TEKA-TEKI SUKA, MISTERI DUKA
puisi sanggupkah memetakannya, seperti kulkas menyimpan sayur, melon,
pindang, terasi berjejal-jejal persis hidup yang dirangsek kesumpekkan dari detik ke detak
berayun-ayun seperti hanto pocong kehilangan liang kuburnya.
segala aksara bisakah menjawab
- Iklan -
ke mana arah duka pergi, dan kapan suka
datang bertegur sapa atau menularkan
takdir yang bahagia
atau menukar dengan suka yang celaka
duka dan suka melenggang begitu saja
tak peduli jadi misteri atau teka-teki
pun ketika entah malaikat atau peri telah membenamkannya
dalam secangkir kopi yang pelan-pelan beranjak menuju basi
serempak kita semua merayakannya,
menghirupnya dalam-dalam seperti dara
membaui mawar dari pacarnya yang sekejap nanti
akan melambai jauh-jauh bersama perawannya
suka dan duka berbaju sama dan di kejauhan sana
di tenda-tenda para serdadu urakan
seorang penyair yang jadi dewa bersabda: bencana dan keberuntungan sama saja!*
suka dan duka sama-sama sepakat dan sama-sama khianat.
percuma dituliskan dalam aksara-aksara
walau dalam puisi, walau dalam sajak.
2020
Catatan: *)kutipan sebuah larik puisi Rendra.
PAGEBLUK (5)
jalanan lengang.amat lengang
hanya sinyal-sinyal kematian terus mendenging
dan mendengung hingga batas paling utara
jalan-jalan lengang.terlampau lengang
lamat-lamat arak-arakan prosesi
mengantar jenazah ke liang lahat
hanya berbelas orang berjalan
merunduk bisu menatap debu dengan cemas
:”jangan-jangan jejaknya memburu ke arahku!”
di tepi paling utara
segala hasrat membumbung ke langit
seperti sekawanan burung menggelepar
sebelum rontok jadi bangkai
hasrat pun tinggal dengus nafas
hanya berbilang sampai hitungan kesembilan
di batas paling utara.melintasi jalanan lengang
prosesi arakan jenazah tunduk merunduk murung
menghitung sunyi yang menyisih
: aku, kau, kami, kalian
tak sanggup bicara apalagi bercerita:
lintang kemukus merayap pelan dan khidmat
menuju hari sampai pada badai gelapnya.
2020
RIWAYAT KOTA MATI (1)
“sungguh tuhan, kami punah diasap cemas!”
kami tak sanggup menerka mengapa kota ini dikutuk musnah
cerita-cerita lelah berkabar tentang para penyerbu
mengendarai lintang berekor dengan surai merah darah
kavaleri-kavaleri penyerbu itu, entah dari mana
memburu setiap orang seperti ribuan ababil
mengerubuti gajah dengan paruh apinya
“tuhan, sungguh kami tak paham, mengapa terkutuk punah?”
2020
RIWAYAT KOTA MATI (2)
kami berjalan menunduk tersuruk-suruk tanpa sandal
diburu malam yang jadi waktu paling abadi
melacak penanda alamat rumah-rumah kami
: “ah, ini kota atau belukar!
atau cuma tanah lapang tanpa pohon, apalagi papan!”
kami berjalan lagi.menunduk tersuruk-suruk tanpa sandal
menuju entah. mungkin menghilir ke arah bilangan nol
dan dengus angin lantang menuding: “sembunyi.sembunyilah. di kolong ranjangmu!”
kami berdiri capek dan lunglai.kami tak bisa ke mana-mana
pasrah pada malam menyergap dan menyeret ke arus gelap.
2020
DONGENG
Dia teringat gurunya, di suatu pasaran di suatu tengah malam mewedar sabda:
Dengarlah, simak baik-baik. Jangan bergegas pergi. Inilah mantera rahasia
yang diburu para darwis, yang dikuntit para brahmana.
Lantas sang guru beriwayat entah beribu tahun lampau. Mereka hidup di sebuah taman yang disebut, eden. Mereka sepasang lelaki jantan dan perempuan betina. Selalu bernyanyi dengan suara merdu. Membuat segenap yang mendengarnya akan tersipu. Bahkan segala burung akan mengatupkan sayapnya. Segala putik akan menunda mekrok bunganya. Segala kupu kembali ke dalam kepompongnya. Segala arus berbalik ke hulu.
Namun, di suatu hari sepasang yang perempuan betina menolak bersenandung lagi. Semenjak di suatu siang yang khianat, dia melihat ular merah yang meliuk-liuk, megal-megol menari. Rayunya: kemarilah ke sini. Aku ajari engkau meliuk-liuk. Segenap pohon akan terguncang. Segenap buahnya akan rontok di dadamu. Segenap akar birahi akan menjalar-jalar tanpa pernah usai!
Sepasang yang lain. Lelaki jantan juga menolak bernyanyi lagi. Saat suatu sore penuh tipuan menjumpai ular serupa namun berwarna biru. dengan genit mengerdip-ngerdipkan mata. Meliuk sambil merayu: kemarilah aku tunjukkan lubang-lubang rahasia tempat kau bisa meneropong waktu yang abadi.
Semenjak itu, tak ada lagi nyanyian merdu. Sepasang laki betina itu sibuk mengatur jadwal untuk menari meliuk-liuk dan menjilati lubang-luang rahasia waktu yang nirfana!
*Tjahjono Widarmanto, lahir di Ngawi, 18 April 1969 . Selepas SMA melanjutkan studi sarjananya di IKIP Surabaya (sekarang UNESA) di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, hingga lulus pada tahun 1992. Melanjutkan studi pascasarjananya di bidang yang sama di Unisma Malang dan lulus di tahun 2006. Pernah menempuh program doktoralnya di Unesa.
Tulisan-tulisannya berupa puisi, cerpen, esai sastra, budaya, sosial dan pendidikan dipublikasikan di berbagai media massa, antara lain , HORISON, BASIS, JAWA POS, REPUBLIKA, Koran TEMPO, JURNAL NASIONAL, MEDIA INDONESIA, SEPUTAR INDONESIA, PIKIRAN RAKYAT, SUARA PEMBARUAN, PIKIRAN RAKYAT, KEDAULATAN RAKYAT, SOLO POS, SINAR HARAPAN, LAMPUNG POS, Jurnal PERISA (Kuala Lumpur), BAHANA (Brunai), dan sebagainya. Beberapa sajaknya pernah diterjemahkan dalam bahasa Jerman dan Inggris.
Buku-bukunya yang telah terbit, antara lain: YUK, NULIS PUISI (2018), PERBNCANGAN TERAKHIR dengan TUAN GURU (2018), PERCAKAPAN TAN dan RIWAYAT KULDI PARA PEMUJA SAJAK (buku puisi 2016), Pengantar Jurnalistik : PANDUAN AWAL PENULIS dan JURNALIS (2016), MATA IBU (buku puisi, 2016), MARXISME dan SUMBANGANNYA TERHADAP TEORI SASTRA: Menuju Pengantar Sosiologi Sastra (2014), SEJARAH YANG MERAMBAT DI TEMBOK-TEMBOK SEKOLAH ( buku puis, 2014), MATA AIR DI KARANG RINDU (buku puisi, 2013), MASA DEPAN SASTRA: Mozaik Telaah dan Pengajaran Sastra (kumpulan esai, 2013), UMAYI (buku puisi, 2012), DRAMA; Pengantar dan Penyutradaraannya (2012), NASIONALISME SASTRA (bunga rampai esai, 2011), KITAB KELAHIRAN (buku puisi, 2003), KUBUR PENYAIR (buku puisi, 2002, dan DI PUSAT PUSARAN ANGIN (buku puisi, 1997).
Meraih berbagai penghargaan di bidang kepenulisan, antara lain: buku puisi terbaik 2016 versi Hari Puisi Nasional, Penghargaan Sastrawan Pendidik 2013 dari Pusat Pembinaan Bahasa, Penghargaan Guru Bahasa sastra Berdedikasi dari Balai Bahasa Jawa Timur 2014, , Penghargaan Seniman Budayawan Berprestasi Jawa Timur di 2012.
Selain mengajar di SMA 2 Ngawi dan pernah menjabat Pembantu Ketua STKIP PGRI Ngawi.Sekarang beralamat di Perumahan Chrisan Hikari B.6 Jl. Teuku Umar Ngawi.