidak tafrith atau ifrath. Kedua, Fikrah Tasamuhiyyah (pola pikir toleran). Nahdlatul Ulama dapat hidup berdampingan secara damai dengan pihak lain walaupun aqidah, cara pikir, dan budayanya berbeda. Ketiga, Fikrah Ishlahiyyah (pola pikir reformatif). Nahdlatul Ulama senantiasa mengupayakan perbaikan menuju ke arah yang lebih baik (al-ishlah ila ma huwa al ashlah). Keempat, Fikrah Tathowwuriyyah (pola pikir dinamis). Nahdlatul Ulama senantiasa melakukan kontekstualisasi dalam merespon berbagai persoalan serta yang terkahir. Kelima, Fikrah Manhajiyyah (pola pikir metodologis). Nahdlatul Ulama senantiasa menggunakan kerangka berpikir yang mengacu kepada manhaj yang telah ditetapkan oleh Nahdlatul Ulama (hal. 10-11).
Selain berisi hasil kajian di dalam proses penelitian dan pengabdian, buku ini juga dilengkapi sejumlah alur perencanaan dalam pembelajaran. Meski halamannya tipis, namun secara substansi sudah lengkap untuk dijadikan pedoman pengarusutamaan kurikulum moderasi beragama berbasis Aswaja Annahdliyah di jenjang SD/MI. Apalagi di buku disebut bahwa perencanaan pembelajaran dipersiapkan pendidik dengan tujuan agar materi, bahan ajar, metode, model ataupun media dan evalusi yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan program (hal. 41).
Buku ini perlu diberi contoh RPP atau silabus yang detail untuk memudahkan guru dalam menerapkannya. Ditambah lagi perlu diberi glosarium dan indeks. Sebab, beberapa istilah serapan perlu dicantumkan di glosarium agar memudahkan pembaca memahami istilah serapan dari Bahasa Arab.
Biodata Buku
Judul: Kurikulum Moderasi Beragama Berbasis Nilai-Nilai Ahlussunnah Waljamaah Annahdliyah
ISBN: 978-623-97564-4-4
Cetakan: I, Desember 2021
Tebal: 14 x 21 cm, viii + 61 Halaman
Penulis: Hamidulloh Ibda, Andrian Gandi Wijanarko
Diterbitkan: INISNU Temanggung Press