Penulis: Nanang Qosim, S.Pd.I.,M.Pd
Indonesia sangat tepat menjadi pelopor moderasi beragama. Mengingat Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia dan merupakan bangsa yang memiliki ragam suku dan agama, maka menjadi penting bangsa ini untuk memperkuat moderasi beragama. Oleh karena itu, pemahaman tentang moderasi beragama harus dipahami secara komprehensif.
Moderasi beragama merupakan cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrim kiri, ekstrim kanan, tidak terlalu berlebihan maupun tidak terlalu berkekurangan, tidak bertindak ekstremisme, radikalisme, tidak melakukan ujaran kebencian, dan tetap membangun hubungan antarumat beragama dengan harmonis. Sebagaimana tujuan moderasi beragama, tak lain untuk menghadirkan keharmonisan di dalam kehidupan kita sebagai sesama anak bangsa.
Moderasi agama, saat ini, penting untuk disemarakkan. Narasi moderasi beragama bisa menjadi jembatan untuk mengantarkan Indonesia menjadi model kedamaian dunia. Alangkah indahnya jika kita bisa menyelami kehidupan beragama dan keberagaman yang kuat di negeri ini.
- Iklan -
Al-Quran kitab suci yang Maha Sempurna, petunjuk manusia, juga sangat mengakui keabsahan kedamaian bagi para pemeluk agama-agama. Kita ingat, sejarah kejayaan Islam pada masa lalu, zaman Nabi dan era sahabat, semua agama terlindungi dan diberi kebebasan untuk menjalankan ritual agamanya. Karon Armstrong merekam, semua agama bermaksud untuk mencari kedamaian. “Sekali berserah, tak ada pembunuhan, tak ada perusakan properti, tak ada pembakara simbol agama lain, tak ada pengusiran dan perampasan, tak ada usaha untuk memaksa penduduk setempat untuk memeluk Islam”. Maka, dengan itupulah mufassir menyatakan Islam adalah agama baik dan paling sempurna.
Pelacakan Karen Armstrong dalam Sejarah Tuhan-nya (2001), semua agama mengajarkan moderasi atau kedamaian. Untuk mewujudkan moderasi-kedamaian, pikiran ekstrem dan tindak kekerasan harus dihilangkan. Demi itu, kita harus menjunjung tinggi sikap toleran, belas kasih, kebersamaan, keterbukaan, dan kekompakan.
Konteks Keindonesiaan
Dalam konteks Indonesia, kita telah terajarkan oleh para pendahulu, bahwa untuk menyebarkan Islam harus dengan cara-cara damai nirkekerasan. Dan jika ada kejahatan harus dilawan dengan cara-cara yang damai dan anti kekerasan.
Sebagai ajaran, Islam telah memisikan moderasi dan kedamaian. Baik dilihat dari segi akidah, ibadah, muamalah, mencerminkan sisi kedamaian alias moderasi. Hal demikian, tercerminkan dari penamaan atau dari suku kata aslama-yuslimu-islaman yang secara kebahasaan mengandung arti “menyelamatkan”.
Dengan itu, semuanya berakar dari kata salam yang berarti kedamaian dan moderasi. Ia mendamaikan di langit dan di bumi. Bahkan, salam ia juga bermakna menerima, menyerah, tunduk, kepada Allah swt.
Ajaran Islam selain agama yang paling benar disisi Allah, Inna dina indallahil Islam, (QS Ali Imran: 19), Islam juga sebagai penyelamat bagi seluruh alam. Kendati, tugas kita melaksanakan serangkaian ajaran Islam dengan baik, bijak, dan benar. Supaya, kita mulia di sisi Allah swt. dan memuliakan martabat sesama manusia, “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam” (QS Al-Isra: 70).
Maka dari itu, menjaga martabat manusia dengan cara-cara moderat lebih penting daripada mengkotak-kotakkan kemanusiaan apalagi hanya atas nama keorganisasian. Bahkan syariat menjamin itu. Kita harus menyalakan sumbu kalbu. Sebab, kalbu yang mati, manusia bagaikan zombi. Tak kenal asal, tak tahu tujuan. Tak kenal damai, ramai diri, tetapi asing diri. Mengalamani dis-orentasi hidup.
Orang-orang yang mengejewantahkan lelaku moderasi dan kedamaian, sesungguhnya ia menerangi alam batinnya secara spiritual. Bisa jadi ia menghidupkan mata hati jutaan orang untuk keluar dari kangkangan noda hitam, atau seperti kata Yudi Latif, menuju kerlip kunang-kunang surganya.
Dengan demikian, sebagai hamba Allah swt. dan pengikut Nabi Muhammad Saw, yang berbasis di perkampusan, mari kita bersikap arif dan bijak terhadap siapa pun. Sekalipun berbeda. Supaya, kebersamaan, persatuan, keharmonisan sesama manusia dan NKRI tetap berjalan dan kokoh dalam nafas kedamaian.
Moderasi beragama sudah menjadi karakter bangsa serta ciri khas masyarakat Indonesia yang plural, dirinya juga katakan nilai-nilai moderasi telah lama melekat di masyarakat Indonesia. Itu mengapa masyarakat Indonesia mempunyai modal sosial serta kultural yang cukup dalam.
Oleh karena pentingnya keberagamaan yang moderat bagi kita umat beragama, serta menyebarluaskan gerakan ini. Jangan biarkan Indonesia menjadi bumi yang penuh dengan permusuhan, kebencian, dan pertikaian. Kerukunan baik dalam umat beragama maupun antarumat beragama adalah modal dasar bangsa ini menjadi kondusif dan maju.
Perjuangkan
Narasi moderasi beragama yang diperjuangkan dan disemarakkan saat ini oleh bangsa dan negara Indonesia harus bisa menjadi pegangan dan imajinasi bersama menata kerukunan beragama, keharmonisan dalam kehidupan sosial, menekan konflik agama baik di dalam pemerintahan sendiri maupun di khalayak luas sehingga kita memiliki titik temu antarpemeluk agama untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
Kita dorong pemerintah, dalam hal ini Kemenag, serius melangkah mengimplementasikan pengarusutamaan moderasi beragama di Indonesia. Paling tidak Kemenag sudah membangun branding bahwa kita ialah bangsa yang moderat.
-Penulis adalah Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang