Oleh Sam Edy Yuswanto
Saling tolong menolong dalam kebaikan merupakan ajaran yang pernah dicontohkan oleh baginda Rasulullah Saw. Penting direnungi bersama bahwa ketika hendak menolong sesama, jangan sampai kita pilih kasih atau melihat-lihat dulu siapa orang yang akan ditolong. Misalnya kita benar-benar akan mau menolong ketika kita kenal dengan orang tersebut. Sementara bila tak kenal, kita merasa enggan untuk menolongnya.
Islam merupakan agama cinta kasih yang mengajarkan kepada kita untuk mengasihi sesama, tanpa pandang bulu. Bahkan terhadap orang yang berbeda keyakinan sekali pun, kita tetap dianjurkan untuk bersikap ramah dan saling membantu. Sayangnya di era sekarang, masyarakat sepertinya telah terkotak-kotak. Jangankan terhadap mereka yang berbeda keyakinan (beda agama), kepada sesama muslim pun bila berbeda aliran atau beda pemahaman tentang suatu hukum, sepertinya merasa enggan untuk memberikan pertolongan. Sikap semacam ini mestinya harus kita hindari karena bukan akhlak yang diajarkan oleh baginda nabi. Beliau mengajari umatnya agar tak pilih kasih saat hendak menolong orang lain.
Bicara tentang cara menolong orang, banyak sekali ragam atau bentuknya. Bisa berupa materi maupun yang bukan materi. Contoh materi semisal memberikan sedekah berupa makanan, minuman, atau uang kepada fakir miskin atau siapa saja yang sedang membutuhkan uluran pertolongan dari kita. Pertolongan yang bukan materi misalnya membantu memecahkan masalah orang lain, memberikan jalan keluar atau istilahnya “urun rembug” bila ada orang yang meminta pendapat kepada kita tentang suatu persoalan.
- Iklan -
Membeli Dagangan
Membeli dagangan orang lain juga termasuk bentuk “menolong” yang bisa kita praktikkan. Tentu dagangan yang dimaksud di sini ialah dagangan yang dilegalkan dan bukan berupa barang yang diharamkan. Memilih untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari di warung tetangga misalnya, merupakan bentuk menolong yang sangat baik dibiasakan. Mungkin harganya lebih mahal sedikit bila dibandingkan dengan barang yang biasa kita beli di supermarket atau toserba. Hal ini tentu dapat dimaklumi karena warung kecil saat kulakan barang itu jumlahnya sedikit, tidak dalam jumlah besar, sehingga sangat wajar bila harganya lebih mahal sedikit. Tapi tak mengapa, sebab bila kita sudah berniat menolong tetangga, tentu kita tak akan hitung-hitungan.
Saya teringat, almarhum orangtua saya mengajarkan saya agar gemar menolong sesama dengan cara mempraktikannya langsung. Misalnya ketika suatu malam turun hujan, lalu ada penjual bakso keliling yang mana pedagangnya mendorong sebuah gerobak kecil. Almarhum ayah saya lantas meminta anaknya agar memanggil pedagang bakso tersebut. Lantas memborong bakso tersebut untuk dimakan bersama keluarga. Mungkin membeli bakso terlihat hal biasa tapi saya yakin sangat berarti bagi pedagang tersebut, terlebih saat turun hujan dan sedang sepi pembeli.
Begitu juga dengan almarhumah ibu, yang kerap mengajari saya agar gemar menolong sesama. Ketika ada penjual makanan lewat depan rumah misalnya, ibu merasa kasihan dan meminta saya agar membelinya. Tak hanya itu, saat almarhumah ibu mengajak saya ziarah kubur, biasanya beliau menyiapkan uang untuk diberikan kepada juru kunci yang biasanya sedang berada di makam sedang membersihkan kuburan. Apa yang pernah diajarkan oleh almarhum kedua orangtua saya sungguh membekas hingga sekarang. Dan saya akan berusaha untuk mengingatnya dan berusaha mengamalkannya.
Ciri Khas Ajaran Islam
Bisa disimpulkan bahwa tolong menolong termasuk ciri khas ajaran Islam. Alif Budi Luhur dalam tulisannya (NU Online, 16/9/2017) menjelaskan bahwa tolong menolong menjadi ajakan utama yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an maupun hadits. Dari Abu Hurairah r.a. Nabi Saw. bersabda, “Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat”.
Hadits tersebut bila benar-benar direnungi, tentu sangat memotivasi siapa saja untuk selalu berusaha berbuat baik terhadap orang lain, terlebih terhadap mereka yang benar-benar sedang membutuhkan bantuan. Di musim pandemi Covid-19 seperti saat ini misalnya, banyak pedagang makanan dan minuman yang sepi pembeli. Momen ini mestinya dapat membuat kita lebih peka untuk membantu dengan cara membeli dagangannya. Saya yakin, bila kita rajin menolong orang, maka kita akan diberi pertolongan oleh Allah saat kita sedang butuh pertolongan. Baik itu pertolongan sewaktu di dunia, lebih-lebih pertolongan kelak di akhirat.
Abdul Wahhab Al-Sya’rani dalam buku Jalan-Jalan Surga: Akhlak dan Ibadah Pembuka Pintu Surga (disadur dari Tanbih Al-Mughtarrin) memaparkan uraian yang pernah disampaikan oleh Abdullah ibn Al-Mubarak, “Jika seorang muslim ingin melihat kedamaian di dunia, tanamkanlah dalam diri mereka rasa ingin membantu orang lain. Jika dalam jiwa orang mukmin tertanam perasaan ingin selalu membantu orang lain, semua orang tentu akan tenteram dalam hidupnya. Enyahkanlah rasa ingin dibantu oleh orang lain dalam hatimu. Sebab, ia merupakan pangkal kedengkian dan permusuhan”.
Kesimpulannya, menolong orang tanpa mengharap pamrih dan pujian termasuk ciri khas ajaran Islam. Saat ingin menolong orang, niatkanlah untuk mencari keridhaan Allah saja. Namun jangan sampai kita memiliki perasaan ingin selalu ditolong oleh orang lain. Wallahu a’lam bish-shawaab.
*Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen.