Langit Kemarau
langit tertusuk janur kuning melambai
pohon-pohon merias mata biru cahaya
menikahi siluet bayang-bayang moksa
suara sepeda motor melaju, mencari
serumpun asma, pada genting dan nada
jumpa yang telah purna di batas asa
ruang tunggu mencabik seriuh jejak
terdiam mencari kirmizi rahim sepi
melaju linggis retorika perang derita
susut derita terik mencabik-cabik rona
mata kemarau mencuri panas ambigu
sila tundung alif bagai tertekan masai
- Iklan -
pedih kisah di altar perjumpaan para kiai
sekawan hina hening sesekali berias tabah
hilir hulu bagai ambigu mengirim dusta
Sumenep, 07 September 2021
Pameran Malam
Layang-layang tinggi bernyanyi
Menukar ingatan angin kemarau
Menghiasi langit September
Ia bermata lampu-lampu
Kedip merajam mata waktu
Bersuara sirene asmaragama
Putih senar mencekam tabah
Tunduk pada angin laju ingin
Malam hanya bisa diam tertawa
Ia malam bersama irisan bambu
Disajikan kertas tipis merah muda
Hunus dalam sekejap tawa abadi
Riang meraung di pusat malam
Bagi siapa yang melihatnya
Hilang resah duka menyembah.
(2021)
Layang-Layang
Ia tak ingin jadi peribahasa
“layang-layang putus talinya”
putus harap dalam tatapan
Ia lahir dari mata alis bambu
diraut pisau-pisau kelaparan
dihiasi detak nadi angin puisi
Angin kemarau teduh merantau
merilis tangis ilusi tanah madura
walau terombang-ambing derita
senar merah menukar amarah
bagi selekang gundah pendeta
Ia, hanya bisa menjadi babu buta
Ia tak ingin menjadi kata “seperti
memegang tali layang-layang,” tapi
ia menukar tatapan perang cuaca
Menang bagi angin mengantarnya,
pupus, terjadilah linggis serapah,
yang hilang teringkus puri-bayang
Orang-orang berlalu lalang, bersorak,
bersedia gurau, bertepuk tangan, dan
mengumpat nyaring cacian tanduk setan
(2021)
Terzina
Malam menuntun kapal melaju pesat
Merobek tali waktu yang tak menggerutu
Mencolek bulu mata yang terlaknat
Sajak terzina, merangkak di pundak malam
Mengisyaratkan perut bernyanyi nada C
Lebam dalam lamunan canda kalam kelam
Dua juta rumput tumbuh di kepalanya
Sepotong martabak menebak hujan September
Walau kemarau masih bersila di dadanya
Tubuh lemas terbaring, pintu kamar terbuka,
baju dan peci berantakan, entah pukul berapa,
bertandang buih gundah fana dalam dwibahasa
Malam tak lagi peduli cuaca mengira rabun
Ada hina dan derita yang menganga, malam hanya
Mengajak embun melamun sehitam halimun
(2021)
Kamar September
Pintu kelabu setengah terbuka sejingkat hura-hura
musim kemarau yang tak lagi berpisah dengan rezim
rasio peristiwa yang lagi tandang menusuk dada-dada jendela
Menikahi malam yang belum pupus dari perjumpaan puisi,
oktaf demi oktaf bersila teduh di altar tua tak bernama
menemani gitar yang duduk terdiam di kamar ini
Sabit hilang tertindas lubang jendela kayu kenanga,
melirik ke kanan ada dusta yang menganga, melirik ke kiri
ada tembok yang bertuliskan malam dan aku saling ragu
Di kamar yang tak pernah kita lalui dengan kapal yang
melintas, musik sepi menilai puisi-puisi hanya simpanan
tak karuan, lebih dari resital nada-nada yang jauh hari berilusi
Di kamar yang hitam ini, kau jadikan ritual ligofilia meraja lela,
kau jadikan cemburu pada waktu, gundah di dadanya
hanya pelampiasan enigma kaca melarut tua jadi sukma
(2021)
*Saiful Bahri, kelahiran Sumenep-Madura, O5 Februari 1995. Ia mengabdi di Madrasah Al-Huda. Selain menulis, ia juga seorang aktivis di Komunitas Literasi Semenjak. Ada pula Fok@da (Forum komunikasi alumni Al-Huda), Organisasi Pemuda Purnama. Pengasuh ceria di grup (Literasi Indonesia) dan pendidik setia di komunitas (Literasi Kamis Sore). Serta aktif di organisasi PR GP Ansor Gapura Timur dan Lesbumi PAC Gapura. Disela-sela kesibukannya ia belajar menulis Puisi, Cerpen, Cernak, Esai, Resensi, Artikel, Opini, dll. Tulisannya pernah dimuat di koran Lokal maupun koran Nasional, seperti: Jawa Pos (pro-kontra), Republika, Riau Pos, Bangka Pos, Palembang Ekspres, Radar Madura, Radar Surabaya, Radar Banyuwangi, Radar Bojonegoro, Kedaulatan Rakyat, Solo Pos, Malang Voice, Majalah Simalaba, Analisa Medan, Radar Cirebon, Kabar Madura, Jurnal Asia-Medan, Banjarmasin Pos, Budaya Fajar-Makassar, Radar Pagi, Dinamikanews, Denpost Bali, Website Redaksi Apajake, Catatan Pringadi, Jejak Publisher, Ideide.id, Iqra.id, Magrib.id, Gokenje.id, Majalah Pewara Dinamika Jogja, Koran Cakra Bangsa, Media Semesta Seni, Website maarifnujateng.or.id, Becik.id, MJS Colombo Jogja, Duniasantri.co, Banaran Media, Ruagsekolah.net, Koran Rakyat Sultra, Jurnaba.co, pcnusumenep.or.id.
Puisinya juga masuk dalam antologi CTA Creation (2017. Antologi Senyuman Lembah Ijen-Banyuwangi (2018). Antologi kumpulan karya anak bangsa: Sepasang Camar-Majalah Simalaba (2018). Antologi puisi Perempuan (2018). Juara satu lomba cipta puisi bertema Hari Raya di media FAM Indonesia (2018). Antologi HPI Riau: Kunanti di Kampar Kiri (2018). Antologi Puisi Masa Lalu (2018). Antologi Puisi Festival Sastra Internasional Gunung Bintan Jejak Hang Tuah (Jazirah I 2018). Antologi Puisi Internasional FSIGB (Jazirah II 2019). Antologi Banjar Baru Rainy Day’s (2018-2019). Antologi Puisi untuk Lombok-Redaksi Apajake (2018). Antologi Puisi Puisi Tasbih Cinta (FAM 2019). Antologi Puisi Menimang Putri Dewa (Tidar Media, 2019). Antologi Puisi Sejarah Lahirmu (2019). Antologi Puisi Arti Kehidupan FAM Indonesia (2019). Antologi Puisi Kelapa Sawit Apajake (2019). Antologi Sebuku Net Nissa Sabyan (2019). Sepuluh Puisi Terbaik Media Linea (2019). Juara II Cipta Puisi Nasional di Penerbit Mandiri Jaya Tulungagung (2019). Juara III Lomba Cipta Puisi GMNI UIN SUKA Jogja (2021). Penulis Buku Puisi Terbit Gratis: Senandung Asmara dalam Jiwa (2018).