ZAMAN MAYA
seorang bocah pada tahun masehi
melarikan diri dari perang kegelapan
ia singgah di zaman di mana maya
adalah ruang bercinta dan doa paling nyata
bocah yang kelimpungan mencari pedang
serta tempat perlindungan
hanya menangis mendapati manusia
memegang layar pintar pengendali dunia
pada tahun tempat tinggalnya
dia hampir mati, pedang panjang dan busur panah
membidik tubuhnya yang mungil dari segala arah
kini bocah berani dan beruntung itu seketika
berubah menjadi ratusan drama
dalam layar kaca yang tiap kali berkedip
manusia berlarian, berepun tatapan dan ruang
meninggalkan diri dan waktu sembahyang
2020
KHATULISTIWA DALAM INGATAN
di luar kepala, garis khatulistiwa membentang sepanjang kehidupan
anugerah petanda kau dan aku di bawah cengkeraman
hutan susur membelah laut
air berkeliling sepandang kedalamannya
menampung seutuh ingatan
- Iklan -
kau bermunculan di sisi-sisi garis napas
merantai aku pada balik tatapan
kemudian aku memburai di setiap kemungkinan
kau juga aku tak akan mampu memahami
tandus, banjir, badai dalam guratan keadaan
demikianlah tak ada yang dapat kita lakukan
selain menunggu di antara waktu
sampai kemudian petang, membawa dingin yang sama
malam di luar kepala yang mengemis kepada kita
meminta pelukan dan hangat seadanya
Purwokerto, 30 Juni 2021
PERSIMPANGAN
dadaku neraka menyala-nyala
dan kau jagad kesombongan yang angkuh dan lembab
kau tempat mataku menyimpan segenap keterasingan
api yang menyingsing dari jiwaku
meninggalkan abu rindu yang tak pernah selesai menipu
kinilah aku sendirian
setelah susut dari bibirmu
kata berguguran, aku jatuh bersama suara malam
tiap kali kudengar dentum kelesah
dari balik matamu
kau mati di tiap kedipan
Purwokerto, 21 Juni 2021
WAKTU, OH WAKTU
dalam kegelapan malam yang memburai
bibirmu biru menutup dan curam
kantung mataku mengantongi raut wajahmu yang beku
waktu, oh waktu
dihempaskannya satu persatu hari
pada pintu yang tak pernah memiliki kita
pada langkah yang membias di udara
di luaran, seperti bekas-bekas hujan
kita diinjak berkali-kali,
langkah yang kita pelajari sedari bayi
membawa kita ke arah kehilangan
dan darinya kita tak ada
Purwokerto, 11 April 2021
BOCAH PEJALAN DI PINGGIR KOTA
dia melarikan diri dari sebuah desa
yang memaksanya menjadi yatim piatu
aku masih ingat saat pertama melihatnya
tubuhnya kurus tak terurus, tatapannya mengambang
dan berjalan seorang diri
kurasakan bola matanya mulai menggelinding
dari orbit kuasa
ketika kusandingkan diri bersama potongan roti
di hadapan tubuhnya yang terkapar-lapar
malam-malan, ia biarkan cahaya di sisi kanan kirinya
mengatur masa hidup dan doa
dinding kota merambati usianya yang belia
tetapi matanya tak juga keliru
membuat diriku menyerupa doa
yang ia sebut penuh dahaga
Purwokerto, 2020
*Efen Nurfiana, lahir pada tanggal 14 April 1996. Bergiat di Komunitas Pondok Pena Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto. Karya-karyanya pernah termuat dalam beberapa antologi dan koran.