Oleh: Siti Asmaul Husna
Dunia sedang dilanda musibah sejak awal tahun 2020 lalu, yang mana sejak setahun lebih yang lalu kita dihampiri musibah yang tak terlihat, namun efeknya luar biasa. Ya, musibah ini berupa kedatangan Corona Virus Disease-2019, atau yang akrab disebut dengan Covid-19.
Sejarah adanya Covid-19 terjadi pada akhir tahun 2019, yang mana dipercaya awal keberadaan Covid-19 ditemukan di daerah Wuhan, China. Lambat laun dari hari ke hari virus ini menyebar ke ratusan negara, dan statusnya berubah menjadi pandemi Covid-19.
Indonesia sendiri sebagai salah satu negara di Asia, juga tak luput dari serangan virus ini, bahkan selama beberapa kali Indonesia mencatatkan angka sebagai negara tertinggi di kawasan ASEAN dan Asia karena kasus kematian dan pasien positif Covid-19.
- Iklan -
Benar saja semenjak adanya Covid-19 pemerintah juga ikut bergerak cepat meresponnya, maka dari itu diberlakukanlah berbagai kebijakan-kebijakan baru yang tentunya berdampak terhadap kehidupan masyarakat di Indonesia, maka dari itu terciptalah yang namanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sampai yang terbaru PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).
Jika ditanya, apa dampak yang ditimbulkan dari sekian aturan yang ”menyusahkan” ini? Sesuai dengan realitanya banyak masyarakat yang merasa dirugikan dengan kebijakan ini utamanya dalam hal ekonomi. Contohnya banyak karyawan yang di PHK (dipecat), serta penghasilan masyarakat pun semakin berkurang karena pembeli semakin sedikit.
Dan, yang buruknya lagi, menurut Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan BPP HIPMI, Ajib Hamdani. Kesenjangan Ekonomi dan kemiskinan juga semakin tak terkendali (terbendung). Jika diibaratkan dengan pepatah, kondisi ini sama dengan ”sudah jatuh, tertimpa tangga pula.”
Lalu sebagai umat Muslim, apa tindakan yang bisa kita lakukan untuk merespon hal ini? Dalam Islam kita dianjurkan untuk saling tolong-menolong, membantu siapapun yang sedang kesusahan, bukti dari perintah ini salah satunya tertuang di dalam QS. Al-Balad/90: ayat 11 sampai 17, yang artinya :
“Tetapi Dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,. Atau kepada orang miskin yang sangat fakir. Dan Dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (Terjemahan QS. al-Balad/90:11-17).
Bukan hanya dalam ayat itu, perilaku tolong-menolong ini juga sudah dicontohkan oleh salah seorang Muslim yang hidup di zaman Khalifah Umar bin Khatab, namanya adalah Said Bin Amir Al-Jumahi, beliau merupakan seorang pemuda dari daerah Tan’im. Suatu ketika Said diundang oleh petinggi kaum Quraisy untuk melihat aksi mereka mengeksekusi mati sahabat nabi Muhammad yang bernama Khubaib bin ’Ady. Said melihat dengan mata kepalnya sendiri akan penyiksaan yang mereka lakukan, dan tidak tahu kenapa semenjak kejadian itu, Said seolah terus terbayang-bayang akan Khubaib, entah saat tidur, maupun saat terjaga. Hingga pada akhirnya karena kuasa yang dimilikiNya, Allah membukakan hati Said dan dia memutuskan untuk menjadi seorang Muallaf.
Pernah suatu ketika dikisahkan akan keteladanan sifat mulia Said, di waktu itu Umar masih menjadi khalifah, Said ditunjuk oleh Umar sebagai seorang gubernur daerah Himsh, dengan berat hati Said menerima jabatan ini. Bukan karena apa dia sulit menerimanya, tapi Said merasa jabatan ini adalah ujian baginya. Sampai suatu ketika Umar menemui beberapa penduduk terpercaya dari daerah Himsh, Umar menyuruh mereka untuk menulis daftar nama orang miskin yang tinggal di daerah Himsh, untuk selanjutnya dipenuhilah kebutuhan mereka oleh Umar.
Dan alangkah terkejutnya khalifah Umar, ternyata Said selaku guberbur dari Himsh sendiri merupakan orang yang miskin, bahkan menurut keterangan sekelompok orang Himsh tersebut, yang pernah mengunjungi rumah Said mengatakan ”tidak ada tungku api menyala” di rumahnya, yang bisa dimaknai dengan tidak ada makanan yang tersedia untuk dimasak di rumah Said. Oleh karena itu Umar menangis setelah mengetahuinya, dan segera memerintahkan sekelompok orang Himsh tersebut untuk mengirimkan bingkisan yang isinya uang berjumlah 1000 dinar untuk diberikan kepada Said.
Namun, karena sejatinya Said adalah Muslim yang begitu qanaah dan merasa serba cukup, setelah menerima bingkisan berupa uang 1000 dinar itu bukannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Akan tetapi malah diberikan kepada kaum Muslimin yang fakir. Sungguh teladan yang luar biasa, bahkan dalam keadaan yang sulit dan jauh dari kata kaya, Said tetap berbuat kebaikan yang begitu berarti bagi orang lain.
Tentu saja, tindakan yang dilakukan oleh Said, harusnya dijadikan panutan oleh Muslim di seluruh dunia, seperti dalam situasi sulit saat adanya pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Jika melihat realita sekarang apa kebaikan yang bisa kita lakukan? Apalagi sekarang ini kemana-mana juga sulit, ekonomi serba kekurangandan mobilitas pun serba dibatasi.
Jika kita benar-benar niat mau menolong, saat ada ada pandemi seperti sekarang ini, sebenarnya ada beragam hal yang bisa kita lakukan, tentu saja tindakan ini aman untuk dipraktekkan dan mampu bernilai pahala bagi siapapun yang melakukannya.
Yang pertama, dengan melakukan donasi. Di Indonesia ada banyak sekali organisasi maupun lembaga yang membuka kesempatan bagi siapapun yang mau berdonasi maupun menggalang dana. Diantaranya ada Lazismu, Kita Bisa, Sharing Happines, Nurul Hayat, Zakat Kita, dsb, mereka tidak membatasi seberapa uang yang mau kita donasikan, dan tentu saja kita bisa berdonasi lewat berbagai cara seperti lewati rekening bank, dan ada yang bisa melalui aplikasi semacam Link, Gopay dan Ovo dsb.
Yang kedua, dengan membagikan link donasi. Cara kedua ini masih berkaitan langsung dengan cara pertama. Sekarang dengan menyalin link kita bisa menyebarluaskan informasi open donasi yang digalang oleh masyarakat umum maupun yang digalang oleh suatu media, organisasi sampai lembaga besar di berbagai aplikasi dan media sosial yang kita punya. Dan tentu saja dengan membagikan link open donasi itu, bukan tidak mungkin orang lain akan tertarik untuk ikut berdonasi. Bahkan hal ini mampu menjadi salah satu amalan kebaikan bagi kita.
Yang ketiga, dengan menyampaikan informasi positif. Di masa pandemi Covid-19 sekarang ada begitu banyak kabar burung dan hoax yang terhembus, sisi buruknya tidak sedikit dari berita maupun tulisan itu yang malah menyesatkan orang lain. Untuk itu tindakan membagikan informasi yang positif bisa kita lakukan agar siapapun yang melihatnya bisa mengetahui informasi berupa fakta, sekaligus meminimalisir terjadinya kekeliruan dalam menangkap informasi yang beredar di internet.
Yang keempat, dengan mendoakan sesama Muslim. Di ibaratkan umat Muslim itu seperti bangunan yang kokoh, yang saling mendukung dan menguatkan satu sama lain. Dan bukti dari dukungan ini bisa kita lakukan dengan mendoakan mereka, agar terus diberi kekuatan, ketabahan dan kesehatan oleh Allah SWT.
Sebenarnya ada banyak sekali contoh-contoh tindakan kebaikan yang bisa kita lakukan. Namun, yang terpenting di balik tindakan baik itu semua, semoga amalan yang kita lakukan berbasis atas keiklasan, serta mampu mendatangkan ridho dan pahala dari Allah SWT. Aamiin ya rabbal alamin.
-Siti Asmaul Husna, seorang mahasiswi jurusan Sejarah Peradaban Islam di UINSA SURABAYA. Saya berasal dari Kediri dan memiliki hoby menulis serta membaca buku.